Prolaktinoma

Definisi & informasi umum

Prolaktinoma adalah tumor penghasil hormon prolaktin. Prolaktin merupakan hormon yang dihasilkan oleh sel laktotrof pada hipofisis anterior yang memiliki fungsi penting dalam produksi air susu. Prolaktinoma mencakup 50% kasus tumor fungsional hipofisis dan merupakan penyebab tersering hiperprolaktinemia dengan prevalensi pada pria sebesar 1% dan pada wanita mencapai 3%. Sebagian besar kasus diderita oleh wanita usia 2-50 tahun dan jarang ditemukan pada anak atau remaja. Prolaktinoma dapat dikelompokkan berdasarkan ukuran menjadi mikroadenoma (<1 cm), markoadenoma (>1 cm), dan gigantik (>4 cm). Rasio mikroprolaktinoma pada wanita dan pria mencapai 20:1, sedangkan rasio makroprolaktinoma pada wanita dan pria mendekati 1:1.1,2

 

Tanda & Gejala

Pasien wanita umumnya datang dengan keluhan infertilitas (16-30%), oligomenorea atau amenorea (9%), pubertas terlambat, galaktorea (produksi ASI berlebihan), penurunan libido, dan nyeri saat berhubungan seksual. Sementara pasien pria datang dengan keluhan penurunan libido, infertilitas, disfungsi ereksi dan ejakulasi dini (3-10%), dan impotensi (5%). Pada wanita pasca menopause dan pria usia lanjut, keluhan sakit kepala dan fraktur akibat osteoporosis menjadi keluhan tersering. Jika massa tumor cukup besar melewati daerah sella, defek lapang pandang hemianopsia bitemporal terjadi akibat penekanan kiasma optikum. Efek penekanan massa seperti sakit kepala dan palsi saraf kranial  juga dapat terjadi.1-3

 

Etiologi & Patogenesis

Tidak ada penyebab jelas mengapa terjadi prolaktinoma (idiopatik). Namun, pada beberapa kasus prolaktinoma merupakan bagian dari kondisi keganasan lain, seperti multiple endocrine neoplasia (MEN) tipe I, kompleks Carney, dan sindroma McCune-Albright. Sementara itu, hiperprolaktinemia dapat terjadi oleh karena penyebab fisiologis, seperti kehamilan, menyusui, aktivitas seksual, olahraga, tidur, atau stress; kondisi sistemik seperti hipotiroid, sirosis, epilepsi, PCOS, pseudocyesis, atau gagal ginjal kronik; penggunaan obat-obatan antipsikotik yang mengandung antagonis dopamin atau penghambat ambilan kembali serotonin, antihipertensi, antihistamin, dan antiemetik; serta gangguan atau kerusakan infundibulum/tangkai hipofisis.1-3

 

Patofisiologi

Produksi prolaktin yang berlebihan akan memberikan inhibisi (umpan balik negatif) terhadap hipotalamus. Akibatnya hipotalamus akan menghasilkan lebih sedikit hormon untuk merangsang produksi hormon gonadotropin (GnRH), yaitu FSH dan LH. Kedua hormon ini berfungsi dalam oogenesis dan spermatogenesis serta dalam produksi hormon estrogen dan testosteron. Penurunan produksi estrogen dan progesteron menyebabkan gejala infertilitas dan gangguan menstruasi pada wanita muncul. Pengeroposan tulang juga dapat terjadi akibat penurunan estrogen yang berfungsi dalam menjaga integritas tulang. Produksi prolaktin yang berlebihan juga merangsang produksi ASI berlebih sehingga terjadi galaktorea.1-3

 

Diagnosis

Anamnesis dilakukan untuk menggali riwayat seksual, menstruasi, dan faktor risiko. Pemeriksaan fisik bertujuan memeriksa tanda-tanda hipogonad, hirsutisme atau jerawat berlebih pada wanita, berkurangnya bulu dan ginekomastia pada pria, tanda-tanda hipotiroid dan insufisiensi adrenal. Pemeriksaan kadar prolaktin darah menjadi di atas 250 μg/L mengindikasikan adanya prolaktinoma, sementara kadar di bawah 100 μg/L mungkin diakibatkan oleh mikroadenoma, lesi lain pada regio sella, atau sebab non neoplastik hiperprolaktinemia. Jika kadar prolaktin berada di perbatasan, pemeriksaan ulang setelah puasa perlu dilakukan. Menyingkirkan penyebab lain seperti kehamilan, gangguan fungsi tiroid, liver, dan ginjal penting dilakukan sebelum menegakkan diagnosis. Pemeriksaan hormonal lainnya direkomendasikan untuk dilakukan pada pasien prolaktinoma karena hipersekresi hormon hipofisis lain juga dapat terjadi. Pemeriksaan tersebut meliputi IGF-1 untuk hormon pertumbuhan, testosteron atau estradiol, FSH dan LH untuk memastikan hipogonad sentral, serta pemeriksaan ACTH dan kortisol untuk mendeteksi insufisiensi adrenal. Diagnosis definitif ditegakkan melalui MRI.1,2

