Otitis Media Akut
Definisi dan Informasi Umum
Secara umum, otitis media adalah peradangan (inflamasi) yang terjadi pada telinga bagian tengah. Peradangannya dapat terjadi pada sebagian maupun seluruh mukosa (permukaan) telinga tengah, antrum mastoid, sel-sel mastoid, dan tuba Eustachius. Berdasarkan jenisnya, otitis media dapat dibagi menjadi:1,2
- Otitis media supuratif
- Otitis media nonsupuratif/serosa/sekretoria/musinosa/efusi (OME)
Berdasarkan awitan gejalanya, masing-masing jenisnya pun dapat dibedakan menjadi akut dan kronik. Secara keseluruhan terdapat:1,2
- Jenis supuratif:
- Otitis media supuratif akut (OMA)
- Otitis media supuratif kronis (OMSK)
- Jenis nonsupuratif:
- Otitis media serosa akut / aerotitis
- Otitis media serosa kronis
- Jenis lainnya:
- Otitis media tuberkulosa
- Otitis media sifilitika
- Otitis media adhesiva
Gambar 1. Skema pembagian otitis media.1
Otitis media akut (OMA) terjadi ketika kuman masuk ke dalam telinga tengah dan membuat peradangan yang terjadi secara akut dalam jangka waktu singkat. Penyakit ini dapat dibedakan menjadi OMA berisiko rendah maupun tinggi, dengan kriteris OMA risiko tinggi adalah:1
- Usia <2 bulan
- Usia saat menderita otitis media pertama kali <6 bulan
- Apabila kambuh, pernah menderita otitis media dalam satu bulan terakhir
- OMA berulang
- OMA bilateral
- Status gizi yang kurang ataupun buruk
Penyakit ini sebenarnya dapat terjadi pada semua usia namun paling sering menyerang bayi dan batita, terutama usia 6-24 minggu, dan menurun setelah usia lima tahun. OMA merupakan diagnosis kedua tersering di anak setelah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dan dapat dicetuskan oleh ISPA. Hal ini dikarenakan bayi dan anak memiliki tuba Eustachius yang lebar, pendek, dan letaknya agak horizontal.1,2
Menurut survei kesehatan yang dilakukan Ditjen Pembinaan Kesmas Jakarta pada tahun 1994-1996 pada 7 provinsi di Indonesia, didapatkan prevalensi penyakit telinga tengah sebesar 3.9% pada semua rentang umur di Indonesia.3 Indonesia sendiri belum memiliki data epidemiologi secara nasional mengenai prevalensi OMA.
sinonim: OMA, radang akut telinga tengah
Tanda dan Gejala
Secara umum, keluhan utama dari OMA adalah nyeri di dalam telinga (otalgia). Namun, gejala klinisnya dapat berbeda-beda tergantung umur pasien dan stadium penyakit.1-2,4
- Pada bayi
- Demam tinggi hingga 39.5oC
- Gelisah, mudah menangis, dan sulit tidur
- Sulit makan
- Pada anak kecil
- Demam tinggi hingga 39.5oC, kejang
- Gelisah, mudah menangis, dan mudah marah
- Sulit tidur, tiba-tiba menjerit saat tidur
- Sulit makan, muntah, dan diare
- Terkadang memegang telinga yang sakit
- Pada anak besar dan orang dewasa
- Demam ringan
- Gangguan pendengaran (rasa kurang dengar): keluhan utama
- Rasa penuh dan nyeri di dalam telinga
- Biasanya didahului riwayat batuk pilek
Apabila telah terjadi perobekan gendang telinga, suhu tubuh akan turun dan anak tertidur tenang. Kemudian, dapat terlihat adanya nanah yang keluar dari dalam telinga.1
Etiologi
OMA disebabkan oleh kuman, khususnya bakteri piogenik. bakteri utama penyebab oma adalah:1
- Streptococcus pyogenes (beta hemolitikus)
- Staphylococcus aureus
