Rhinosinusitis Akut

Definisi dan Informasi Umum

Rhinosinusitis merupakan peradangan yang terjadi pada rongga hidung dan sinus paranasal. Berdasarkan lamanya, rhinosinusitis dapat dibedakan sebagai:1,2

  • Rhinosinusitis akut (RSA):
    • Apabila gejala menetap selama <4 minggu
    • Berdasarkan etiologinya, dibedakan sebagai:
      • Rhinosinusitis virus (RSV)
      • Rhinosinusitis bakterial akut (RSBA)
    • Rhinosinusitis akut rekuren (RSAR)
      • Apabila terdapat tiga atau lebih episode RSBA dalam satu tahun
    • Rhinosinusitis subakut
      • Apabila gejala menetap selama 4-12 minggu
    • Rhinosinusitis kronik (RSK)
      • Apabila gejala menetap selama >12 minggu
      • Selanjutnya dibedakan berdasarkan ada atau tidaknya polip nasal

Rhinosinusitis merupakan salah satu penyakit yang paling sering didiagnosis di dunia dan memiliki dampak yang buruk terhadap kualitas hidup seseorang, memiliki biaya pengobatan yang besar, dan pasien pun seringkali tidak dapat bekerja ataupun sekolah ketika mengidap penyakit ini.1,2 Saat ini, Indonesia sendiri belum memiliki data epidemiologi secara nasional mengenai prevalensi RSA.

sinonim: RSA

Tanda dan Gejala

RSA akibat virus (disebut RSV) umumnya akan sembuh sendiri. Gejala yang menandakan RSV merupakan gejala infeksi saluran pernapasan atas yang khas, yaitu:1,2

  • Hidung tersumbat
  • Nyeri pada wajah atau gigi
  • Keluarnya ingus bernanah
  • Sakit kepala
  • Batuk

Apabila gejala menetap selama setidaknya 10 hari, maka RSA tersebut disebabkan oleh bakteri (disebut RSBA). Gejala yang dapat menandakan RSBA adalah gejala RSV yang disertai:1,2

  • Demam
  • Lelah
  • Penurunan kemampuan mencium
  • Rasa penuh di telinga

Etiologi dan Patogenesis

Sebagian besar RSA disebabkan oleh infeksi virus yang lazim menyebabkan pilek biasa (common cold), yakni:1,2

  • Rhinovirus
  • Adenovirus
  • Virus Influenza
  • Virus parainfluenza

Namun, bakteri juga dapat menyebabkan RSBA sebagai infeksi sekunder terhadap RSV. Umumnya hanya 2% dari RSV yang akan menyebabkan RSBA, dengan bakteri penyebab utama, yaitu:1,2

  • Streptococcus pneumoniae
  • Haemophilus infuenzae
  • Moraxella catarrhalis

Infeksi bakteri atau virus dapat menyebabkan pembengkakan mukosa saluran napas atas dan mengganggu kerja silia, rambut-rambut halus yang berfungsi memindahkan mukus. Akibatnya, terjadi gangguan pengeluaran mukus, penyumbatan rongga-rongga sinus, dan penurunan tegangan oksigen di dalam sinus paranasal.

Faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami RSA, antara lain:1,2

  • Infeksi gigi dan prosedur medis terkait gigi
  • Penyebab iatrogenik: operasi sinus, ventilasi mekanik, pemasangan pipa nasogastrik
  • Imunodefisiensi
  • Gangguan motilitas silia: merokok, kistik fibrosis, sindrom Kartegener
  • Obstruksi mekanik: deviasi septum nasi, polip nasal, tumor, corpus alienum
  • Adanya peradangan edema: ISPA, rhinitis alergi, rhinitis vasomotor

Diagnosis

Kriteria diagosis dari RSA adalah sebagai berikut:3

  • Salah satu dari dua gejala utama: Hidung berair (mengeluarkan ingus) atau sensasi hidung tersumbat

Disertai salah satu dari dua gejala tambahan: Rasa kepala penuh / nyeri kepala (di sekitar mata atau pada dahi) atau kesulitan aktivitas (pada anak, kesulitan aktivitas digantikan dengan batuk).

