Prostatitis

Definisi & Informasi Umum

Prostatitis adalah peradangan/inflamasi kelenjar prostat. Pada prostatitis, pasien dapat merasakan nyeri yang menyebar ke daerah sekitar prostat. Kondisi ini merupakan keluhan saluran kemih tersering pada pria di bawah 50 tahun dan ketiga tersering pada pria di atas 50 tahun. Setiap tahunnya, sebanyak 2 juta pasien (8,2%) menderita prostatitis di Amerika Serikat. Prostatitis diklasifikasikan menjadi empat tipe berdasarkan klasifikasi NIH 1999:1-3

  1. prostatitis bakterialis akut
  2. prostatitis bakterialis kronis
  3. prostatitis kronis/sindroma nyeri pelvis kronis (SNPK)
  4. prostatitis inflamatoris asimtomatik (tanpa gejala)

Tanda & Gejala

Tipe prostatitis yang berbeda menunjukkan gejala yang berbeda. Waktu dan keparahan menjadi penting untuk menentukan penyebab prostatitis. Prostatitis inflamatoris asimtomatik tidak bergejala. Sementara itu, prostatitis bakterialis akut muncul tiba-tiba dan cenderung parah. Gejala yang timbul antara lain1,2,4

  • frekuensi berkemih tinggi
  • urgensi berkemih (tidak bisa menahan BAK)
  • demam dan menggigil
  • nyeri atau seperti terbakar saat berkemih
  • nyeri area kelamin, selangkangan, abdomen bawah, atau punggung bawah
  • nokturia
  • mual muntah
  • retensi urine (tidak mampu mengosongkan kantung kemih/BAK tidak lampias)
  • mengejan untuk berkemih
  • aliran urine lemah
  • tidak bisa berkemih
  • tanda ISK pada urine seperti piuria/nanah pada urine

Prostatitis bakterialis kronis muncul perlahan dan menyerupai prostatitis bakterialis akut, tetapi dengan gejala yang lebih ringan. Tipe kronis ini dapat berupa prostatitis akut bakterialis rekurens atau reinfeksi, dan biasanya berlangsung selama 3 bulan. Prostatitis kronis/SNPK juga dapat terjadi selama 3 bulan atau lebih dengan gejala utama nyeri pada daerah skrotum, anus, abdomen bawah, penis, dan punggung bawah. Gejala lainnya menyerupai gejala tipe prostatitis lainnya.  Demam menjadi hal yang membedakan prostatitis bakterialis dengan prostatitis kronis/SNPK.1,2,4

Etiologi & Patogenesis

Prostatitis bakterialis

Prostatitis bakterialis baik akut maupun kronis disebabkan oleh infeksi bakteri. Sebagian besar berhubungan dengan kejadian ISK yang 90% disebabkan oleh bakteri E. coli. Selain E. coli beberapa bakteri juga dapat menyebabkan prostatitis baik golongan Gram-negatif (Klebsiella sp., Proteus sp., Pseudomonas sp.) atau Gram-positif (Enterococcus sp.).1,5

Pada pasien ISK dapat terjadi infeksi secara retrograd (ke belakang) karena terjadi sumbatan urine. Pada beberapa kasus ISK yang menyebar secara hematogen dan menyebabkan sepsis, prostatitis juga dapat terjadi. Prostatitis bakterialis bukan infeksi menular seksual (IMS), tetapi perilaku seks risiko tinggi meningkatkan kemungkinan terkena prostatitis.1,5

Prostatitis kronis/SNPK

Penyebab prostatitis kronis tidak diketahui secara pasti. Akan tetapi, penyebabnya diperkirakan berhubungan dengan infeksi mikroba non-bakterial, gangguan kimiawi urine, respons imun terhadap ISK terdahulu, dan kerusakan saraf di daerah pelvis. SNPK juga dapat terjadi akibat tegangan otot, batu prostat, striktur uretra, kanker prostat, dan pembesaran prostat (BPH). Kerusakan saraf dengan riwayat operasi terutama di saluran kemih bawah dan stres psikologis menjadi faktor risiko prostatitis kronis.1,4,5