- Pneumococcus
Di samping itu, terkadang dapat ditemukan bakteri lainnya, seperti: 1
- Haemophilus influenza
- Escherichia coli
- Streptococcus non-haemoliticus
- Proteus vulgaris
- Pseudomonas aeruginosa
Patogenesis
Otitis media akut terjadi akibat terganggunya faktor pertahanan tubuh sehingga mikroba gagal dicegah masuk ke dalam telinga tengah yang umumnya steril dan menyebabkan peradangan. Faktor penyebabnya antara lain:1-2
- Sumbatan pada tuba Eustachius (penyebab utama OMA)
- Infeksi saluran pernapasan atas (ISPA)
Infeksi pada saluran pernapasan atas (hidung, nasofaring (tenggorokan), dan tuba Eustachius) dapat menghasilkan pembengkakan yang menyumbat bagian paling sempit dari tuba Eustachius. Akibatnya, pertukaran udara antara telinga tengah dan rongga hidung berkurang dan terjadi peningkatan tekanan negatif di telinga tengah. Terjadi peningkatan produksi lendir (mukosa) di telinga tengah yang mendukung pertumbuhan bakteri dan virus. Pertumbuhan kuman ini kemudian menyebabkan pernanahan yang terlihat dalam bentuk gendang telinga yang menonjol atau kemerahan yang apabila pecah akan mengeluarkan cairan ke liang telinga.2
Gambar 2. Patogenesis terjadinya OMA. 1
Dalam perjalanan penyakitnya, OMA dapat dibagi menjadi lima stadium yang dibedakan berdasarkan gambaran pengamatan membran timpani melalui liang telinga luar:1
- Stadium oklusi tuba Eustachius
- Pada stadium ini, tampak gambaran membran timpani yang menonjol menjauhi liang telinga (retraksi) akibat adanya tekanan negatif di telinga tengah.
- Stadium hiperemis (pre-supurasi)
- Pada stadium ini, terlihat pembuluh darah yang melebar di membran timpani. Sekret mungkin telah terbentuk di telinga tengah namun masih bersifat serosa (cair) sehingga sulit terlihat.
- Stadium supurasi
- Pada stadium ini, terlihat membran timpani yang menonjol ke dalam liang telinga dikarenakan adanya pembengkakan hebat dan terbentuknya nanah di rongga telinga tengah.
- Pada stadium ini, pasien akan tampak sangat sakit dengan nyeri telinga hebat, disertai demam yang kian meninggi.
- Apabila pasien tidak ditangani dengan pembedahan pada stadium ini, membran timpani dapat robek dan nanah akan keluar ke telinga luar.
- Stadium perforasi
- Stadium ini terjadi apabila pasien terlambat diberikan antibiotik atau tidak ditangani dengan baik, sehingga gendang telinga pun robek dan nanah akan terlihat keluar dari liang telinga.
- Pada stadium ini, anak yang tadinya gelisah akan menjadi tenang dan dapat tertidur nyenyak. Suhu tubuh pun akan turun.
- Stadium resolusi
- Apabila daya tahan tubuh baik atau kuman memiliki keganasan (virulensi) yang rendah, penyakit dapat sembuh tanpa pengobatan. Hal ini ditandai dengan
- Keadaan membran timpani yang perlahan kembali normal apabila tidak ruptur
- Sekret akan berkurang dan perlahan kering apabila sudah terjadi perobekan
- Namun, OMA juga dapat menetap menjadi otitis media supuratif kronik (OMSK) apabila robekan menetap dengan keluarnya cairan yang hilang timbul ataupun terus keluar.
- Apabila tidak terjadi perobekan gendang telinga namun cairan nanah menetap di rongga telinga tengah, dapat terjadi gejala sisa berupa otitis media serosa.
