Menilik Sepsis dan Penggunaan Antibiotik pada Anak

Penyakit infeksi adalah salah satu penyakit yang paling sering ditemukan pada anak-anak. Infeksi juga dapat menyebabkan kondisi yang mengancam nyawa, misalnya seperti sepsis. Berangkat dari kekhawatiran tersebut, Updates on Pediatric Infections 2022 mengangkat topik “Sepsis & Antibiotic Stewardship in Pediatrics” sebagai salah satu materi webinarnya yang dibawakan oleh Dr. dr. Ari Prayitno, SpA(K) pada hari Sabtu, 5 Februari 2022. 

Definisi dan kriteria sepsis sendiri mengalami perubahan dan perkembangan selama berjalannya waktu. Definisi terbaru menyatakan bahwa sepsis adalah proses infeksi yang disertai disregulasi sistem imun yang menyebabkan gangguan organ yang mengancam nyawa. Oleh karena itu, ada 4 kriteria yang harus terpenuhi dalam sepsis, yakni adanya proses infeksi, disregulasi imun, gangguan organ, dan ancaman terhadap nyawa pasien. Ancaman terhadap nyawa pasien ini dibuktikan dengan tingkat mortalitas yang cukup tinggi, yakni 54%. 

Gambar 1. Definisi Sepsis dari Tahun ke Tahun

Oleh karena itu, untuk mendiagnosis sepsis, maka dibutuhkan tanda-tanda infeksi dan juga disfungsi organ. Adapun tanda-tanda yang dapat diwaspadai terkait dengan kerusakan organ adalah perubahan kesadaran, masalah kardiovaskular, dan masalah pernapasan. Bila terdapat tanda-tanda ini, barulah skor PELOD-2 pasien perlu dicek. Skor PELOD-2 >=11 untuk rumah sakit tipe A mengarahkan diagnosis pada sepsis. 

Gambar 2. Kriteria Diagnosis Sepsis

Selain algoritma di atas, terdapat beberapa penanda biologis infeksi yang dapat menandakan adanya sepsis. Beberapa pendanda biologis infeksi ini juga dapat digunakan untuk membedakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, dan jamur. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut: 

Gambar 3 dan 4. Penanda Biologis Infeksi

Ari juga menjelaskan mengenai cara menghitung skor PELOD-2. Petunjuk lengkap dapat dilihat pada tabel kriteria di bawah. Faktor yang diperhitungkan juga mencakup faktor kardiovaskular, SSP, dan pernapasan, sebab ketiga faktor tersebut berkontribusi terhadap mortalitas terbesar. Misalnya, terkait faktor neurologis, apabila pasien memiliki glasgow coma score (GCS) 5-10, maka pasien mendapat skor 1 pada skor PELOD-2 untuk kemudian diakumulasikan dengan faktor lain. 

Gambar 5. Skor Pelod-2

Terkait tatalaksananya sendiri, baik infeksi maupun disfungsi organ harus ditangani. Pertama, ukur kadar laktat. Kemudian, lakukan kultur darah sebelum pemberian antibiotik. Antibiotik yang diberikan sebaiknya yang berspektrum luas. Selain itu, apabila pasien mengalami hipotensi atau kadar laktat >= 4 mmol/L, maka dapat diberikan kristaloid 30 ml/kg. Selain itu, apabila pasien tetap hipotensi selama atau setelah resusitasi cairan, maka dapat diberikan vasopressor untuk mempertahankan MAP >=65 mmHg. 

Antibiotik sendiri diberikan apabila ada kecurigaan ke arah infeksi berdasarkan data klinis dan data penunjang. Sepsis e.c. infeksi bakteri menjadi indikasi kuat pemberian antibiotik. Untuk penilaian kualitatif pemberian antibiotik, dapat digunakan alur Gyssens. Pada kondisi sepsis, pemberian antibiotik sebaiknya dilakukan kurang dari 1 jam, sebab semakin lama pemberian antibiotik ditunda, semakin kecil angka survival rate pasien.

Gambar 6 dan 7. Pemberian Antibiotik

Pemberian antibiotik empiris didasarkan pada tebakan berdasar (educated guess), misalnya melihat sistem/ organ yang terkena, epidemiologi (etiologi tersering), jenis mikroba penyebab, serta jenis bakterinya. Berikut ini panduan yang lebih lengkap:

Gambar 8. Penggunaan Antibiotik Empirik

Ari menambahkan bahwa terapi kombinasi antibiotik dapat dilakukan pada beberapa situasi, seperti neutropeni dengan sepsis, patogen MDR, serta infeksi parah dengan kegagalan napas dan syok sepsis. Namun perlu diingat bahwa terapi kombinasi empiris tidak boleh diberikan selama lebih dari 3-5 hari. 

Gambar 9 dan 10. Pemberian Antibiotik

Terakhir, Ari mengingatkan pentingnya penggunaan antibiotik secara bijak dan rasional. Penggunaan tidak tepat dan berlebih dapat menyebabkan resistensi antibiotik. Oleh karena itu, pemberian antibiotik harus dilakukan secara berhati-hati dan sesuai indikasi.

Share your thoughts