Rinitis Kronik

Definisi & Informasi Umum

Rinitis adalah inflamasi membran mukosa yang melapisi cavum nasi dan sekitarnya. Rinitis terbagi atas dua jenis, yaitu rinitis alergi dan nonalergi.1 Rinitis kronik terjadi setidaknya selama satu jam sehari dan selama lebih dari dua minggu. Rinitis kronik adalah faktor risiko komorbiditas lainnya pada orang dewasa, seperti sinusitis dan asma. Pada anak-anak, rinitis kronik menyebabkan disabilitas pembelajaran, gangguan perilaku, dan gangguan psikologis.2

Tanda & Gejala

Kondisi ini umumnya dicirikan dengan gejala seperti hidung berair (rhinorrhea), pruritus, dan kongesti nasal diiringi dengan bersin.Rhinitis2 Rinitis alergi umumnya terjadi secara musiman atau di waktu setelah terpapar alergen, seperti debu dan bulu binatang. Rhinitis nonalergi terjadi tanpa reaksi alergi tertentu. Baik rinitis alergi maupun nonalergi memiliki tanda dan gejala yang serupa.1

Etiologi & Patogenesis

Rhinitis alergi merupakan sebuah kondisi yang bersifat multifaktorial, sehingga masih banyak belum dipahami. Akan tetapi, adanya paparan terhadap alergen dan polutan. Hal ini mengakibatkan adanya reaksi hipersensitivitas oleh IgE.1,3

Rhinitis non alergi dapat bersifat idiopatik, seperti contohnya pada rhinitis vasomotor. Pada rinitis nonalergi, respons tidak dimediasi oleh IgE, tetapi terjadi akibat ketidakseimbangan neurogenik.1,3

Patofisiologi

Terdapat dua jenis respons imun yang dialami oleh penderita rhinitis, yaitu respons awal, yang merupakan sel mast yang mengakibatkan bersin dan rhinorrhea dan respon lambat yang diakibatkan oleh kemotaksis dari eosinofil, mengakibatkan cedera pada jaringan epitel respiratorius.1,3

Cedera ini merangsang hipersekresi mukus dan obstruksi nasal akibat tereksposnya ujung-ujung saraf bebas, yang didalamnya terdapat serabut saraf aferen dan eferen. Akibatnya, terjadilah refleks akson retrograde yang menyebabkan terlepasnya substansi P dan neurokinin A. Neuropeptida tersebut akan merangsang kontraksi otot polos, sekresi dari sel goblet, dan eksudasi dari kapiler pembuluh darah.1,3

Diagnosis

Diagnosis dari rhinitis kronik umumnya menggunakan anamnesis untuk mengetahui gejala yang dialami dan alergen yang membuat terjadinya reaksi hipersensitivitas (meliputi jenisnya, kemampuannya untuk mengakibatkan reaksi, dan jumlah paparan yang dialami). Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah uji alergi seperti skin test dan tes darah untuk mendeteksi antibodi IgE.1

Tata Laksana

Tata laksana yang dapat dilakukan antara lain berupa pemberian obat-obatan yang disesuaikan dengan gejala dan keparahan serta perubahan gaya hidup.1,2

Beberapa obat-obatan yang digunakan dalam penanganan kasus ini adalah:1,2

  • Saline nasal spray1,2
  • Kortikosteroid seperti deksametason atau budesonid1,2
  • Dekongestan seperti pseudoefedrin1,2
  • Antihistamin seperti azelastine1,2
  • Antagonis reseptor leukotrien seperti montelukast dan zafirlukast untuk rhinitis alergi1,2

Imunoterapi subkutan melalui injeksi (SCIT) untuk menurunkan keparahan gejala rhinitis kronik akibat alergi dengan induksi efek inhibisi dari sel T regulator juga menunjukkan peningkatan yang signifikan.1,2

Adapun perubahan gaya hidup yang dapat dilakukan adalah dengan membawa obat-obatan yang diperlukan pada saat aktivitas, menjaga atau mengatur kelembapan udara tempat tinggal, membersihkan perabot rumah dengan teratur, menghindari alergen, dan mengonsumsi air dalam jumlah yang cukup.1,2

Meskipun rhinitis kronik sulit untuk disembuhkan sepenuhnya, gejala rhinitis dapat diperingan dengan menggunakan nasal spray yang telah diresepkan dan perubahan gaya hidup. Kendati kondisi ini tidak mengancam nyawa, kondisi ini dapat menyebabkan beberapa gangguan dalam kualitas hidup dan terjadinya penyakit lain, terutama di daerah telinga.1,2

Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi akibat kondisi ini adalah:1,2

  • Obstructive sleep apnea1,2
  • Otitis media1,2
  • Disfungsi tuba eustachia1,2
  • Sinusitis1,2

Menurut teori united airway disease, rinitis dapat disertai dengan asma akibat mekanisme inflamasi dari sel Th2 maupun aktivasi reflek nasobronkial.1,2

  1. Min YG. The pathophysiology, diagnosis and treatment of allergic rhinitis. Allergy Asthma Immunol Res. 2010 Apr;2(2):65-76. doi: 10.4168/aair.2010.2.2.65. Epub 2010 Mar 24. PMID: 20358020; PMCID: PMC2846743.
  2. Papadopoulos NG, Guibas GV. Rhinitis Subtypes, Endotypes, and Definitions. Immunol Allergy Clin North Am. 2016 May;36(2):215-33. doi: 10.1016/j.iac.2015.12.001. Epub 2016 Feb 28. PMID: 27083098; PMCID: PMC7127043.
  3. Tan BK, Schleimer RP, Kern RC. Perspectives on the etiology of chronic rhinosinusitis. Curr Opin Otolaryngol Head Neck Surg 2010;18:21–26. Crossref, Medline, Google Scholar

Share your thoughts