Parkinson
Definisi
Merupakan penyakit neurodegeneratif bertahap yang mempunyai gejala klinis berupa tremor saat istirahat, kekakuan, serta kesusahan dalam berjalan, menjaga keseimbangan, dan koordinasi. Penyakit ini harus dibedakan dengan parkisonisme, yaitu gejala Parkinson yang timbul pada gangguan di ganglia basal karena penyebab nondegeneratif.1,2
Prevalensi penyakit Parkinson meningkat seiring bertambahnya usia. Penyakit ini diderita oleh 1 dari 100 orang yang berusia di atas 60 tahun. Selain itu, penyakit ini lebih sering diderita oleh laki-laki. Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kejadian penyakit Parkinson adalah merokok, asupan kafein, dan paparan terhadap pestisida.3,4
Gejala Klinis
Gejala utama yang umum ditemukan pada pasien Parkinson disingkat dengan TRAP, yaitu:
- Tremor saat istirahat (resting tremor), yaitu tremor asimetris 4-5 kali/detik, pada tangan, lengan, kaki, rahang, ataupun kepala;
- Rigiditas/rasa kaku yang dialami pada tungkai dan badan tubuh;
- Akinesia/bradikinesia, yaitu pergerakan yang melambat, sulit untuk memulai pergerakan;
- Postural instability/Keseimbangan dan koordinasi yang terganggu, terkadang jatuh.1
Dari beberapa tanda kardinal di atas, tremor merupakan gejala yang paling sering dikeluhkan oleh penderita Parkinson.
Gejala lain:
- Wajah topeng (masked facies), yaitu berkurangnya kemampuan seseorang dalam menunjukkan ekspresi wajah;
- Hipophonia, yaitu berkurangnya volume suara yang dihasilkan akibat berkurangnya kemampuan koordinasi otot-otot vokal;
- Aprosodia, yaitu ketidakmampuan seseorang untuk berbicara dengan variasi intonasi, nada, irama, dan lainnya;
- Disartria, yaitu keadaan saat otot-otot yang digunakan untuk bicara melemah ataupun susah untuk dikontrol sehingga berbicara dengan tidak jelas;
- Mikrografia, yaitu temuan berupa tulisan tangan yang kecil dan padat abnormal;
- Shuffling gait dengan turunnya ayunan lengan;
- Perubahan kemampuan kognitif: bradifrenia (lambat bereaksi atau berpikir), demensia di tahap lanjutan;
- Perubahan perilaku: perubahan pola tidur, depresi, perubahan karakter, penurunan pembicaraan spontan, dan kecemasan;
- Perubahan pada sistem otonom: konstipasi, disfungsi seksual, atau retensi urin.1,2
Etiologi & Patogenesis
Terdapat dua kemungkinan penyebab penyakit Parkinson, yaitu:
- Sporadis, yaitu kombinasi faktor genetik dan lingkungan (seperti racun) yang menyebabkan stres oksidatif terhadap neuron dopaminergik dan penuaan yang dipercepat;
- Familial, yaitu mutasi autosom dominan pada α-synuclein, gen autosom resesif Parkin, atau mutasi gen DJ-1, serta MPTP (neurotoksin).1
Patofisiologi
Kerusakan neuron penghasil dopamin (dopaminergik) sehingga dopamin yang dihasilkan berkurang. Dampak dari penurunan jumlah dopamin adalah disinhibisi jaras tidak langsung serta aktivasi jaras langsung yang menurun—membuat terjadi peningkatan inhibisi pada area motorik. Selain itu, sel-sel otak penderita Parkinson banyak memiliki badan Lewy, yaitu penumpukan protein α-synuclein. Hal ini menyebabkan neuritis pada substansia nigra.1,2
Gambar 1. Lewy-body dengan pewarnaan H&E5
Bradikinesia dapat disebabkan oleh proses ataupun obat yang mengganggu komponen dalam cortico-striato-pallido-thalamic circuit. Pada penyakit Parkinson, penurunan input dopaminergik dari substansia nigra ke striatum menyebabkan terjadinya perubahan neurokimiawi dan gangguan konektivitas pada basal ganglia.5
Kerusakan pada ujung saraf yang menghasilkan norepinefrin, neurotransmitter utama di sistem saraf simpatis yang mengatur fungsi otonom tubuh, juga umum dijumpai pada penderita Parkinson. Hal ini menjelaskan alasan gejala penyakit Parkinson seperti lelah, tekanan darah yang iregular, penurunan pergerakan makanan di saluran pencernaan, dan tekanan darah yang tiba-tiba melonjak turun saat seseorang berdiri dari posisi duduk atau berbaring.2
Diagnosis
Penyakit Parkinson merupakan diagnosis klinis—tidak ada biomarker laboratorium yang ada untuk kondisi ini dan tidak ditemukan gambaran spesifik pada MRI dan CT scan. Diagnosis klinis ditentukan dengan keberadaan 2 dari 3 tanda kardinal:
- Tremor saat istirahat;
- Rigiditas/kekakuan;
- 1
Selanjutnya, diagnosis dikonfirmasi dengan pemberian terapi dopaminergik—levodopa ataupun agonis dopamin—yang dapat memulihkan gejala motorik pasien. Pencitraan MRI juga dapat digunakan untuk menilai diagnosis banding sepeti stroke, hidrosefalus tekanan normal, tumor, abses, ataupun penyakit lainnya.1