Patofisiologi

Prostatitis akan mengganggu fungsi dan struktur prostat. Inflamasi prostat dapat melibatkan organ-organ di sekitarnya sehingga nyeri biasanya menjalar ke daerah perineal hingga abdomen dan punggung bawah. Seperti inflamasi lainnya yang kebanyakan ditandai dengan rubor (kemerahan), dolor (nyeri), kalor (panas), dan tumor (bengkak), inflamasi prostat juga melalui perjalanan yang sama. Pembengkakan prostat serta nyeri akibat inflamasi akan berdampak pada kemampuan berkemih. Hambatan saluran kemih (uretra) akan menyebabkan kesulitan berkemih, sehingga urine yang keluar sedikit. Akan tetapi, iritasi yang timbul akan menyebabkan organ-organ terdampak di sekitar prostat menjadi reaktif sehingga muncullah keinginan untuk berkemih berlebihan (frekuensi berkemih meningkat). Padahal tampungan kantung kemih belum mencapai batas volume untuk dikeluarkan. Kondisi ini berujung pada retensi urine yang dapat berakibat infeksi asenden (naik) ke ureter hingga ginjal.1-3

Diagnosis

Anamnesis

Melalui anamnesis, riwayat dan gejala yang berhubungan dengan prostatitis harus digali. Riwayat penyakit dahulu seperti ISK menjadi penting. Prostatitis biasanya didiagnosis setelah menyingkirkan kemungkinan diagnosis lainnya. Untuk pasien prostatits kronis, NIH memiliki sebuah kuesioner Chronic Prostatitis Symptom Index (CPSI) yang menilai (1) nyeri (lokasi, frekuensi, dan keparahan); (2) gejala berkemih (iritatif atau obstruktif); dan (3) kualitas hidup. Skor gabungan nyeri dan gejala berkemih bernilai 0-9 menunjukkan prostatitis ringan, 10-18 bersifat moderat, dan 19-31 bersifat berat. Total skor digunakan untuk memantau perubahan kondisi.2

Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan lainnya

Pemeriksaan fisik utama yang akan dilakukan adalah colok dubur atau digital rectal examination (DRE) di samping pemeriksaan inspeksi abdomen, alat kelamin, dan perineum. Colok dubur dapat mengidentifikasi lokasi pemicu nyeri, struktur dan konsistensi prostat, dan keterlibatan otot di sekitar pelvis. Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan etiologi prostatitis dilakukan melalui analisis sampel urine, cairan prostat/EPS, dan terkadang semen. Urine diambil sebanyak 3 sampel:5

  • VB1: 10 ml pancaran pertama (urine uretra)
  • VB2: urine pancaran tengah (urine vesika)
  • VB3: 10 ml urine terakhir setelah pemijatan prostat

Urinalisis juga menghitung jumlah sel darah putih (SDP) setiap lapang pandang besar pada mikroskop (pembesaran 400x). Cairan prostat didapatkan melalui pemijatan prostat pada colok dubur. Akan tetapi, hal ini dikontraindikasikan pada pasien diduga mengalami prostatitis bakterialis akut.5

Tipe prostatitis

Pemeriksaan darah juga diperlukan untuk menilai infeksi dan menilai kadar PSA bila dicurigai terdapat kanker prostat. Tes urodinamik dapat dilakukan untuk menilai fungsi pengosongan kantung kemih dan pengeluaran urine. Terdapat dua tes urodinamik yang biasa dilakukan: uroflometri (kecepatan pengosongan kantung kemih) dan pengukuran volume sisa/residu pasca berkemih.1,5

Pemeriksaan pencitraan seperti USG transrektal tidak diperlukan bila tidak terdapat indikasi dan telah jelas melalui pemeriksaan lain. Akan tetapi, pasien dengan demam lebih dari 36 jam atau tidak membaik setelah terapi antibiotik perlu melakukan USG transrektal untuk mencari kemungkinan abses prostat. CT scan atau MRI dapat dilakukan jika diagnosis masih belum jelas. Namun, biopsi prostat dikontraindikasikan mengingat risiko sepsis. Sementara itu, sistoskopi (memeriksa saluran uretra hingga kantung kemih dengan kamera) dilakukan jika terdapat kecurigaan obstruksi.1,2,5

