Sinusitis

Definisi dan Informasi Umum

Sinusitis adalah penyakit yang ditandai pembengkakan (inflamasi) pada lapisan mukosa dari sinus paranasal. Berdasarkan lamanya, penyakit ini dibedakan menjadi:1-2

  • Sinusitis akut: bila gejala menetap <4 minggu
  • Sinusitis subakut: bila gejala menetap antara 4 minggu sampai 3 bulan
  • Sinusitis kronik: bila gejala menetap >3 bulan

Berdasarkan jumlah sinus yang terkena, dibedakan sebagai:1

  • Multisinusitis: apabila mengenai beberapa sinus
  • Pansinusitis: apabila mengenai semua sinus paranasal

Sinus yang paling sering terkena adalah sinus maksila dan etmoid, sedangkan sinus sfenoid dan frontal jarang terkena.1

Penyakit ini sering ditemukan dalam praktik kedokteran sehari-hari, bahkan dianggap sebagai salah satu penyebab gangguan kesehatan tersering di seluruh dunia. Namun, penyakit ini dapat menjadi berbahaya karena bisa meningkatkan serangan asma maupun menyebabkan komplikasi ke dalam rongga kranial dan mata.1 Indonesia sendiri belum memiliki data epidemiologi secara nasional mengenai prevalensi sinusitis.

sinonim: penyakit sinus

Tanda dan Gejala

Gejala yang sering ditemui pada sinutisis, antara lain:1-2

  • Nyeri atau perasaan tertekan pada wajah, merupakan gejala khas dari sinusitis
  • Hidung tersumbat
  • Ingus purulen yang seringkali turun ke tenggorok (post nasal drip)
  • Penurunan atau kehilangan kemampuan menghidu
  • Demam

Di samping itu, dapat ditemukan gejala lain seperti:1-2

  • Lesu dan lelah
  • Sakit kepala
  • Sakit telinga
  • Adanya bau mulut (halitosis)
  • Nyeri gigi

Batuk dan sesak (pada anak-anak)

Etiologi

Faktor predisposisi (faktor yang dapat meningkatkan risiko) dan etiologi (faktor yang menyebabkan) yang dapat menyebabkan sinusitis, antara lain:1-2

  • Rinosinusitis Akut akibat virus, bakteri, ataupun jamur. Bakteri utama yang ditemukan pada sinusitis akut adalah:
    • Streptococcus pneumoniae (30-50%)
    • Haemophylus influenzae (20-40%)
    • Moraxella catarrhalis (4%), namun pada anak-anak lebih banyak ditemukan (20%)
  • Berbagai macam rhinitis, seperti rhinitis alergi atau rhinitis hormonal pada kehamilan
  • Polip hidung
  • Kelainan anatomi hidung, sepert hipertrofi konka dan deviasi septum
  • Sumbatan kompleks ostio-meatal (KOM) – yang juga dapat menyebabkan rinosinusitis akut dan rhinitis alergi
  • Infeksi tonsil dan gigi
  • Kelainan imunologis
  • Gangguan pergerakan silia, seperti sindroma Kartagener dan kistik fibrosis
  • Kondisi udara: berpolusi, dingin, dan kering
  • Kebiasaan merokok

sinusitis

Gambar 1. Kompleks Osteomeatal (KOM) dan Sinus. KOM adalah bagian yang dilingkari, sedangkan sinus maxilla adalah rongga di sebelah kiri (bertuliskan “Maxillary Sinus”). Apabila KOM bengkak (e.g. akibat Rhinitis Alergi atau Rhinosinusitis akut), maka lendir dari sinus maxilla tidak dapat keluar, sehingga dapat menjadi tempat infeksi yang menyebabkan Sinusitis.

Pada gambar sebelah kanan, KOM dibuka melalui operasi bedah sinus endoskopi fungsional (BSEF) – yang dikenal dalam bahasa inggris sebagai FESS (Functional Endoscopic Sinus Surgery). Penjelasan mengenai BSEF/FESS dapat dilihat pada bagian tata laksana.3

Patogenesis

Adanya infeksi virus, rinitis alergi, gangguan imobilitas silia, atau faktor-faktor lainnya dapat menyebabkan hambatan pada sinus paranasal. Akibatnya, terjadi hambatan pengeluaran mukus yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman yang masuk dengan udara pernapasan. Terjadilah tekanan negatif pada sinus dan pengeluaran sekret (cairan) yang baik sebagai tempat pertumbuhan bakteri.1-2

Diagnosis

Diagnosis sinusitis umumnya ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.1-2 

