Menuju Pembelajaran Tatap Muka: Matangkah Persiapan Kita?

sekolah tatap muka

Siapkah kita mengadopsi pembelajaran tatap muka dalam proses belajar mengajar?

 

Dewasa ini, berbagai pemerintah daerah mengizinkan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas di era Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 3 sejak terjadinya penurunan angka kasus baru Covid-19 di wilayah Jawa-Bali. Wacana pemberlakuan PTM terbatas ini merupakan sebuah upaya kedua pemerintah usai wacana serupa yang sempat disusun pada tahun 2020. Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Makarim, sebenarnya menargetkan PTM terbatas dilaksanakan pada bulan Juli 2021, namun wacana tersebut gagal akibat terjadinya lonjakan kasus Covid-19 pada waktu tersebut.

Pemberlakuan PTM terbatas kali ini dilakukan berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri Kesehatan, dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia tentang Panduan Penyelanggaraan Pembelajaran Di Masa Pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19), terdapat beberapa hal yang harus dilakukan untuk menjalani pembelajaran tatap muka, diantaranya mewajibkan vaksinasi Covid-19 kepada seluruh tenaga pendidik, menjaga jarak minimal 1,5 meter, menggunakan masker tiga lapis, dan melakukan pembatasan kapasitas kehadiran maksimal. Surat tersebut juga menyertakan secara rinci mengenai protokol yang harus dijalani oleh murid, tenaga pendidik, serta staf pendidikan selama pelaksanaan PTM terbatas.

Pelaksanaan PTM terbatas diawali dengan uji coba PTM yang sudah dilaksanakan sebanyak dua tahap pada bulan April dan Juni 2021 lalu. Dinas Pendidikan DKI Jakarta menyatakan bahwa kedua tahap uji coba tersebut berhasil terlaksana dengan baik. Selama uji coba tersebut berlangsung, tidak terdapat kasus baru positif Covid-19. Di samping itu, banyak siswa yang mengaku lebih berantusias untuk menempuh ilmu dengan menjalani pembelajran secara luring. Mereka merasa lebih mudah menangkap materi dengan belajar secara kontak langsung di sekolah. Manfaat lainnya adalah siswa dapat melatih kemampuan bersosialisasi baik dengan teman sepantaran dan tenaga pendidik. Tidak dapat dipungkiri bahwa kontak langsung antarmanusia akan memberikan dampak yang berbeda dibandingkan bersosialisasi secara daring.

Selama masa pandemi, peserta didik terpaksa harus menjalani pendidikan secara daring. Akibatnya, banyak materi sekolah yang tidak dapat sepenuhnya dikuasai oleh peserta didik. Ketertinggalan pemahaman tersebut dapat disebabkan oleh sejumlah faktor, di antaranya adalah rendahnya durasi atensi saat menatap layar digital. Terlebih lagi, peserta didik mengalami kejenuhan akibat monotonnya kegiatan di depan layar digital setiap hari. Selain itu, era digital membuat manusia tidak kenal waktu. Kegiatan apa pun seakan dapat diselipkan di waktu kapan pun sehingga menimbulkan kelelahan. Terlebih lagi, tidak jarang orang tua mengeluhkan kesulitan mendampingi anak untuk belajar daring. Hal ini akan semakin sulit ketika orang tua harus bekerja dari rumah sekaligus mendampingi anak. Berbagai faktor tersebut menimbulkan kekhawatiran akan masa depan peserta didik.

            Di sisi lain, kegiatan di luar rumah harus menerapkan protokol kesehatan yang kuat. Namun, membiasakan sebuah perilaku baru di masyarakat tidaklah mudah. Oleh karena itu, masyarakat membutuhkan edukasi yang komprehensif dan mendalam untuk menginternalisasi kebiasaan ini. Maraknya mutasi SARS-CoV2 belakangan ini juga menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi orang tua apabila harus mengizinkan anak menjalani PTM terbatas. Walaupun saat ini angka kasus Covid-19 sedang mengalami penurunan, sebaiknya kita tidak mengambil langkah yang ceroboh mengingat bahwa pelaksanaan PTM terbatas berpotensi meningkatkan risiko infeksi SARS-CoV2 melalui kontak antarsesama peserta dan tenaga pendidik.

Kesehatan adalah kepentingan kita bersama. Pandemi Covid-19 mengajarkan masyarakat Indonesia untuk tidak lengah dan mengurangi kontak langsung dengan orang lain. PTM terbatas dapat mengurangi beban orang tua dan meningkatkan kesempatan dan kemampuan anak belajar, juga  memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuan sosial dan komunikasi. Namun, sebelum mengambil langkah tersebut, orang tua sebaiknya mengkiritisi dan memastikan kembali protokol kesehatan yang telah disiapkan oleh sekolah yang bersangkutan. Tenaga pendidik juga perlu menjalin komunikasi yang baik dan jelas dengan orang tua agar kekhawatiran ini dapat berkurang serta melatih peserta didik untuk selalu menjaga protokol kesehatan yang ketat. Apabila seluruh pihak melakukan tugasnya dengan benar, niscaya kita dapat mengoptimalisasi manfaat positif PTM terbatas dan menekan risikonya.

Penulis: Rheina Tamara Tarigan
Editor: Ariestiana Ayu Ananda Latifa

Share your thoughts