Secara umum, diagnosis RSA cukup ditegakkan secara klinis melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. Kultur dari rongga hidung pun umumnya tidak diperlukan. Kunci utama membedakan RSA akibat virus dan bakteri adalah dengan melihat pola dan lama hari sakit pasien.1,2

  • Dalam 3—4 hari pertama sakit, RSV tidak dapat dibedakan dari RSBA.
  • Gejala penyumbatan hidung, sakit kepala, dan demam pada RSV akan pulih dalam waktu kurang dari 10 hari
  • Pada RSBA, dapat terjadi fenomena double sickening: terdapat perbaikan di awal, namun dilanjutkan dengan perburukan penyakit di antara hari ke-5 dan ke-10 sakit.

rhinosinusitis akut
Gambar 1. Perjalanan penyakit pada RSV.1

 

Berikut cara mendiagnosis RSA: 1,2

  • Anamnesis:
    • Menanyakan gejala dan riwayat penyakit pasien terkait RSA
  • Pemeriksaan fisik:
    • Memeriksa kepala, telinga, mata, hidung, dan tenggorok
    • Memeriksa adanya nyeri tekan pada sinus
    • Memeriksa adanya sekret nanah dari hidung ataupun tenggorokan
  • Pemeriksaan laboratorium:
    • Pemeriksaan LED dan CRP dapat membantu mendiagnosis RSBA
  • Pemeriksaan radiologis:
    • Tidak diperlukan pada pasien RSA tanpa komplikasi, hasil positif pun tidak dapat membedakan penyebab RSA bakteri ataupun virus
    • CT scan sinus hanya diperlukan apabila sudah terjadi komplikasi atau sebelum dilakukannya prosedur operasi

Tanda dan gejala dengan rasio kemungkinan yang tinggi untuk RSBA adalah: 1

  • Fenomena double sickening
  • Rhinorhea purulenta
  • LED >10 mm/jam
  • Sekresi purulenta pada rongga hidung

Kombinasi setidaknya tiga dari keempat gejala tersebut memiliki spesifitas 81% dan sensitivitas 66% untuk RSBA. 1

Tata Laksana

Rhinosinusitis akut akibat virus (RSV) umumnya akan sembuh sendiri dan tidak memerlukan tatalaksana antibiotik. Terapi pun berupa watchful waiting selama 7-10 hari setelah munculnya gejala disertai tata laksana suportif dan simtomatik dengan:1

  • Analgesik: parasetamol atau NSAID
  • Kortikosteroid intranasal
  • Cuci Hidung (irigasi salin nasal)

Cuci hidung dilakukan memakai cairan infus (berupa NaCl 0,9% atau Ringer Laktat) dan alat suntik (tanpa memakai jarumnya) 5 mL. Cuci hidung bertujuan untuk membersihkan rongga hidung dan mengurangi rasa tersumbat pada hidung, dilakukan 1-2x/hari. Link bagaimana melakukan cuci hidung dapat dilihat melalui pranala berikut: https://www.youtube.com/watch?v=FXwAM7DYAkI

Ketiga obat-obatan tersebut hanya direkomendasikan selama 10 hari pertama sakit, kecuali cuci hidung dapat dilanjutkan jika diperlukan.

Apabila gejala tidak membaik setelah 7—10 hari, diagnosis rhinosinusitis akut akibat bakteri (RSBA) pun dapat dicurigai. Pasien pun diberikan pengobatan simtomatik selayaknya pada RSV di atas, namun ditambahkan terapi farmakologis dengan antibiotik. Antibiotik lini pertama yang direkomendasikan adalah amoksisilin oral selama 5-10 hari.1

  • Dosis:
    • 500mg 3 kali sehari selama 5-10 hari, atau
    • 875mg 2 kali sehari selama 5-10 hari
  • Ditambahkan asam klavulanat sebesar 125g apabila untuk menangani moraxella catarrhalis dan haemophilus influenza

Pada pasien dengan alergi penisilin, dapat digunakan obat lini kedua yaitu:1

  • Doksisiklin
  • Levofloksasin
  • Moksifloksasin

Apabila terdapat risiko komplikasi, pembedahan endoskopi dapat dilakukan, yaitu apabila terdapat:2

  • Komplikasi intrakranial
  • Abses periorbital
  • Abses intraorbital

Komplikasi dan prognosis

RSA umumnya memiliki prognosis yang baik apabila ditangani dengan antibiotik yang adekuat. Namun, diperkirakan dapat terjadi pada 1 dari 1000 kasus RSA. Komplikasi yang dapat timbul akibat RSA antara lain:1

  • Komplikasi ke tulang: osteomielitis, tumor Pott’s puffy
  • Komplikasi intrakranial: meningitis, abses epidural, abses intrakranial, trombosis sinus kavernosa
  • Komplikasi orbital: abses orbital, selulitis orbital, abses subperiosteal, selulitis preseptal

Referensi

  1. Aring AM, Chan MM. Current concepts in adult acute rhinosinusitis. Am Fam Physician. 2016 Jul 15;94(2):97-105.
  2. Peter AT, Scarupa MD, Kaliner MA. Rhinosinusitis: synopsis. USA: World Allergy Organization; 2015 May.
  3. Rosenfeld RM, Piccirillo JF, Chandrasekhar, SS, et al. ClinicalPractice Guideline: Adult Sinusitis. Otolaryngol Head Neck Surg.April 2015; 152(S2):s1-s39

Share your thoughts