- Apabila daya tahan tubuh baik atau kuman memiliki keganasan (virulensi) yang rendah, penyakit dapat sembuh tanpa pengobatan. Hal ini ditandai dengan
Diagnosis
Diagnosis OMA umumnya ditegakkan secara klinis melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik dengan otoskopi.1-2,4
- Anamnesis:
- dapat ditemukan riwayat nyeri pada telinga (otalgia), keluarnya nanah dari dalam telinga, atau gejala lainnya berdasarkan usia dalam periode <2 minggu
- Pemeriksaan fisik, dapat ditemukan gendang telinga yang:
- meradang, merah, menebal, ataupun terdorong ke arah liang telinga
- robek disertai keluarnya nanah
Gambar 3. Tampilan gendang telinga normal (kiri), dan bengkak pada OMA (kanan).4
Gambar 4. Tampilan gendang telinga melalui otoskopi. Terlihat penonjolan membran timpani disertai sedikit meniskus pada bagian bawah akibat efusi nanah.5
Tata Laksana
OMA ditangani berdasarkan stadium penyakitnya. Berikut tata laksana medikamentosa yang dapat diberikan: 1,2
- Stadium oklusi:
- Pengobatan bertujuan untuk membuka kembali tuba Eustachius
-
-
- Obat tetes hidung:
- HCl efedrin 0.5% (anak <12 tahun)
- HCl efedrin 1% (anak >12 tahun dan dewasa)
- Antibiotika, diberikan apabila penyebab diduga bakteri. Diberikan selama minimal 7 hari dengan dosis pada anak-anak:
- Ampisillin: 50-100 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis
- Amoksisilin: 40 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis
- Eritromisin: 40 mg/kgBB/hari
- Obat tetes hidung:
-
- Stadium presupurasi/hiperemis
-
- Obat tetes hidung seperti di atas
- Antibiotika seperti di atas
- Analgetika, apabila diperlukan
- Stadium supurasi
-
- Antibiotika seperti di atas
- Dapat dilakukan miringotomi apabila membran timpani masih utuh
- Stadium perforasi
-
- Obat cuci telinga: H2O2 3% selama 3-5 hari untuk membersihkan sekret
- Antibiotika
- Stadium resolusi
-
- Antibiotik dapat dilanjutkan selama tiga minggu.
Apabila gendang telinga masih utuh, dapat dilakukan tata laksana nonmedikamentosa berupa miringotomi. Prosedur ini berupa tindakan insisi pada pars tensa membran timpani dengan pisau khusus (miringotom) untuk memudahkan drainase sekret dari telinga tengah ke liang telinga luar. Syarat dilakukannya tindakan ini adalah:1
- Anak harus tenang dan dapat dikontrol
- Tindakan harus dapat dilakukan secara a-vue (dapat dilihat langsung)
Gambar 5. Prosedur miringotomi.1
Komplikasi dan prognosis
Saat ini, OMA memiliki prognosis yang baik dengan adanya perkembangan layanan kesehatan dan terapi antibiotik yang memadai. Namun, OMA yang telah menyebabkan komplikasi memiliki risiko kematian yang besar. Faktor prognosis yang mempengaruhi terjadinya OMA yang lebih berat adalah:2
- Anak yang telah mengalami OMA sebanyak tiga kali atau lebih
- Anak yang telah mengalami komplikasi akibat OMA
Sebelum adanya antibiotika, komplikasi OMA sering terjadi. Namun, saat ini komplikasi tersebut lebih sering didapatkan sebagai komplikasi lanjutan dari OMSK. Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh OMA adalah:1-2
- Abses sub-periosteal
- Mastoiditis, petrositis, labirintitis
- Tuli (konduktif dan sensorineural)
- Meningitis
- Abses otak
Referensi
- Otitis media akut. In: Buku ajar ilmu kesehatan telinga, hidung, tenggorok, kepala, dan leher. 6th ed. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2012.
- Danishyar A, Ashurst JV. Acute otitis media. Treasure Island: StatPearls Publishing; 2020. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470332/
- Sirlan F, Suwento R. Hasil survei kesehatan indera penglihatan dan pendengaran. Departemen Kesehatan RI Ditjen pembinaan kesehatan masyarakat Direktorat bina upaya kesehatan puskesmas. Jakarta: 1998.
- Otitis media akut. In: Buku saku pelayanan kesehatan anak di rumah sakit. World Health Organization; 2016
- Donaldson JD. Acute otitis media [Internet]. Medscape. [updated 2019 Sep 25, cited 2020 Mar 13]. Available from: https://emedicine.medscape.com/article/859316-overview