Perjuangan Tak Hanya Sampai Gelar
Usia yang belia tidak menghambat pengabdian dr. Puti Alimah demi kemajuan kesehatan di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat
Menjadi dokter tidaklah mudah, perlu perjuangan baik dari segi akademis, waktu, dan tenaga demi mendapatkan gelar sebagai profesi pelayan kesehatan masyarakat. Setelah mendapatkan gelar, para dokter yang baru disumpah harus mengabdi ke daerah yang terpilih melalui Program Internsip Dokter Indonesiayang dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia selama kurang lebih satu tahun. Seluruh rangkaian proses tersebut turut mewarnai perjalanan pengabdian dr. Puti Alimah.
Mengejar Cita-Cita
Puti, seorang dokter kelahiran 1995 ini mulanya terinspirasi menjadi dokter setelah melihat profesi ayahnya sebagai seorang dokter. Selama mengenyam di bangku pendidikan, ia merasa mata pelajaran yang paling berkesan dan sesuai dengan minatnya adalah biologi. Oleh karena itu, Puti pun semakin memantapkan dirinya untuk mengejar cita-cita menjadi seorang dokter. Impiannya, dengan menjadi seorang dokter, ia juga dapat berinteraksi langsung dan berkontribusi kepada masyarakat.
Awal Pengabdian
Dokter lulusan dari Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti ini melanjutkan kegiatan internship di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, tepatnya di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) “45” Kabupaten Kuningan selama satu tahun. Puti sendiri menilai ada banyak kenangan dan pembelajaran yang ia dapatkan semasa internship di daerah tersebut.
Hambatan pertama yang dihadapi adalah bahasa. Dokter asal Jakarta ini terbiasa menggunakan bahasa Indonesia, namun tiba-tiba harus dihadapkan dengan bahasa Sunda yang kurang familier di telinganya. Banyak dari pasien yang ditemui menggunakan bahasa daerah sehingga Puti harus mengonfirmasi kembali kepada perawat mengenai hal yang disampaikan oleh pasien. Hambatan ini pun pada akhirnya dapat dilalui karena ia senang mempelajari bahasa baru. Menurutnya, pengalaman ini menjadi pengalaman yang tak terlupakan dan membuatnya banyak belajar.
Selain dari segi interaksi dengan masyarakat, Puti juga mendapatkan beragam kasus di Kabupaten Kuningan. Kasus-kasus yang ditemuinya ini mungkin tidak dapat ia tangani secara langsung jika tetap berada di kota besar. Di Kuningan, Puti mendapatkan kesempatan langsung untuk menangani kasus besar akhir ini, yaitu pandemi COVID-19. Dokter lulusan tahun 2019 ini pun turut menjadi tenaga kesehatan di Kabupaten Kuningan sejak awal pandemi ini terjadi. Ia menyaksikan langsung bagaimana perubahan pelayanan kesehatan yang terjadi, dari normal hingga penuh tantangan karena pandemi. Kewajiban seperti memakai alat pelindung diri (APD) yang terdiri atas beberapa lapis pun membuatnya harus menahan suhu panas akibat penggunaan APD.
Kebingungan dan kegelisahan turut menyelimuti tenaga kesehatan kala menghadapi musuh baru yang belumdiketahui secara pasti. Perlahan, teman-teman sejawat pun ikut tumbang akibat melawan musuh baru ini. Hal ini tentu membuat gadis berkaca mata tersebut harus bekerja ekstra di luar jam kerja yang diberikan saat awal. Kondisi tersebut terjadi akibat keterbatasan tenaga kesehatan dalam menghadapi virus COVID-19. Tak jarang, Puti juga mendapatkan kabar tenaga kesehatan lainnya yang gugur saat berjuang melawan virus ini. Okupansi rumah sakit terus meningkat dari hari ke hari akibat penyebaran virus yang cepat. Namun, segala kondisi yang dihadapi membuat semangat Puti tidak pernah padam. Musibah ini justru ini menjadipembelajaran ke depan dan pengalaman menjadi saksi sejarah dari pandemi yang telah mengubah sistem kesehatan di Indonesia.
Bekal Pembelajaran
Selama menjalani masa intership di RSUD “45” Kabupaten Kuningan, Puti mengaku banyak belajar dari dokter-dokter senior yang berada di rumah sakit tersebut. Puti bahkan dipercayai oleh salah satu dokter di RSUD “45” Kabupaten Kuningan untuk turut serta membantu jalannya proses operasi. Menurut Puti, pengalaman ini sangat penting dalam perjalanan menuju cita-citanya menjadi seorang dokter bedah. Dengan mendapatkan ilmu dan pengalaman langsung dari dokter yang ahli di bidang tersebut, Puti merasa sangat bersyukur. Semangatnya dalam mengejar impian menjadi dokter bedah pun meningkat. Dokter berambut ikal ini juga mengaku masih mengingat dengan jelas segala pengalaman yang ia jalani selama menjadi dokter di sana.
Saat menjalani intership di RSUD “45” Kabupaten Kuningan, Puti mau tak mau harus berpisah dengan beberapa sahabat dari almamaternya. Hal ini terjadi karena sistem pemilihan intership yang berbeda-beda bagi setiap individu. Puti pun ditantang untuk menjalankan intership di Kabupaten Kuningan bersama orang-orang baru. Mulanya, tentu saja hal ini terasa berat karena ia harus beradaptasi kembali dengan lingkungan baru dan bahasa baru. Dokter ini juga harus kembali menyesuaikan diri dengan lingkungan. Ia banyak bertemu dengan orang baru yang tidak hanya terbatas dari kalangan dokter saja, tetapi juga teman sejawat lainnya. Bersyukurnya, Puti menjadi lebih dekat dengan para tenaga kesehatan lainnya dan bisa merasakan semangat kekeluargaan saat berada di RSUD “45” Kabupaten Kuningan.
Bagi Puti, pengalaman intership di RSUD “45” Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat menjadi pengalaman yang tak terlupakan. Waktu satu tahun yang ia habiskan di daerah tersebut membuat dokter kelahiran Bekasi ini belajar banyak hal dan menjadi bekal penting dalam menjadi dokter yang lebih baik lagi di masa depan.
Perjuangan menjadi seorang dokter tidak berakhir ketika sudah mendapatkan gelar dokter,. Perjalanan yang harus ditempuh masih panjang dan penuh rintangan. Namun, jangan pernah menyerah karena seluruh hal yang terjadi pada diri kita saat inilah yang akan membentuk diri kita di masa depan. Oleh karena itu, Puti berpesan untuk tetap berusaha keras di dalam hidup ini dan senantiasa semangat dalam mengejar cita-cita.
Nama : dr. Puti Alimah
TTL : Bekasi, 16 Oktober 1995
Riwayat Pendidikan : Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
Penulis: Fadila
Editor: Rejoel
dr. Puti Alimah