Pielonefritis
Definisi dan Informasi Umum
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri yang menyebabkan inflamasi pada ginjal. Penyakit ini dapat timbul akibat komplikasi dari infeksi saluran kemih yang menjalar naik ke atas hingga ginjal. Wanita muda yang aktif secara seksual merupakan kelompok yang paling rentan terkena pielonefritis, diikuti oleh kelompok bayi dan usia lanjut.1,2
Secara umum, pielonefritis dapat dibagi menjadi 2 kelompok1,2:
- Pielonefritis non-komplikata – yaitu pielonefritis yang terjadi pada wanita muda sehat tanpa adanya abnormalitas struktur atau fungsi saluran kemih dan tidak memiliki penyakit komorbid
- Pielonefritis komplikata – yaitu pielonefritis yang terjadi pada pasien dengan kelainan struktur atau fungsi saluran kemih, atau memiliki penyakit medis lain yang menjadi faktor predisposisi
Tanda dan Gejala
Gejala klinis yang paling sering dialami oleh seseorang dengan pielonefritis akut adalah:
- Nyeri pinggang (flank pain)
- Demam, menggigil, lemas
- Mual, muntah, nafsu makan menurun
- Sering berkemih, urgensi, nyeri saat berkemih (disuria)
Trias pielonefritis umumnya mencakup demam, flank pain, serta mual atau muntah, namun tidak semua gejala trias ini harus ada untuk menegakkan diagnosis. Pada anak-anak misalnya, gejala khas pielonefritis dapat tidak terlihat. Gejala seperti gagal tumbuh, demam, dan sulit makan dapat menyertai pielonefritis pada bayi dan anak di bawah usia 2 tahun. Demam >38oC juga merupakan salah satu ciri pielonefritis, namun dapat tidak muncul pada fase awal penyakit atau pada pasien dengan masalah kekebalan tubuh (immunocompromised).1,2
Etiologi dan Patogenesis
Penyebab utama pielonefritis akut adalah bakteri Gram-negatif. Etiologi yang paling sering adalah Escherichia coli. Bakteri lain yang juga dapat menyebabkan pielonefritis akut adalah Klebsiella, Proteus, dan Enterobacter. Bakteri dapat mencapai ginjal melalui 2 cara: melalui darah secara hematogen dan melalui infeksi yang naik dari saluran kemih bawah (ascending infection). Penyebaran secara hematogen cukup jarang terjadi, sebagian besar kasus terjadi melalui infeksi menjalar.
Bakteri awalnya menempel pada sel epitel mukosa uretra dan kemudian naik ke kandung kemih, bahkan hingga ke ginjal. Infeksi ini lebih sering terjadi pada wanita karena uretra yang lebih pendek dan jarak bukaan genitalia yang lebih dekat ke anus. Adanya benda asing pada saluran kemih, seperti kateter atau batu dapat mempermudah penyebaran bakteri. Selain itu, obstruksi urine dapat menyebabkan stasis urine, suatu media yang baik bakteri untuk tumbuh.1,3
Patofisiologi
Bakteri patogen memiliki faktor virulensi yang dapat membantu dalam proses infeksi. E. coli merupakan bakteri uropatogen yang paling sering menyebabkan pielonefritis dan memiliki molekul adhesi yang disebut P-fimbrae. Molekul ini dapat berinteraksi dengan reseptor pada permukaan sel epitel host. Hal ini membantu kolonisasi bakteri dan mencegahnya terbuang bersama urine.
Selain itu, bakteri juga dapat memiliki beberapa faktor virulensi lain. Siderofor merupakan komponen penting yang berfungsi untuk menyerap zat besi. Kapsul tertentu juga dapat membantu bakteri untuk menghindari fagositosis, sehingga tidak dihancurkan oleh sistem imun host. Secara keseluruhan, patofisiologi infeksi ini bergantung pada interaksi antara faktor host dan faktor bakteri.
