Menjadi Vegetarian Sejak Bayi, Apakah Baik?

Diet vegetarian saat ini semakin populer di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Ada beberapa jenis vegetarian, yaitu :
- Vegan : hanya mengonsumsi biji-bijian, kacang-kacangan, sayuran, dan buah-buahan. Kelompok ini sama sekali tidak mengonsumsi makanan dari sumber hewani seperti daging ternak, daging unggas, ikan, telur, susu dan produk olahannya.
- Lacto-ovo-vegetarian : tidak mengonsumsi segala jenis daging, namun masih mengonsumsi telur, susu, dan produk olahannya (lacto = susu ; ovo = telur).
- Lacto-vegetarian : tidak mengonsumsi segala jenis daging dan telur, namun masih mengonsumsi susu dan produk olahannya, seperti keju dan yoghurt.
- Ovo-vegetarian : tidak mengonsumsi segala jenis daging dan susu, namun masih mengonsumsi telur dan produk olahannya.

Banyak kelebihan yang bisa didapat dari pola makan berbasis nabati ini. Seorang vegetarian mempunyai risiko yang lebih rendah untuk terkena penyakit jantung, diabetes tipe 2, obesitas, hipertensi, dan beberapa jenis kanker. Hal tersebut disebabkan oleh rendahnya konsumsi lemak jenuh. Biji-bijian, sayur, buah, kacang-kacangan merupakan bahan pangan yang tinggi serat dan fitokimia yang dapat menurunkan kolesterol total dan LDL serta memperbaiki kontrol glukosa darah.
Melihat banyaknya manfaat kesehatan dari diet vegetarian, apakah baik jika pola makan ini diterapkan kepada seseorang sejak bayi? Para ahli memiliki pandangan yang berbeda-beda terhadap pertanyaan ini. Ada yang menyetujui dan ada yang menentang. Peneliti di Tennessee, Amerika menemukan perbedaan yang signifikan antara tinggi badan dan berat badan pada anak vegetarian usia 4 bulan sampai 10 tahun dibandingkan dengan anak yang berusia sama di populasi. Anak vegetarian lebih pendek dan lebih ringan daripada populasi pada umumnya. Penelitian yang dilakukan di Inggris terhadap anak usia 18 tahun mendapatkan tinggi dan berat badan anak vegetarian masih berada dalam batas normal, namun sedikit lebih pendek dan lebih ringan dibanding anak nonvegetarian.
Tantangan bagi orang tua yang menerapkan pola diet vegetarian kepada anaknya adalah memenuhi kebutuhan energi, protein, vitamin, dan mineralnya. Kecukupan nutrisi merupakan hal yang krusial bagi 1000 hari pertama kehidupan seorang individu. Yang dimaksud 1000 hari pertama adalah sejak bayi di dalam kandungan hingga berusia 2 tahun. Pada usia 2 tahun, tinggi badan seorang anak sudah mencapai setengah dari tinggi orang dewasa dan perkembangan otaknya sudah mencapai 80% dari otak dewasa.

Anak vegetarian biasanya terlahir dari seorang ibu yang juga vegetarian. Makanan bagi bayi usia 0-6 bulan hanyalah susu, dan yang terbaik adalah ASI. Komposisi ASI sangat tergantung oleh diet sang ibu. Nutrisi yang sangat dipengaruhi oleh pola makan ibu adalah vitamin A, B, C, dan D. Salah satu vitamin yang sangat penting untuk pembentukan sel-sel darah dan kesehatan sel saraf adalah vitamin B12. Vitamin tersebut ditemukan pada bahan pangan hewani seperti daging ayam, ikan, kerang, kepiting, telur, susu dan produk olahannya. Oleh karena itu, kebanyakan ibu vegetarian memiliki kadar vitamin B12 yang rendah sehingga kandungannya dalam ASI pun juga rendah. Ibu dan bayi sama-sama harus mendapatkan suplementasi vitamin B12. Saat ini sudah ada suplemen vitamin B12 dalam bentuk tetes yang dapat diberikan kepada bayi.
Selain vitamin B12, kandungan EPA (eicosapentanoic acid) dan DHA (docosahexaenoic acid) pada ASI ibu dengan diet nabati juga lebih sedikit daripada ibu omnivora. Hal tersebut dikarenakan EPA dan DHA terdapat pada ikan dan telur yang tidak dikonsumsi oleh ibu vegan. Kedua zat tersebut berperan penting untuk perkembangan otak, retina, dan membran sel bayi. Oleh karena itu bayi menyusui dari ibu yang tidak mengonsumi telur dan ikan memerlukan suplementasi EPA dan DHA.
Pada usia lebih dari 6 bulan, bayi mulai dikenalkan pada makanan padat. Protein dari sumber nabati hanya 85% yang dapat dicerna tubuh dan komposisi asam amino esensialnya kurang bervariasi. Oleh karena itu, asupan protein pada anak vegetarian harus lebih banyak daripada anak dengan pola diet omnivora. Anak vegetarian membutuhkan tambahan sekitar 2-14 gram protein lebih banyak daripada anak seusianya dengan diet normal. Beberapa jenis makanan nabati yang tinggi protein adalah tahu, tempe, kacang-kacangan seperti kacang merah, kacang kratok, dan kacang arab.
Hal yang juga penting untuk diperhatikan adalah kandungan kalsium dan vitamin D. Tidak hanya untuk pertumbuhan tulang yang kuat dan sehat, kedua zat ini dibutuhkan untuk mengoptimalkan kinerja jantung. Kekurangan kalsium dan vitamin D dapat menyebabkan penyakit rakitis, yang ditandai dengan tulang yang lunak dan rapuh, kaki bengkok, pertumbuhan terhambat. Penelitian menunjukkan baik anak maupun orang dewasa vegetarian hanya mengonsumsi setengah dari jumlah kalsium yang dikonsumsi kaum omnivora. Susu adalah sumber kalsium terbaik. Makanan lain yang tinggi kalsium adalah brokoli, sereal, oatmeal, dan jus jeruk. Saat ini, susu formula kedelai dan susu formula lainnya sudah mengandung kalsium yang setara dengan susu sapi dan sudah terfortifikasi dengan vitamin D. Tambahan vitamin D bisa didapat dari berjemur di bawah matahari dengan paparan pada tangan dan kaki selama 5-30 menit antara pukul 10 pagi dan 4 sore, sebanyak 2 kali sehari.