  • Anamnesis:
    • Menanyakan mengenai keluhan terkait sinusitis dan lamanya penyakit
    • Apabila terdapat nyeri wajah, lokasinya dapat digunakan untuk menentukan sinus yang mengalami radang, yaitu:
      • Pipi: sinusitis maksila
      • Di belakang atau di antara kedua bola mata: sinusitis etmoid
      • Pada seluruh kepala atau di dahi: sinusitis frontal
      • Verteks, oksipital, daerah mastoid, dan belakang bola mata: sinusitis sfenoid
  • Pemeriksaan fisik
    • Pemeriksaan fisik baiknya dilakukan setelah pasien diberikan dekongestan topikal.
    • Dapat dilakukan rinoskopi anterior dan posterior untuk melihat tanda khas berupa pus di meatus medius atau meatus superior
  • Pemeriksaan penunjang, dapat dilakukan:
    • Pemeriksaan radiologi
      • Foto polos: posisi PA, lateral, dan waters umumnya digunakan untuk menilai kondisi sinus-sinus besar layaknya sinus frontal dan maksila.
      • CT scan sinus: Merupakan standar baku diagnosis karena mampu menilai anatomi hidung dan sinus secara keseluruhan. Namun, umumnya hanya digunakan sebagai penunjang diagnosis karena memiliki biaya mahal
    • Pemeriksaan mikrobiologis
      • Umumnya dilakukan pengambilan sekret dari meatus superior/medius dilanjutkan dengan kultur dan resistensi untuk menentukan pengobatan antibiotik yang tepat

Tata Laksana

Prinsip pengobatan sinusitis adalah dengan membuka sumbatan di kompleks ostio-meatal sehingga terjadi pengeluaran cairan yang ada (drainase) dan pemulihan aliran udara (ventilasi) di kompleks sinus secara alami.1-2

Terapi medikamentosa yang terpilih adalah antibiotik dan dekongestan, yaitu:1-2

  • Antibiotik
    • Antibiotik terpilih adalah amoksisilin, yang dapat ditambahkan asam klavulanat ataupun diganti menjadi sefalosporin generasi kedua apabila kuman telah memproduksi beta laktamase
    • Antibiotik tersebut diberikan selama 10—14 hari dan tetap dikonsumsi walaupun gejala telah menghilang
  • Dekongestan, dapat diberikan secara oral maupun topikal seperti pseudoefedrin.

Jika diperlukan, dapat juga diberikan terapi lainnya seperti mukolitik, analgetik, steroid topikal/oral, pencucian rongga hidung, maupun diatermi (pemanasan)

Terapi nonmedikamentosa yang dapat dilakukan adalah bedah sinus endoskopi fungsional (BSEF) – yang dikenal dalam bahasa inggris sebagai FESS (Functional Endoscopic Sinus Surgery). Tindakan ini diindikasikan untuk:1

  • Sinusitis kronik yang tidak membaik dengan pemberian terapi adekuat
  • Sinusitis kronik disertai kelainan yang ireversibel
  • Sinusitis kronik disertai kista
  • Polip ekstensif
  • Adanya komplikasi sinusitis
  • Sinusitis jamur

Komplikasi dan prognosis

Apabila tidak disertai komplikasi, sinusitis memiliki prognosis berupa:1-2

  • Quo ad vitam: dubia ad bonam. Sinusitis tidak mengancam nyawa secara langsung, namun sinusitis yang tidak teratasi dapat menyebabkan komplikasi intrakranial (perluasan infeksi ke dalam otak – lihat bagian komplikasi di bawah)
  • Quo ad functionam: dubia ad bonam. Sinusitis dapat mengganggu aktivitas jika tidak diatasi, karena nyeri kepala dan hidung tersumbat dapat mempengaruhi aktivitas pasien. Selain itu, hidung yang tersumbat juga menurunkan kemampuan menghidu (mencium bau) pada kasus yang berkepanjangan
  • Quo ad sanactionam: dubia ad bonam. Apabila faktor predisposisi sinusitis dapat ditemukan dan diatasi, sinusitis akan membaik. Namun, jika tidak diatasi, maka sinusitis dapat berulang. Bedah Sinus Endoskopi Fungsional sendiri memiliki tingkat keberhasilan 80-90%, sehingga masih terdapat risiko kegagalan operasi.3

Angka kejadian komplikasi pun cenderung rendah. Komplikasi yang dapat terjadi adalah:1-2

  • Komplikasi mata: selulitis orbita, edema palpebral, abses periosteal, abses orbita, trombosis sinus kavernosus
  • Komplikasi intrakranial – infeksi masuk ke dalam rongga otak, dapat menyebabkan meningitis, abses otak, trombosis sinus kavernosus
  • Komplikasi tulang: osteomyelitis, abses subperiosteal
  • Komplikasi paru: bronkitis kronik, bronkiektasis

Referensi

  1. Mangunkusuma E, Soetjipto D. Sinusitis. In: Buku ajar ilmu kesehatan telinga, hidung, tenggorok, kepala, dan leher. 6th ed. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2012.
  2. Battisti AS, Pangia J. Sinusitis Treasure Island: StatPearls Publishing; 2020. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470383/
  3. Slack R, Bates G. Functional endoscopic sinus surgery. Am Fam Physician. 1998;58(3):707–718.

Share your thoughts