Nokturia Tidak Hanya Sebatas LUTS!

nokturia

Nokturia kerap dianggap sebagai masalah sepele, tetapi dapat menurunkan kualitas hidup jika dibiarkan.

Observasi pada 1.555 individu di tujuh kota di Indonesia menunjukkan prevalensi nokturia sebesar 61,54% dengan 61,4% ditemukan pada pasien pria dan 38,6% pada perempuan yang didominasi oleh kelompok usia 55—65 tahun. 

Nokturia telah lama dianggap sebagai salah satu gejala lower urinary tract symptoms (LUTS). Meski demikian, nocturia tidak selalu dicetuskan oleh gangguan urologis, tetapi juga oleh produksi urine berlebih (poliuria nokturnal) yang dapat disebabkan oleh edema perifer selama siang hari, produksi atrial natriuretic peptide (ANP) berlebih akibat apnea tidur atau gagal jantung, gangguan pada arginin vasopressin, dna faktor eksternal seperti konsumsi diuretik atau konsumsi cairan pada malam hari.

Tata laksana nokturia dapat dimulai dengan intervensi perubahan gaya hidup dan terapi fisik. Pendekatan ini menyasar pada etiologi yang mendasari gejala. Latihan kandung kemih dan otot dasar panggul dilakukan pada pasien disfungsi kandung kemih dan prostat. Sementara itu, pasien obesitas dan diabetes perlu diedukasi untuk membatasi asupan garam, protein dan kalori sebagai bentuk pencegahan. Bentuk pencegahan lainnya yang dapat dilakukan yaitu membatasi asupan cairan, khususnya yang mengandung alkohol atau kafein, pada sore dan malam hari terutama pada waktu makan malam dan waktu tidur. 

Pada pasien yang membutuhkan pengobatan diuretik, nokturia dapat dihindari dengan konsumsi obat kerja cepat pada siang hari. Jika pasien mengalami edema perifer, dapat disarankan untuk meninggikan kaki setelah makan malam sampai saat sebelum tidur atau menggunakan kaus kaki kompresi. Bersama dengan terapi penyakit yang mendasarinya, pola diet dengan kalori seimbang juga perlu dilakukan untuk membantu menangani nokturia.

Jika perubahan gaya hidup tidak ampuh menangani nokturia, agen farmakologi dapat menjadi pilihan berikutnya. Desmopresin, sebuah analog sintetik arginin vasopresin, bekerja dengan meningkatkan reabsorpsi air di duktus kolektivus. Secara umum, obat ini bekerja dengan menurunkan volume urine dan meningkatkan osmolalitas urine. Obat ini diindikasikan untuk pengobatan enuresis nokturnal, nokturia, dan diabetes insipidus. 

Pemberian desmopresin dilakukan berdasarkan pertimbangan usia, jenis kelamin, fungsi ginjal, fungsi jantung, kelemahan tubuh, edema, kadar natrium, kebiasaan minum, dan pengobatan lainnya. Efek samping yang perlu diperhatikan adalah hiponatremia hipervolemia yang lebih rentan terjadi pada perempuan dan individu dengan peningkatan cairan. 

Desmopresin oral dengan dosis 0,1 mg dan 0,2 mg dapat diberikan pada pasien usia <65 tahun, laki-laki tanpa komorbid, kadar natrium >135 mmol/l dan tidak mengkonsumsi obat lain yang menyebabkan hiponatremia. Desmopresin tidak boleh diberikan pada pasien usia lanjut dalam kondisi renta, kadar natrium <130 mmol/l, eGFR <50 ml/menit/m2, konsumsi obat yang berpengaruh pada hiponatremia, edema tungkai berat, gagal jantung (> NYHA kelas II), diabetes dan hipertensi yang tidak terkontrol, serta polidipsia psikogenik (>3 liter dalam 24 jam).

Selama terapi dengan desmopresin, restriksi cairan harus dilakukan pada semua pasien dan hanya minum jika merasa haus. Bila respons terapi tidak cukup pada dosis yang rendah, dosis dapat ditingkatkan dengan titrasi perlahan sambil mempertimbangkan kondisi pasien dan hasil pemeriksaan kadar natrium sebelum titrasi. 

Melihat prevalensi kasus yang relatif besar serta etiologi yang multifaktorial, nokturia merupakan gejala yang tidak dapat dianggap remeh serta membutuhkan penanganan yang spesifik dengan pengawasan yang ketat. Penyakit yang mendasari nokturia perlu diperhatikan untuk menentukan pilihan tata laksana yang dapat dilakukan. Jangan mengabaikan nokturia karena dapat menurunkan kualitas hidup pasien. rejoel

 

Daftar Pustaka

  1. Ikatan Ahli Urologi Indonesia (IAUI), Indonesian Society of Female and Functional Urology (INAS-FFU). Panduan diagnosis dan tata laksana nokturia. Jakarta: Ikatan Ahli Urologi Indonesia; 2020 Desember
  2. Leslie SW, Sajjad H, Singh S. Nokturia. [Updated 2021 Sep 17]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK518987/
  3. Fine ND, Weiss JP, Wein AJ. Nokturia: consequences, classification, and management. F1000Res. 2017 Sep 1;6:1627. doi: 10.12688/f1000research.11979.1. PMID: 29026531; PMCID: PMC5583737.

Penulis: Rejoel Mangasa Siagian
Editor: Billy Pramatirta

Share your thoughts