Susu kedelai tidak bisa diberikan sejak bayi lahir. Harus dibedakan antara “susu kedelai biasa” dengan “susu formula kedelai”. Susu kedelai “biasa” tidak cocok untuk sistem pencernaan bayi dan kandungan nutrisinya tidak mencukupi kebutuhan bayi. Susu formula kedelai sudah terfortifikasi dengan nutrisi yang diperlukan bayi dan dibuat dengan proses pengolahan yang berbeda dari susu kedelai biasa sehingga aman untuk sistem pencernaan bayi. Susu formula kedelai baru bisa diberikan pada bayi usia di atas 1 tahun, sedangkan susu kedelai biasa baru bisa diberikan setelah usia 2 tahun. Namun, dibutuhkan jumlah susu kedelai yang lebih banyak untuk mencapai kalori yang sama dengan susu sapi.

Absorbsi zat besi dari sumber pangan hewani lebih baik daripada sumber nabati. Berbagai studi menunjukkan vegetarian memiliki cadangan zat besi yang lebih rendah, namun angka kejadian anemia pada kaum vegetarian tidak lebih tinggi daripada omnivora. Bahan pangan nabati yang tinggi zat besi adalah bayam, tahu, kedelai, brokoli. Selain mengandalkan zat besi alamiah, orang tua diimbau untuk memberikan anaknya tambahan makanan yang sudah terfortifikasi zat besi. Vitamin C dapat membantu penyerapan zat besi. Oleh karena itu konsumsi vitamin C sangat penting bagi anak vegetarian. Hal yang bisa dilakukan misalnya minum jus jeruk dua kali sehari setelah makan makanan yang tinggi zat besi.
Bagaimana dengan remaja ? Banyak remaja perempuan menggunakan diet vegetarian untuk tujuan mengurangi berat badan. Orang tua dan praktisi kesehatan harus waspada terhadap remaja perempuan vegetarian yang melakukan pembatasan makanan berlebihan. Penelitian di Amerika mengungkapkan bahwa remaja tidak perlu dilarang untuk menjadi vegetarian. Pada survei tersebut, didapatkan persentase remaja vegetarian yang memenuhi syarat Healthy People 2010 lebih besar daripada remaja nonvegetarian. Syarat tersebut meliputi jumlah konsumsi buah dan sayur serta persentase kalori dari konsumsi lemak. Selain itu remaja vegetarian juga mengonsumsi lebih sedikit makanan cepat saji, soda, dan jus kalengan.
Dengan demikian, bagi orang tua yang ingin menerapkan pola makan vegetarian pada anaknya sejak bayi, harap melakukan perencanaan menu makan dengan nutrisi yang adekuat. Kecukupan gizi dapat terpenuhi pada diet vegetarian, namun memerlukan usaha ekstra dibandingkan diet omnivora. Perhatian khusus harus diberikan terhadap pemenuhan kalori, protein, zat besi, kalsium, asam amino esensial, vitamin B12 dan D. Ibu hamil dan menyusui yang vegetarian juga harus memperhatikan makanan mereka sebab apa yang dimakan ibu adalah cerminan nutrisi bagi anak mereka.
Referensi :
Crawley, H. Eating Well : Vegan Infants and Under-5s. London: First Step Nutrition Trust ; 2017
Dahlia, JK., Pentingnya Pemantauan Tumbuh Kembang 1000 Hari Pertama Kehidupan Anak . [IDAI] [2017] http://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/pentingnya-pemantauan-tumbuh-kembang-1000-hari-pertama-kehidupan-anak
Iskandar, RATP., Bunjamin, F., Menjemur Bayi dengan Tepat. [IDAI] [16 September 2019] http://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/menjemur-bayi-dengan-tepat
Moilanen, BC. Vegan Diets in Infants, Children, and Adolescents. Pediatrics in Review. 2004; Vol.25.No.5: 174-176
Perry, CL., McGuire, MT., Sztainer, DN., Story, M. Adolescent Vegetarians : How Well Do Their Dietary Patterns Meet the Healthy People 2010 Objectives ?. [JAMA Pediatrics][16 September 2019] https://jamanetwork.com/journals/jamapediatrics/article-abstract/191789
Sutter, DO. The Impact of Vegan Diet on Health and Growth of Children and Adolescents – Literature Review, Master Thesis, Medical Faculty, University of Bern, Swiss
1 Comment
Join the discussion and tell us your opinion.
Dear readers, this is my first article at BeraniSehat
Your inputs and suggestions are welcome
Thankyou 🙂