Penyakit Wilson: Kerusakan Tubuh akibat Tembaga

Penyakit Wilson (Wilson’s Disease) adalah kelainan genetik atau bawaan yang menyebabkan terjadinya penumpukan zat tembaga (copper) di dalam sel-sel hati. Penyakit yang pertama kali dijelaskan oleh Kinnear Wilson ini jarang ditemukan, namun dapat mematikan. Untungnya, kematian dapat dicegah bila dilakukan deteksi dan pengobatan lebih awal.

Tembaga dan Pengaturannya dalam Tubuh Manusia
Tembaga adalah salah satu zat nutrisi yang berperan sebagai kofaktor dari banyak protein. Kebutuhan harian tembaga adalah 0,9 mg/hari yang diperoleh melalui makanan. Rata-rata manusia mengonsumsi tembaga sebanyak 2-5 mg sehari sehingga kelebihan tembaga ini akan dibuang.

Tembaga yang ada dalam makanan akan diserap melalui usus dan dialirkan pembuluh darah menuju hati. Di dalam sel hati, sebagian tembaga akan dibuang ke sirkulasi empedu. Sebagian lainnya akan berikatan dengan protein ceruloplasmin dan dialirkan ke pembuluh darah sistemik.

Gangguan Metabolisme Tembaga pada Penyakit Wilson
Pada individu dengan penyakit Wilson, terjadi mutasi pada gen ATP7B. Kelainan ini diturunkan dengan pola autosomal resesif. Mutasi ini menyebabkan tembaga dalam sel hati tidak dapat dibuang ke sirkulasi empedu maupun diikat oleh ceruloplasmin. Konsekuensi dari keadaan tersebut adalah

1. Tembaga menumpuk di dalam sel hati karena tidak dapat dibuang ke sirkulasi empedu. Lama kelamaan, terjadi kerusakan organ hati.

2. Ceruloplasmin dilepas ke aliran darah dalam bentuk apoceruloplasmin karena tidak berikatan dengan tembaga. Apoceruloplasmin memiliki waktu paruh yang lebih singkat karena lebih cepat dihancurkan. Akibatnya, terjadi penurunan kadar ceruloplasmin dalam darah.

3. Lama-kelamaan, tembaga yang memenuhi sel hati akan masuk ke aliran darah dan akan menumpuk di organ lain, terutama otak, kornea, dan ginjal.

Tanda dan Gejala Penyakit Wilson
Gejala penyakit ini berkaitan dengan perjalanan penyakit dan muncul pada usia relatif muda. Tampilan awal yang dapat ditemukan adalah berbagai gejala yang terkait gangguan di hati, misalnya kuning/ikterus, ascites, dan edema/bengkak. Bila dilakukan pemeriksaan lab, dapat ditemukan peningkatan SGOT/SGPT.

Penumpukan tembaga di mata dapat menyebabkan katarak. Fenomena ini disebut sunflower cataract. Selain itu, tanda khas dari penyakit Wilson adalah ditemukannya Kayser-Fleischer rings. Ini terjadi akibat penumpukan tembaga di kornea sehingga tampak seperti cincin berwarna gelap. Adanya Kayser-Fleischer rings tidak menyebabkan gangguan penglihatan.

Kasyer-Fleischer Rings. Sumber: NEJM

Penumpukan tembaga di otak dapat menyebabkan berbagi gangguan saraf seperti kekakuan, disartria, insomnia, kejang, dan tremor. Selain itu, juga dapat terjadi gangguan emosional, depresi, hingga halusinasi. Gejala lain yang dapat terjadi adalah keguguran, gangguan siklus haid, batu ginjal, batu empedu, dan nyeri sendi.

Penegakkan Diagnosis
Kelainan ini dapat dipertimbangkan bila menemukan pasien berusia 3 hingga 55 tahun dengan gangguan hati dengan peyebab tidak jelas. Diagnosis penyakit Wilson umumnya dapat ditegakkan bila ditemukan gangguan hati yang disertai gangguan saraf dan Kasyer-Fleischer rings.

Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah kadar tembaga dalam urin dan kadar ceruloplasmin pada darah. Pada penyakit Wilson, terdapat peningkatan tembaga pada urin 24 jam (lebih dari 40 mcg) dan penurunan kadar ceruloplasmin (kurang dari 20 mg/dL). Pemeriksaan lain seperti biopsi dan analisis genetik dapat dipertimbangkan bila masih meragukan.

Pengobatan Penyakit Wilson
Prinsip pengobatan penyakit Wilson adalah dengan memberikan chelating agent. Obat golongan ini akan membantu mengeluarkan tembaga yang berlebihan dari tubuh. Contoh obat golongan ini adalah D-penicillamine dan trientine. Pilihan obat lain adalah zinc. Zinc akan membantu menguragi penyerapan tembaga di dalam usus.

Proses pengobatan harus dijalankan dengan pemantauan ketat. Keadaan akan berangsur-angsur membaik setelah beberapa bulan menjalani pengobatan. Setelah 2-6 bulan memulai pengobatan, dosis dapat mulai disesuaikan untuk jangka panjang. Obat harus diminum seumur hidup. Bila berhenti minum obat, maka gejala dapat kembali kambuh.

Referensi
American Association for the Study of Liver Disease (AASLD)

Share your thoughts