Serba-Serbi tentang Hepatitis of Unknown Origin pada Anak-Anak
Hepatitis pada anak menjadi perbincangan hangat akhir-akhir ini. Walaupun belum ada kasus terkonfirmasi yang ditemukan di Indonesia, berbagai kasus probable hadir di Indonesia dan menjadi ramai dibicarakan. Berangkat dari kekhawatiran tersebut, Symposium Liga Medika 2022 mengangkat topik “Dig Deeper into Hepatitis of Unknown Origin in Children” sebagai salah satu materi webinarnya yang dibawakan oleh dr. Fatima Safira Alatas, Ph.D, SpA(K) pada hari Sabtu, 13 Agustus 2022.
Hepatitis sendiri adalah inflamasi dari parenkim hati yang disebabkan oleh agen infeksi dan noninfeksi. Hepatitis dapat dikelompokkan menjadi akut, bila berlangsung <6 bulan, dan kronik, bisa berlangsung >6 bulan. Penyebab hepatitis akut tersering adalah virus hepatitis A, B, C, D, dan E, ataupun sebab noninfeksi seperti hepatitis yang diinduksi obat. Sementara itu, hepatitis kronik paling banyak disebabkan oleh hepatitis B, C, ataupun autoimun. Lebih lengkapnya, Fatima menyebutkan bahwa berbagai diagnosis banding berikut perlu dipertimbangkan dalam kasus hepatitis:
Gambar 1. Diagnosis Banding Hepatitis
Fatima mengingatkan bahwa Indonesia merupakan area dengan prevalensi hepatitis A intermediet. Pada beberapa daerah di Indonesia, terjadi outbreak hepatitis A. Gejala hepatitis A sendiri serupa dengan hepatitis of unknown origin. Berikut ini adalah proses penularan dan gejala dari hepatitis A:
Gambar 2. Gejala dan Penularan Hepatitis A
Berikut adalah algoritme diagnosis hepatitis. Fatima menjelaskan, bila terdapat kasus hepatitis akut, pertama-tama singkirkan terlebih dahulu penggunaan obat, sepsis, gagal hati, dan juga kehamilan. Kemudian, lakukan pengecekan serologi terhadap virus hepatitis. Bila hasilnya positif, maka diagnosis dapat dikonfirmasi dengan HCV RNA/ HBV DNA dan serologi convalescent. Setelah diagnosis ditegakkan, tatalaksana dapat dilakukan. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 3. Pendekatan terhadap Hepatitis Akut
Hepatitis of unknown origin (HUO) sendiri baru diketahui sekitar bulan Mei 2022 di Indonesia. Indonesia belum memiliki kasus terkonfirmasi, melainkan hanya kasus probable. Sampai 8 Juli 2022, terdapat sekitar 11-20 kasus probable di Indonesia. Di Asia Tenggara, belum ada kasus yang membutuhkan transplantasi hati. Berikut adalah linimasa yang lebih lengkap mengenai hepatitis of unknown origin:
Gambar 4. Linimasa HUO
Fatima mengatakan bahwa klasifikasi kasus terkonfirmasi belum tersedia. Hal ini disebabkan karena etiologinya belum diketahui. Oleh karena itu, klasifikasi tertinggi yang tersedia sekarang adalah kasus probable.
Gambar 5 dan 6. Klasifikasi Kasus HUO
Fatima mengatakan bahwa berdasarkan hipotesis, penyebab HUO adalah adenovirus (72.2%) atau SARS-CoV-2 (11.3%). Penelitian di Inggris menunjukkan bahwa pasien anak HUO terbukti negatif untuk penyebab hepatitis A, B, C, D, E, cytomegalovirus (CMV), dan Epstein-Barr Virus (EBV). Hipotesis lebih lanjut diuraikan dalam slide berikut.
Gambar 7. Hipotesis Etiologi HUO
Terkait dugaan penyebab COVID-19, beberapa anak yang menderita HUO diketahui telah menerima vaksinasi COVID-19. Gejala yang ditimbulkan serupa, yakni perkembangan gejala secara cepat, kejang, penurunan kesadaran, serta ikterus berat. Kemungkinan kaitan dengan vaksin mRNA dengan HUO perlu diteliti secara lebih dalam.
Dugaan penyebab yang lain adalah kongesti toksin. Namun, tidak ada kesamaan profil toksikologi dalam pasien yang menjadi subjek penelitian. Misalnya, walaupun parasetamol ditemukan pada laporan toksikologi pasien, namun kadarnya masih berada dalam dosis teurapetik. Sekarang, penelitian difokuskan pada organic compound mycotoxin.
Fatima kemudian menjelaskan bahwa gejala pasien HUO serupa dengan pasien infeksi lainnya. Namun, terdapat perbedaan antara gejala di Indonesia dan di Inggris.
Gambar 8. Gejala HUO
Fatima meningatkan bahwa pasien tidak boleh diabaikan pada fase awal, sebab penyakit bisa mengalami progresi dan prognosis juga akan terpengaruh. Bila pasien mengalami penurunan kesadaran dan koagulopati, pasien diduga telah menderita hepatitis fulminan.
Gambar 9. Progresi HUO
Terkait tatalaksana, bila terjadi penurunan kesadaran seperti dalam hepatic encephalopathy, maka perlu diberikan oksigen, diberikan tatalaksana suportif di ICU, dan juga pemeriksaan radiologi seperti CT/ MRI. Tatalaksana yang diberikan mungkin sedikit mirip dengan sepsis parah, sehingga sedikit membingungkan bagi dokter yang melakukan tatalaksana. Selengkapnya, tatalaksana akan bergantung dengan permasalahan yang ditemukan pada pasien. Berbagai permasalahan tersebut dapat dilihat pada gambar-gambarl berikut.
Gambar 10, 11, 12, 13. Tatalaksana HUO
Selain tatalaksana farmakologi, pasien juga memerlukan tatalaksana nonfarmakologi seperti nutrisi.
Gambar 14 dan 15. Tatalaksana Nutrisi
Gambar 16. Take home message
Terakhir, Fatima juga merangkum seluruh pemaparannya. Fatima mengingatkan bahwa di Indonesia hanya ada dua pusat transplantasi hati, yakni di Jakarta dan Yogyakarta. Oleh karena itu, jangan mengirim pasien ke pusat transplantasi saat kondisi pasien sudah buruk/ hampir meninggal karena dibutuhkan 5-7 hari untuk mempersiapkan pasien sebelum transplantasi.