Tata Laksana

Prostatitis bakterialis akut diobati dengan antibiotik, tergantung pada bakteri penyebab infeksi. Akan tetapi, biasanya dokter akan memberikan terapi empiris sebelum hasil kultur bakteri keluar. Antibiotik oral diberikan setidaknya 2 minggu. Untuk prostatitis bakterialis akut, antibiotik oral yang digunakan antara lain trimethoprim, cefalexin, dan amoxicilin. Prostatitis yang parah membutuhkan rawat inap untuk memastikan ketersediaan cairan dan antibiotik IV. Antibiotik oral tetap diberikan untuk 2-4 minggu setelahnya. Jika berulang, antibiotik oral diberikan untuk 6-8 minggu. Pilihan antibiotik oral untuk prostatitis bakterialis kronis adalah norfloxacin dan trimethoprim.

Perubahan gaya hidup seperti menghindari alkohol, kafein, dan makanan asam/pedas, atau minum dalam jumlah yang lebih banyak untuk membantu membilas bakteri juga disarankan. Prostatitis bakterialis kronis diterapi seperti kondisi akut, tetapi dengan waktu yang lebih panjang (hingga 6 bulan) dengan dosis yang lebih rendah. Bila terjadi retensi urine, penyekat alfa dapat diberikan sehingga terjadi relaksasi saluran kemih. Beberapa kasus membutuhkan operasi untuk membebaskan saluran kemih dari jaringan parut yang menutupi uretra.1,5,6

Pada SNPK, terapi biasanya dilakukan secara simtomatik dan ditujukan untuk menghilangkan gejala. Beberapa pengobatan seperti anti-inflamasi, penyekat alfa, 5-alfa reduktase inhibitor, dan obat-obat simtomatik seperti antidepresan atau obat disfungsi ereksi dapat diberikan. Bila gagal, transurethral microwave therapy dapat menjadi pilihan.4,6

Komplikasi & Prognosis

Komplikasi prostatitis dapat berupa:1,6

  • sepsis (masuknya bakteri ke dalam darah) yang dapat mengakibatkan syok hingga kematian
  • abses prostat
  • disfungsi seksual
  • inflamasi organ reproduksi sekitar prostat

Prognosis sebagian besar pasien prostatitis bakterialis akut untuk pertama kalinya dengan terapi antibiotik yang tepat, cukup baik. Pada prostatitis berulang/kronis, faktor-faktor penyebab memengaruhi prognosis klinis pasien. Tidak ada risiko untuk menderita kanker prostat pada pasien prostatitis kronis. Akan tetapi, komplikasi parah seperti urosepsis dapat terjadi terutama pada pasien diabetes, gagal ginjal, penurunan sistem imun, dan instrumentasi uretra yang meningkatkan angka kematian.2,5,6

Referensi

  1. Litwin M, Schaeffer A, O’Leary MP. Prostatitis: inflammation of the prostate [Internet]. Maryland: NIH; 2014 [cited 2020 Jan 20]. Available from: https://www.niddk.nih.gov/health-information/urologic-diseases/prostate-problems/prostatitis-inflammation-prostate
  2. Nickel JC. Prostatitis. Can Urol Assoc J. 2011 Oct;5(5):306-15.
  3. Nickel JC. Prostatitis and related conditions, orchitis, and epididymitis. In: Wein AJ, Kavoussi LR, Novick AC, Partin AW, Peters CA, eds. Campbell-Walsh Urology. 10th ed. Philadelphia: Saunders; 2012: 327–356
  4. Prostatitis infection of prostate [Internet]. Maryland: Urology Care Foundation; 2019 [cited 2020 Jan 20]. Available from: https://www.urologyhealth.org/urologic-conditions/prostatitis-(infection-of-the-prostate)
  5. Sharp VJ, Powell CR. Prostatitis: diagnosis and treatment. Am Fam Physician. 2010; 82(4): 397-406.
  6. Dickson G. Prostatitis diagnosis and treatment. RACGP. 2013; 42(4): 216-9.

Share your thoughts