Sampaikan Kabar Buruk, Cegah Pasien Terpuruk!

Mengingat kembali strategi andalan dalam penyampaian kabar buruk

penyampaian menyampaikan sampaikan kabar buruk

Menyampaikan kabar buruk merupakan salah satu kemampuan komunikasi yang perlu dimiliki oleh para dokter. Meski demikian, sebagian dokter kesulitan melakukan komunikasi yang kurang nyaman ini karena khawatir menciptakan tekanan emosional bagi pasien dan keluarga serta berpotensi memperburuk kondisi pasien. Untuk mengatasi hal tersebut, berikut akan dibahas mengenai beberapa strategi yang dapat diterapkan menyampaikan kabar buruk.

Hal pertama yang perlu dilakukan menyampaikan kabar buruk adalah menciptakan suasana yang nyaman dan menjamin privasi pasien. Keterlibatan orang terdekat pasien selama pertemuan sangat disarankan. Selama menyampaikan kabar buruk, minimalisasi potensi interupsi, seperti dari ponsel atau pihak luar. Selain itu, bangunlah hubungan dokter-pasien yang baik melalui komunikasi verbal dan non-verbal yang tepat sebelum masuk ke inti percakapan.

Selanjutnya, dokter perlu mengetahui persepsi pasien terhadap kondisi mereka. Dokter bisa mencari tahu sejauh mana pasien memahami kondisinya dengan memberikan pertanyaan terbuka, contohnya “Apa yang anda ketahui mengenai kondisi anda saat ini?” Di samping itu, dokter dapat pula menanyakan harapan pasien mengenai kondisi mereka. Dengan begitu, diharapkan dokter dapat mencegah terjadinya kesalahpahaman ketika menyampaikan kabar buruk.

Trik berikutnya yang dapat diterapkan adalah mengetahui keinginan pasien perihal penyampaian kabar buruk. Sebagian pasien mungkin tidak ingin mendengar informasi secara keseluruhan atau bahkan tidak ingin mengetahui sama sekali. Oleh karena itu, tanyakanlah sejauh mana pasien ingin mengetahui kondisinya. Jika pasien menolak, tawarkan opsi lain, misalnya dengan menyampaikan kabar pada kerabat atau orang terdekat lainnya.

Setelah membangun hubungan dan mengetahui persepsi pasien, kita dapat memulai penyampaian kabar buruk. Berikan sebuah “tanda” kepada pasien agar mereka menyadari bahwa ada hal penting yang akan dibicarakan. Hindari penggunaan istilah medis selama penyampaian. Sampaikan informasi secara perlahan-lahan agar pasien bisa memahami lebih baik. Jangan lupa pula untuk mengecek pemahaman pasien secara periodik untuk mencegah misinterpretasi.

Dalam menyampaikan kabar buruk, sangat penting bagi dokter untuk dapat berempati dan menenangkan pasien. Berikan pasien kesempatan untuk mengekspresikan emosi mereka. Dokter harus jeli menilai emosi pasien untuk dapat menunjukan respon yang tepat. Jika perlu, dokter bisa menanyakan apa yang pasien rasakan. Setelah pasien tenang, mulailah diskusi untuk menyusun perencanaan ke depan. Di akhir sesi konsultasi, berikansemangat dan motivasi pada pasien dalam menghadapi kondisinya. Dengan begitu, diharapkan berita buruk yang disampaikan tidak memperburuk situasi, namun justru membawa secercah harapan baru untuk pasien dan keluarga.

Penulis: Nada

Editor: Raisa

Share your thoughts