[Mengungkap Mitos] Minum Es Setelah Makan Buat Serangan Jantung?
Minum air dingin atau es setelah makan dikabarkan dapat membuat minyak atau lemak makanan menggumpal,
bahkan menyebabkan pencernaan dalam lambung menjadi lambat. Saat bertemu asam lambung, gumpalan akan terurai dengan cepat dan diserap oleh usus, lalu akan menempel di dinding usus. Kemudian lemak tersebut dapat menyebabkan serangan jantung. Benarkah demikian?
Kebenaran Di Balik Mitos
Tubuh kita telah diciptakan sedemikian rupa sehingga memiliki mekanisme untuk adaptasi terhadap lingkungan, salah satunya suhu. Saat suhu udara dingin, tubuh kita menjadi menggigil. Menggigil itu sendiri adalah usaha tubuh untuk meningkatkan suhu tubuh dengan membuat otot berkontraksi. Hal serupa juga terjadi pada saat suhu panas, maka kita akan berkeringat. Tubuh akan berusaha mengeluarkan panas dalam tubuh dengan proses keringat tersebut. Semua itu bertujuan menjaga tubuh kita tetap dalam suhu optimal, yaitu sekitar 100oF atau 37,5oC.
Demikian juga dengan sistem pencernaan. Ketika kita mengonsumsi makanan panas atau minuman dingin, secara logika pasti akan mekanisme adaptasi dari tubuh. Bagaimana bisa terjadi?
Profesor William Gillman Thompson telah melakukan penelitian mengenai suhu dalam perut saat melakukan pencernaan sejak lebih dari 100 tahun lalu. Dia mengungkapkan menemukan seseorang mungkin bisa saja makan dengan makanan dingin, kemudian makan sup hangat lalu lanjut dengan es krim dan minum kopi hangat. Meskipun suhu makanan yang dikonsumsi berubah-ubah, ternyata suhu dalam perut tidak begitu. Bahkan, perubahan suhu di dalam perut tidak lebih dari setengah derajat saja. Intinya, suhu perut tidak akan jauh berbeda meski makanan dan minuman dengan suhu yang bervariasi masuk dan dicerna. Proses pencernaan dalam tubuh umumnya akan terjadi pada suhu 37oC- 42oC. Ketika sedang terjadi proses pencernaan, maka tubuh akan mengatur energi untuk membuat suhu menjadi optimal. Proses itu berlangsung sejak makanan masuk ke dalam mulut hingga ke usus. Makanan yang masuk tersebut akan digunakan sebagai pengganti energi yang telah dipakai tubuh. Dengan demikian, jelas bahwa suhu makanan atau minuman (panas atau dingin) akan menjadi SAMA seperti suhu tubuh ketika dikonsumsi.
Bagaimana dengan lemak yang kita konsumsi?
Lemak akan mengalami perjalanan panjang ketika dikonsumsi. Lemak akan dipecah oleh enzim yang khusus untuk lemak. Intinya, lemak akan diserap di usus. Oleh karena suhu tubuh tidak berubah sesuai penjelasan di atas sehingga lemak juga akan diproses secara bagaimana pada umumnya dalam tubuh. Hal ini berarti lemak TIDAK akan menggumpal hanya karena minum air dingin.
Benarkah lemak menggumpal di usus dapat menyebabkan serangan jantung?
Adanya penumpukan lemak dalam pembuluh darah arteri dapat menyebabkan penebalan dan pengerasan dinding pembuluh darah yang berlangsung secara progresif (atau dikenal dengan aterosklerosis). Penyebab proses tersebut meliputi konsumsi lemak dan kolesterol yang tinggi, tekanan darah tinggi, merokok, kencing manis, obesitas, alkohol, dan lain sebagainya. Proses tersebut pada akhirnya membuat sumbatan pada pembuluh darah jantung sehingga menyebabkan otot jantung kekurangan oksigen dan nutrisi. Hal inilah yang dikenal dengan istilah serangan jantung. Serangan jantung seringkali memiliki gejala nyeri dada seperti tusuk, menjalar, lelah, kadang disertai sesak napas. Namun, serangan jantung juga dapat tidak bergejala. Oleh karena itu, kita harus rutin memeriksakan kadar lemak dan kolesterol dalam tubuh, serta menjaga gaya hidup yang sehat. Lemak menggumpal di usus adalah kebohongan belaka, ditambah lagi dengan lemak menggumpal di usus yang menyebabkan serangan jantung.
Informasi memang bebas dan bisa didapatkan di mana saja. Namun, pastikan memilih informasi yang benar dan terpercaya.
Referensi:
- Human Digestive System – Digestive Enzymes – and Drinking Cold Water after Meal. Available from: Hubpages.com
- Thompson WG. Practical dietetics: with special reference to diet in disease. Appleton; 1905
- Rafieian-Kopaei M, Setorki M, Doudi M, Baradaran A, Nasri H. Atherosclerosis: process, indicators, risk factors, and new hopes. Int J Prev Med. 2014 Aug;5(8):927-46.