Pembelajaran Daring: Kolaborasi Anak, Guru, dan Orang Tua

belajar di rumah

Setahun lebih belajar di rumah, apa saja tantangan yang dihadapi dan bagaimana solusinya?

Sudah lebih dari setahun pandemi Covid-19 telah mengubah kehidupan normal anak-anak, tak terkecuali kegiatan belajar mengajar (KBM). Melihat kondisi gelombang kedua yang hari ini masih menyapu seluruh negeri, pembelajaran tatap muka nampaknya belum memungkinkan untuk dilakukan dalam waktu dekat. Pembelajaran daring masih menjadi satu-satunya jalan untuk tetap mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak.

Tak bisa dipungkiri, KBM dihadapi dengan berbagai keterbatasan dengan dilaksanakannya pembelajaran jarak jauh (PJJ). Salah satu aspek kehidupan anak yang paling dipengaruhi oleh transisi tersebut adalah aspek sosial. Sebelum era PJJ, anak dapat belajar berinteraksi secara langsung dengan teman dan guru yang dapat menanamkan beberapa nilai, seperti kebersamaan dan kerja sama.

Belum lagi, kini anak lebih sulit mempelajari lingkungan di luar rumahnya. “Dengan pembelajaran daring, anak merasa lingkungan di luar rumah asing. Itu yang mungkin menyebabkan kecemasan anak meningkat,” terang Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, Sp.A(K), Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Tantangan lain yang dihadapi anak selama mengikuti pembelajaran daring antara lain berkurangnya atensi serta merasa jenuh karena harus mendengarkan materi tanpa berinteraksi secara langsung, posisi duduk terus-menerus yang tidak nyaman, dan gangguan mata akibat durasi menatap layar digital yang cukup lama.

Guru dan orang tua memegang andil dalam menunjang kegiatan belajar anak. Sebagai tenaga pendidik, guru perlu berkreasi untuk mempertahankan minat belajar anak, misalnya dengan mengadakan permainan di sela jam pelajaran. Pada situasi pembelajaran pandemi seperti ini, pendampingan orang tua pun menjadi sangat penting, terutama bagi anak usia prasekolah. Orang tua juga perlu menjaga suasana kegembiraan di dalam rumah dan membantu mengembangkan minat-bakat anak.

Agar pembelajaran tetap berjalan efektif, orang tua perlu menegaskan pada anak bahwa sekolah tetaplah sekolah, salah satunya adalah dengan menegaskan anak tetap menggunakan seragam selama KBM. Selain itu, orang tua disarankan untuk membuat jadwal kegiatan anak, termasuk jadwal aktivitas bersama keluarga. Anak juga tetap dapat beraktivitas di lingkungan luar. “Wajar apabila orang tua waspada, tetapi sebaiknya tidak terlalu mengekang anak. Jika anak ingin bermain di halaman atau bersepeda ketika sedang sepi, biarkan saja. Hal ini tentu dengan catatan anak tetap harus mematuhi protokol kesehatan,” tutur Rini. Ketua Umum IDAI Jaya tersebut menekankan bahwa orang tua pun harus memastikan kebutuhan nutrisi dan tidur anak terpenuhi.

Pembelajaran secara daring memang bukanlah situasi yang ideal. Banyak kesulitan dan adaptasi yang harus dilakukan anak dalam PJJ. Namun, dengan dukungan guru dan orang tua, anak tetap bisa belajar dengan gembira dan maksimal.

Penulis:
– Hendra Gusmawan
– Rheina Tamara Tarigan
Editor: Amanda Safira Aji

Share your thoughts