Sigap Kenali dan Atasi Sinusitis Kronik

Seiring datangnya musim hujan dengan suhu udara yang lebih dingin, begitu pula sinusitis kronik.

Musim hujan dapat membuat seseorang menjadi lebih rentan terhadap penyakit infeksi saluran pernapasan seperti hidung tersumbat, flu, alergi, hingga sinusitis yang dapat menetap dan kambuh sewaktu-waktu. Sinusitis adalah inflamasi yang terjadi pada mukosa sinus paranasal dan rongga hidung. Menurut Kementerian Kesehatan RI, sinusitis umum ditemukan di Indonesia dengan peringkat posisi ke-25 dari 50 pola penyakit utama per tahun 2013.

Penyebab sinusitis kronik bersifat multifaktorial, antara lain faktor infeksi, inflamasi, dan struktural. Rinitis alergi akibat tungau debu dan jamur, paparan bahan iritan di udara, asap rokok, dan toksin lainnya dapat menjadi salah satu etiologi. Kelainan struktural seperti polip hidung, deviasi septum hidung, dan disfungsi silia juga memiliki andil dalam memicu sinusitis. Faktor pemicu lainnya meliputi adanya perubahan pada tekanan barometer dalam rongga sinus akibat paparan dengan udara dingin. Hal ini dapat memperparah gejala sinusitis sehingga menimbulkan nyeri akibat tambahan tekanan pada dinding sinus yang mengalami radang.

Apabila sinusitis terjadi selama lebih dari dua belas minggu dan/atau kambuh lebih dari tiga kali dalam enam bulan terakhir, inflamasi ini dikategorikan sebagai sinusitis kronik. Sementara itu, sinusitis yang terjadi lebih dari empat kali dalam satu tahun disebut sebagai sinusitis berulang (recurrent sinusitis).

Gejala utama sinusitis antara lain timbulnya ingus (rhinorrhea) mukopurulen, ingus belakang hidung, hidung tersumbat, nyeri wajah, hiposmia, dan anosmia. Selain itu, pasien dapat juga mengalami gejala tambahan berupa nyeri kepala, halitosis/bau mulut, nyeri daerah gusi atau gigi rahang atas, batuk, nyeri telinga, dan kelelahan yang dapat timbul akibat penurunan kualitas tidur.

Pada pemeriksaan fisik, selain tanda gejala utama yang umum dikeluhkan pasien, dapat ditemukan pula bengkak dan nyeri tekan pada area pipi dan kelopak mata bawah (sinus maksila), dahi, dan kelopak mata atas (sinus frontal). Selain itu,, tanda-tanda komplikasi sinusitis seperti edema periorbita, diplopia, oftalmoplegia, penurunan visus, dan tanda-tanda meningitis seperti nyeri kepala berat dengan kaku kuduk juga dapat ditemukan. Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik yang telah disebutkan.

Panduan Terapi dan Tata Laksana
Terapi pada pasien dengan sinusitis kronik dapat dilakukan melalui terapi medikamentosa atau prosedur bedah sinus endoskopi fungsional. Terapi nonbedah terdiri atas cuci hidung reguler dengan larutan garam fisiologis NaCl 0,9%, pemberian steroid topikal intranasal, dekongestan, analgetik, dan mukolitik. Pada pasien yang membutuhkan penatalaksanaan faktor risiko rinitis alergi persisten, antihistamin dan steroid topikal dapat diberikan. Sementara itu, pasien dengan refluks laringofaringeal dapat diberikan proton pump inhibitor.

Antibiotik seperti amoksisilin, sefalosporin, eritromisin, klaritromisin, atau azitromisin dapat diberikan pada pasien yang menunjukkan tiga gejala sinusitis dan salah satu tanda infeksi bakteri. Tanda infeksi bakteri ialah adanya ingus mukopurulen satu sisi, nyeri wajah satu sisi, demam lebih dari 38°C, adanya double sickening, peningkatan CRP dan LED, serta kultur resistensi. Pemberian antibiotik dapat dilakukan selama 7 – 14 hari.

Terakhir, pasien dapat diberikan edukasi terkait rencana pengobatan dan operasi jika diperlukan. Inflamasi berulang dapat dicegah dengan penatalaksanaan faktor risiko dan faktor lingkungan yang menyebabkan sinusitis kronik.

Secara umum, penyakit ini menimbulkan ketidaknyamanan dan mengganggu aktivitas pasien. Di sisi lain, penyakit ini memiliki prognosis dubia ad bonam yang berarti tidak menentu, tetapi cenderung membaik dengan pengobatan. Oleh karena itu, penting untuk dapat mengenai penyakit yang cukup umum dalam masyarakat dan melakukan
pendekatan yang tepat untuk menangani penyakit ini.

 

Referensi:
1. Kwon E, O’Rourke MC. Chronic Sinusitis. [Updated 2020 Aug 10]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441934/
2. Perhimpunan Dokter Spesialis Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher Indonesia. Panduan praktik klinis panduan praktik klinis tindakan clinical pathway di bidang telinga hidung tenggorok – kepala leher [Internet]. Vol 1. Jakarta: PERHATI- KL; 2015 Oct [cited 2020 Nov]. Available from: http://perhati-kl.or.id/wp- content/uploads/2017/08/PPK-PPKT-CP_PP_PERHATI-KL_Vol-1.pdf

Share your thoughts