Penempelan bakteri pada epitel dapat memicu terjadinya respons inflamasi. Jika terjadi pada ginjal, maka ini dapat merusak parenkim ginjal. Bakteri yang menempel pada sel ginjal kemungkinan dapat merusak pertahanan protektif tubuh, sehingga menyebabkan infeksi, hipoksia, iskemia, dan juga pembekuan darah sebagai usaha melokalisasi infeksi. Sitokin inflamasi, toksin bakteri, serta proses inflamasi lainnya dapat memicu terjadinya gejala sistemik, yang dapat berujung pada sepsis dan syok
Flank pain juga merupakan gejala yang cukup khas pada penyakit saluran urinaria. Hal ini disebabkan oleh distensi ureter, pelvis renalis, atau kapsul ginjal. Tingkat keparahan nyeri bergantung pada kecepatan terjadinya distensi tersebut, bukan pada derajat distensinya. Pada pielonefritis, inflamasi ginjal menyebabkan distensi kapsul ginjal, sehingga terjadi flank pain, namun dengan nyeri yang lebih ringan.1,3,4,5
Diagnosis
Anamnesis dan pemeriksaan fisik sangat berperan penting dalam menegakkan diagnosis pielonefritis akut. Selain dari gejala-gejala khas pielonefritis yang disebutkan di atas, pada pemeriksaan fisik, terdapat nyeri pada palpasi sudut costovertebral (costovertebral angle tenderness). Tanda ini juga merupakan salah satu ciri khas temuan pada pielonefritis.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah urinalisis, kultur urine, serta pencitraan radiologi jika diperlukan. Pada urinalisis, pasien pielonefritis umumnya menunjukkan piuria (terdapat leukosit pada urine) atau tes leukosit esterase yang positif.
Kultur urine disertai dengan uji suseptibilitas antimikrobal dilakukan untuk menentukan pengobatan antimikroba yang pelru diberikan. Kultur urine dilakukan dari urine pancar tengah. Hitungan bakteri ³104 CFU (colony-forming units) per mL urine dianggap sebagai bakteriuria yang bermakna secara klinis.
Pencitraan radiologi umumnya tidak diperlukan, kecuali jika terjadi infeksi berulang atau pada kasus yang tidak kunjung membaik. Tujuannya adalah untuk menemukan abnormalitas struktur atau obstruksi dari batu atau abses.2,6
Tata Laksana
Tata laksana pielonefritis akut adalah dengan pemberian antibiotik, selama kurang lebih 10-14 hari. Pilihan antibiotik yang digunakan bergantung pada pola resistensi antibiotik setempat dan hasil uji sensitivitasnya.2,6
Dengan terapi antibiotik, pasien akan menunjukkan perbaikan gejala setelah 48-72 jam. Jika dalam rentang waktu tersebut pasien tidak menunjukkan perbaikan, pasien perlu dievaluasi kembali untuk mempertimbangkan adanya komplikasi dari pielonefritis atau diagnosis banding yang lain.2,6
Komplikasi dan Prognosis
Komplikasi yang dapat terjadi pada pielonefritis akut adalah sebagai berikut1,3:
- Abses renal atau perinefrik
- Sepsis
- Trombosis vena renalis
- Nekrosis papiler
- Gagal ginjal akut
- Pielonefritis emfisematosa (emphysematous pyelonephritis)
Jika ditatalaksana dengan benar, pielonefritis memiliki prognosis yang baik hanya dengan pemberian antibiotik dan rawat jalan. Usia tua, jenis kelamin laki-laki, gangguan fungsi ginjal, serta adanya disseminated intravascular coagulation merupakan beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko mortalitas pada pielonefritis.1,3
Referensi
- Belyayeva M, Jeong JM. Acute Pyelonephritis. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; [Updated 2019 Feb 28, cited 2020 Feb 15]. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK519537/
- Colgan R, Williams M, Johnson JR. Diagnosis and treatment of acute pyelonephritis in women. Am Fam Physician.2011 Sep 1;84(5):519-526.
- Hooton TM. Clinical practice. Uncomplicated urinary tract infection. N Engl J Med. 2012 Mar 15;366(11):1028-37
- Fulop T. Acute pyelonephritis [Internet]. Medscape. [Updated 2019 Jun 14, cited 2020 Feb 15]. Available from: https://emedicine.medscape.com/article/245559-overview#a3
- Bueschen AJ. Flank Pain. In: Walker HK, Hall WD, Hurst JW, editors. Clinical Methods: The History, Physical, and Laboratory Examinations. 3rd edition. Boston: Butterworths; 1990. Chapter 182. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK292/
- Seputra KP, Tarmono, Noegroho BS, Mochtar AC, Wahyudi I, Renaldo J, et al. Guideline penatalaksanaan infeksi saluran kemih dan genitalia pria 2015. 2nd Jakarta: Ikatan Ahli Urologi Indonesia; 2015. p.24-7.