 

Tata Laksana

Pasien asimtomatik tidak memerlukan perawatan, terutama bila pasien tidak mengeluhkan masalah infertilitas (sudah tidak menginginkan untuk memiliki keturunan). Monitoring berkala dengan pemeriksaan kadar prolaktin dan MRI disarankan meskipun jarang terjadi progresi dari mikroadenoma menjadi markoadenoma. Pengobatan menggunakan agonis dopamin, seperti kabergolin dan bromokriptin menjadi pilihan utama untuk menekan produksi prolaktin dan menyusutkan massa.1,2

Kabergolin diberikan dua kali seminggu dimulai dengan dosis 0.25 mg. Keberhasilan pengobatan kabergolin mencapai 70-90%. Sementara bromokriptin diberikan sehari sekali dimulai dengan dosis 1,25-2,5 mg per hari kemudian dapat ditingkatkan hingga 15 mg per hari. Sebagian besar menunjukkan perbaikan dengan bromokriptin 7,5 mg per hari. Konsumsi bromokriptin disarankan bersama dengan makan sebelum waktu tidur untuk mengurangi efek samping. Efek bromokriptin lebih pendek dan lebih disarankan pada pasien yang menginginkan kehamilan. Keberhasilan pengobatan bromokriptin mencapai 70%. Efek samping yang dapat timbul dari pengobatan agonis dopamin antara lain mual, muntah, konstipasi, kongesti nasal, sakit kepala, pusing, cemas, depresi, dan psikosis.  Sebanyak 25% pasien mengalami hipotensi pada hari-hari pertama konsumsi obat. Efek samping lebih sedikit muncul pada pemberian kabergolin. Konsumsi obat-obatan ini biasanya dihentikan setelah 2 tahun tercapai normoprolaktinemia dan penyusutan massa secara signifikan.1,2

Pada pasien yang tidak mengalami penyusutan (resisten) setelah pengobatan atau dalam perkembangan mengalami makroadenoma invasif, operasi diindikasikan. terdapat dua teknik utama pembedahan, yaitu pembedahan trans-sphenoidal dan transkranial. Operasi trans-sphenoidal lebih umum digunakan karena lebih tidak invasif dengan jalur masuk melalui rongga hidung untuk mencapai sella tursica.1-3 Pendekatan transkranial dilakukan jika tumor berukuran besar atau menyebar ke area lainnya. Kadar prolaktin dapat turun hingga 90% untuk massa kecil sementara massa besar umumnya mengalami penurunan hingga 50%. Hanya 30% makroadenoma dapat direseksi dan 20% kasus mengalami rekurensi dalam satu tahun pertama. Pada jangka panjang, rekurensi mencapai 50%. Efek samping operasi antara lain penurunan fungsi hipofisis, diabetes insipidus temporer, kebocoran cairan serebrospinal, hingga infeksi. Untuk kondisi rekurens atau resisten terapi, radioterapi dapat diberikan. Radioterapi dapat menyebabkan hipotiroid dan penurunan produksi hormon hipofisis. Pemantauan berkala MRI setiap 6-12 bulan diperlukan hingga massa menyusut dan dilanjutkan setahun sekali hingga penyusutan maksimum tercapai.1,2

 

Komplikasi & Prognosis

Progresi mikroadenoma menjadi makroadenoma terbilang rendah. Hal ini terjadi pada 7% kasus dalam sepuluh tahun. Akan tetapi rekurensi hiperprolaktinemia setelah penghentian terapi mencapai 21%.1

Referensi

  1. Melmed S, Jameson JL. Anterior pituitary tumor syndromes. In: Kasper DL, Hauser SL, Jameson JL, Fauci AS, Longo DL, Loscalzo J. Harrison’s: principles of internal medicine. 19th ed. New York: McGraw-Hill Companies; 2015. p. 2261-74.
  2. DynaMed [Internet]. Ipswich (MA): EBSCO Information Services. 1995 – . Record No. T116414, Hyperprolactinemia; [updated 2018 Nov 30, cited place cited date here]. Available from https://www.dynamed.com/topics/dmp~AN~T116414.
  3. Hoffman AR. Prolactinoma [Internet]. Maryland: NIH; 2019 Sep [cited 29 Oct 2020]. Available from: https://www.niddk.nih.gov/health-information/endocrine-diseases/prolactinoma

 

 

Share your thoughts