Metformin, Lini Terdepan Penanganan Diabetes Melitus Tipe 2

diabetes

Efektif, murah, dan aman, metformin masih menjadi pilihan utama dalam manajemen diabetes melitus tipe 2

 

Metformin adalah salah satu obat antidiabetik oral. Obat ini merupakan lini pertama dalam manajemen farmakologis diabetes melitus (DM) tipe 2 yang penggunaannya beriringan dengan modifikasi gaya hidup, seperti aktivitas fisik dan pengaturan pola makan. Tidak hanya untuk mengobati diabetes, obat golongan biguanid tersebut juga diindikasikan untuk pencegahan DM tipe 2. Saat ini, metformin merupakan satu-satunya obat  antidiabetes yang direkomendasikan untuk kondisi prediabetes oleh American Diabetes Association dan umumnya tersedia dalam bentuk sediaan tablet. 

 

Penyerapan dan distribusi metformin pada berbagai jaringan tubuh bergantung pada transporter, suatu protein di membran sel, yang terdapat pada setiap sel fungsional jaringan terkait. Di usus, transporter yang bertanggung jawab atas penyerapan metformin oleh sel enterosit usus ke dalam aliran darah adalah plasma membrane monoamine transporter (PMAT) dan organic cation transporter 3 (OCT3). Penyerapan metformin di usus terjadi secara lambat dan tidak tuntas. Oleh karena itu, dosis aktif metformin yang diresepkan umumnya relatif tinggi, yaitu sekitar 0,5—2,0 gram per hari. Metformin yang telah berada di aliran darah akan diserap oleh sel hepatosit hati dengan perantara transporter OCT1 dan OCT3. Sementara itu, penyerapan oleh sel tubulus ginjal diperantarai oleh transporter OCT2.

 

Metformin dinilai sebagai obat DM biguanid yang unik karena tidak dimetabolisme oleh tubuh. Sebanyak 30—50% dosis oral yang dikonsumsi akan diekskresikan melalui urine dan 30% lainnya dibuang melalui feses dalam waktu paruh sekitar 5 jam di plasma.

 

Studi menunjukkan bahwa metformin menghambat progresi penyakit serta menurunkan risiko terjadinya komplikasi dan mortalitas pada pasien DM tipe 2. Konsumsi metformin  dapat menurunkan kadar gula darah dalam tubuh dengan cara menghambat glukoneogenesis  dan glikogenolisis di hati, memicu peningkatan konsumsi glukosa oleh sel-sel otot, serta menghambat penyerapan glukosa di usus. Uniknya lagi, metformin juga mampu meningkatkan sensitivitas sel-sel tubuh terhadap insulin. Efek ini dapat terjadi karena metformin secara tidak langsung menginduksi ekspresi reseptor insulin di sel-sel tubuh. 

 

Selain memiliki efek terhadap kadar glukosa darah, metformin diduga mampu menurunkan kadar lipid di plasma darah. Obat ini juga menjadi pilihan pertama pasien DM tipe 2 maupun prediabetes dengan berat badan berlebih, sebab dapat memicu penurunan berat badan.

 

Secara umum, metformin merupakan obat yang cukup aman dan dapat ditoleransi dengan baik oleh tubuh. Meski begitu, terdapat beberapa efek samping dari obat ini. Efek samping yang paling sering terjadi adalah gejala gastrointestinal seperti diare, mual, dan muntah. Beberapa pasien juga mengalami rasa tidak nyaman di dada dan nyeri kepala. Selain itu, penggunaan jangka panjang metformin dikaitkan dengan penurunan penyerapan vitamin B12 di tubuh. Oleh karena itu, konsumsi metformin dalam jangka waktu yang lama perlu diawasi, apalagi jika pasien menderita anemia atau neuropati perifer. Pada kelompok pasien tersebut, pemberian suplemen vitamin B12 perlu dipertimbangkan.

 

Selain menyebabkan beberapa efek samping yang ringan, metformin berpotensi menimbulkan efek samping yang cukup berbahaya. Obat ini dilaporkan dapat memicu asidosis laktat. Efek samping tersebut memang sangat jarang terjadi. Insidensinya hanya 1 dari 30.000 pasien yang mengonsumsi metformin. Namun, asidosis laktat dapat berujung pada kematian sehingga tetap harus diwaspadai.

 

Obat ini tidak boleh diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal yang memiliki laju filtrasi glomerulus kurang dari 30 mL/min/1.73 m2. Meskipun fungsinya baik untuk mengatasi DM tipe 2, metformin justru tidak diindikasikan bagi penderita DM tipe 1 serta penderita ketoasidosis diabetik. Konsumsi metformin juga harus dihentikan sementara jika pasien akan diberikan anestesi umum untuk pembedahan. 

 

Secara umum, metformin merupakan obat yang cukup efektif untuk menangani DM tipe 2. Profilnya yang aman serta harganya yang relatif murah membuatnya banyak digunakan, bahkan menjadi lini pertama dalam terapi farmakologis DM tipe 2. Meskipun obat ini relatif aman, pasien yang mengonsumsi metformin harus tetap dipantau agar terhindar dari efek samping yang membahayakan. /olivia, taris

 

Referensi jurnal:

  1. Chaudhury A, Duvoor C, Dendi VSR, Kraleti S, Chada A, Ravilla R, et al. Clinical Review of Antidiabetic Drugs: Implications for Type 2 Diabetes Mellitus Management. Front. Endocrinol., 24 January 2017 | https://doi.org/10.3389/fendo.2017.00006
  2. Badan Pengawas Obat dan Makanan. Biguanida[Internet]. Jakarta: BPOM; 2015 [cited 2021 Nov 28]. Available from: http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-6-sistem-endokrin/61-diabetes/612-antidiabetik-oral/6122-biguanida
  3. MIMS. Metformin [Internet]. Technopark: MIMS; 2021 [cited 2021 Nov 28]. Available from: https://www.mims.com/indonesia/drug/info/metformin?mtype=generic

Penulis: Olivia Jocelyn dan Taris Zahratul Afifah
Editor: Izzati Diyanah

Share your thoughts