Untuk menentukan akibat penyakit Parkinson, skoring yang digunakan adalah Movement Disorder Society-Sponsored Revision of the Uniffied Parkinson’s Disease Rating Scale (MDS-UPDRS). MDS-UPDRS merupakan sebuah asesmen berisi 50 pertanyaan komprehensif mengenai gejala motorik dan nonmotorik terkait parkinsonisme. Pertanyaan-pertanyaan tersebut terbagi dalam empat bagian, yaitu gejala nonmotorik sehari-hari, gejala motorik sehari-hari, pemeriksaan motorik, dan komplikasi motorik.6
Diagnosis Banding
Terdapat beberapa penyakit neurodegeneratif lainnya yang menyebabkan parkinsonisme, antara lain:7
- Demensia dengan badan Lewy
Demensia ini ditandai dengan gangguan kognitf yang progresif bersamaan dengan halusinasi visual, gangguan tidur, dan parkisonisme. Penyebab patologis demensia dengan badan Lewy sama dengan penyakit Parkinson, yaitu keberadaan badan Lewy. Untuk membedakannya, jika gejala gangguan kemampuan kognitif muncul terlebih dahulu dibandingkan parkinsonisme, diagnosisnya adalah demensia dengan badan Lewy.7
- Multiple system atrophy (MSA)
Penyakit ini juga tergolong α-synucleinopati, meskipun lebih jarang dibandingkan penyakit Parkinson. Beberapa gejala klinis yang ditunjukkan adalah parkinsonisme, ataksia cerebellum, kegagalan sistem otonom, dan disfungsi urogenital. Perbedaan MSA dengan penyakit Parkinson adalah parkinsonisme pada MSA cenderung lebih progresif dan tidak responsif terhadap levodopa.7
Selain penyakit neurodegeneratif, terdapat penyebab sekunder parkinsonisme, yaitu:7
- Parkinsonisme akibat obat
Obat-obat yang bekerja langsung pada reseptor dopamin di sistem saraf pusat dapat tmenyebabkan parkinsonsime—jenis obat tersering adalah antipsikotik. Selain itu, penggunaan antiemetik, calcium channel blocker (CCB), dan antidepresan selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) juga dapat menyebabkan parkinsonisme timbul.7
- Parkinsonisme vaskuler
Parkinsonisme yang disebabkan oleh penyakit serebrovaskuler merupakan diagnosis banding yang harus diperhatikan karena kasusnya mencakup 3-6% total kasus parkinsonisme. Sindrom ini disebabkan oleh lesi di substansia nigra atapun proyeksinya.7
Tata Laksana
Pada stadium awal, saat gejala belum menyebabkan gangguan fungsional yang signifikan, terapi farmakologi mungkin belum perlu diberikan. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam terapi adalah beratnya gejala, pengaruh gejala terhadap tangan dominan, kemampuan bekerja, serta biaya dan pilihan pasien setelah diberikan edukasi dan informasi lengkap.8
Terapi Farmakologi
Obat-obatan yang dapat diberikan adalah:1
- Dopaminergik, antara lain:
- Levodopa (L-dopa)/benserazide;
- Agonis DA: bromocryptine, pramipexole, ropinirole;
- Inhibitor MAOB: selegilin;
- Inhibitor COMT: entecapone, tokapone;
- Antagonis reseptor NMDA: amantadin.1
- Antikolinergik: Triheksiphenidil (THP)1
Hal yang patut diperhatikan adalah penggunaan levodopa jangka panjang dapat mengakibatkan komplikasi motorik—fluktuasi motorik dan diskinesia—dan komplikasi nonmotorik, seperti komplikasi sensorik, motorik, dan psikiatrik.1
Terapi Nonfarmakologi
Terapi nonfarmakologi yang dapat diberikan adalah edukasi, self-help group, latihan, dan terapi wicara. Sementara itu, terapi operatif yang dapat dilakukan adalah ablative/lesioning (thalidotomi, pallidektomi) dan deep brain stimulation di pallidum, nukleus, subtalamikus.1
Komplikasi
Pada tahap stadium lanjut, gejala nonmotorik dapat muncul, antara lain:
- Demensia;
- Psikosis;
- Depresi;
- Hipotensi ortostatik;
- Mual dan muntah;
- Konstipasi;
- Disfungsi ereksi;
- Gangguan perilaku tidur REM;
- Kantuk di siang hari.8
Lihat juga seputar neurologi di: https://beranisehat.com/tag/neurologi/
Referensi
- Arifputra A, Anindhita T. Penyakit parkinson. In: Tanto C, Liwang F, Hanifati S, editors. Kapita selekta kedokteran. 4th Jakarta: Media Aesculapius; 2014.
- Parkinson’s disease [Internet]. USA: National Institute on Aging; 2017 May [cited 2020 Feb]. Available from: nia.nih.gov/health/parkinsons-disease
- Abbas MM, Xu Z, Tan LCS. Epidemiology of parkinson’s disease—east versus west. Mov Disord Clin Pract. 2018 Jan-Feb;5(1):14-28.
- Tysnes OB, Storstein A. Epidemiology of parkinson’s disease. J Neural Transm. 2017 Aug;124(8):901-5.
- Ropper AH, Samuels MA, Klein JP. Adams and victor’s principles of neurology. 10th US: McGraw-Hill; 2014. p.67-72.
- Unified parkinson’s disease rating scale (UPDRS) [Internet]. London: Parkinson’s UK; 2020 Feb [cited 2020 March]. Available from: parkinsons.org.uk/professionals/resources/unified-parkinsons-disease-rating-scale-updrs
- Greenland JC, Barker RA. The differential diagnosis of parkinson’s disease. In: Stoker TB, Greenland JC, editors. Parkinson’s disease: pathogenesis and clinical aspects. Brisbane: Codon Publications; 2018 Dec.
- Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). Panduan praktik klinis neurologi. 2016.