Retardasi Mental

Definisi

Retardasi mental merupakan sekumpulan gangguan yang bervariasi terkait keterlambatan perkembangan, khususnya selama masa bayi dan awal masa anak-anak. Kondisi ini masih menjadi masalah kesehatan pada lingkup masyarakat secara besar. Meskipun angka kejadiannya tidak tinggi, retardasi mental menjadi masalah serius dalam sosial maupun medis, termasuk perkembangan komunikasi, fisik, dan emosional.

Menurut data WHO, sekitar 15% dari populasi di dunia mengalami gangguan mental serta fisik. Sensus penduduk tahun 2009 di Indonesia menunjukkan jumlah anak yang mengalami retardasi mental yakni 22,07% dari total 439.000 anak dengan kecacatan di seluruh Indonesia.

Sinonim: keterbelakangan mental

Tanda dan Gejala

Gejala yang dapat ditemukan pada pasien berupa:

  • IQ di bawah rata-rata (<70)
  • Gangguan kognitif, baik kecerdasan, konsentrasi, maupun cara berpikir
  • Sulit beradaptasi dan sosialisasi
  • Gangguan perilaku dan emosi, seperti mudah marah
  • Gangguan berbicara

Derajat klinis dari retardasi mental dilihat berdasarkan nilai IQ yang dimiliki oleh pasien. Derajat klinis retardasi mental adalah sebagai berikut:

  • Retardasi mental ringan – pasien memiliki nilai IQ di kisaran 50 – 69
  • Retardasi mental sedang – pasien memiliki nilai IQ di kisaran 35 – 49
  • Retardasi mental berat – pasien memiliki nilai IQ di kisaran 20 – 34
  • Retardasi mental sangat berat – pasien memiliki nilai IQ di bawah 20

Etiologi & Patogenesis

Penyebab retardasi mental di antaranya:

  • Gangguan genetik
  • Gangguan selama kehamilan (konsumsi alkohol, malnutrisi, penyakit infeksi)
  • Gangguan saat persalinan (kesulitan dalam proses bersalin, terlilit tali pusar)
  • Penyakit pada satu tahun pertama kehidupan (kejang tak terkontrol, infeksi pada otak, kecelakaan, malnutrisi)
  • Masalah pengasuhan (kurangnya stimulasi pada anak, pelecehan, atau pengabaian terhadap anak)

Penting untuk diperhatikan bahwa peran ibu atau orang tua selama masa kehamilan maupun pasca persalinan sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak. Stress tinggi pada ibu selama kehamilan menjadi penyebab tersering kasus retardasi mental, sindrom Down, maupun gangguan lain.

Patofisiologi

Sindrom retardasi mental dapat terjadi akibat kelainan kromosom atau defek genetik. Penyakit ini juga dapat terjadi berhubungan dengan gangguan endokrin atau gangguan metabolik. Retardasi mental terkait gangguan selama masa kehamilan dapat terjadi akibat terganggunya perkembangan saraf dan kognitif. Infeksi maupun cedera juga dapat memicu kerusakan pada sistem saraf yang mengarah kepada gangguan kerja otak anak.

Diagnosis

Penegakan diagnosis utama untuk gangguan mental adalah melalui anamnesis dan observasi. Dokter akan menilai riwayat medis pasien, kondisi kesehatan ibu selama kehamilan dan persalinan, serta mengevaluasi tumbuh kembang anak. Kriteria diagnostik yang umum digunakan adalah DSM-5 dengan ciri utama yang harus ditemui pada kondisi retardasi mental antara lain:

  • Penurunan fungsi intelektual, berupa penyelesaian masalah, gangguan menyusun rencana, pembelajaran akademis, dan lain-lain.
  • Penurunan fungsi adaptif, ditandai dengan hambatan berkomunikasi, tanggung jawab sosial, maupun kemandirian
  • Onset penurunan intelektual dan adaptasi selama masa perkembangan.

Selain itu, penilaian terhadap perkembangan dapat dilakukan dengan tes PEDS untuk orang tua, ASQ, serta CDI untuk evaluasi perkembangan anak. Untuk pemeriksaan fisik dapat dilakukan pengukuran pertumbuhan anak, neurologis, sensori melalui penglihatan dan pendengaran, tampilan kulit, hingga alat gerak tangan atau kaki.

retardasi mental1retardasi mental2

Untuk menilai adanya retardasi mental akibat gangguan genetik, dokter mungkin akan menyarankan pemeriksaan DNA dan kromosom serta pencitraan MRI otak.

Tata Laksana

Identifikasi dini terhadap retardasi mental menjadi hal penting agar anak tidak mengalami kondisi lebih parah. Pengobatan utama yang dapat dilakukan berupa rencana habilitasi yang kompleks, termasuk terapi bahasa, perilaku, pendidikan khusus, dan layanan komunitas untuk memberikan dukungan sosial. Pembiasaan untuk aktivitas fisik yang baik juga menjadi salah satu program yang direkomendasikan untuk menurunkan risiko gangguan metabolik.

Komplikasi & Prognosis

Umumnya orang dengan retardasi mental memiliki prognosis baik, khususnya jika tata laksana dilakukan sejak dini. Pengobatan mungkin melibatkan dukungan tenaga medis, terapis, maupun keluarga untuk mencapai hasil optimal.

Referensi

  1. National Research Council (US) Committee on Disability Determination for Mental Retardation; Reschly DJ, Myers TG, Hartel CR, editors. Mental Retardation: Determining Eligibility for Social Security Benefits. Washington (DC): National Academies Press (US); 2002. Chapter 1, Introduction.Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK207540/
  2. Ikawati Y, Dewi YLR, Adriani RB. Biopsychosocial Factors Associated with Mental Retardation in Children Aged 6-17 Years in Tulungagung District, East Java. Journal of Epidemiology and Publich Health. 2017 [cited 2020 Dec 15]; 2(2): 120-130.
  3. Al-Mosawi AJ. The etiology of mental retardation in Iraqi children. SunKrist J Neonat Pediatr. 2019 [cited 2020 Dec 15]; 1(1): 2019.
  4. Kurnia RTR, Putri AM, Fitriani D. dukungan sosial dan tingkat stress orang tua yang memiliki anak retardasi mental. Jurnal Psikologi Malahayati. 2019 Sep [cited 2020 Dec 15];1(2): 28-34
  5. Zeldin AS. Intellectual disability [Internet]. [Place of published unknown]: Medscape; 2016 Apr 19 [cited 2020 Dec 15]. Available at: https://emedicine.medscape.com/article/1180709-overview#a1

Share your thoughts