Skizofrenia
Definisi & Informasi Umum Penyakit
Definisi
Istilah skizofrenia diambil dari Bahasa Yunani ‘schizo’ yang berarti pemisahan dan ‘phren’ yang berarti pikiran. Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang dicirikan dengan adanya pemikiran khayalan (waham), halusinasi, serta gangguan dalam pemikiran, persepsi, dan perilaku.
Klasifikasi
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi keempat (DSM-IV) mengategorikan skizofrenia menjadi lima subtipe, yaitu tipe paranoid, disorganisasi, katatonik, tidak terdiferensiasi, dan residual. Namun, klasifikasi tersebut tidak terdapat lagi pada DSM-V karena memiliki stabilitas diagnostic dan reliabilitas yang rendah, validitas yang buruk, serta aplikasi klinis yang terbatas. Selain itu, kurangnya penggunaan klasifikasi tersebut pada literatur juga mendukung tidak berlakunya klasifikasi tersebut menurut DSM-V.
Epidemiologi
Secara global, jumlah kasus skizofrenia meningkat dari 13,1 juta pada tahun 1990 menjadi 20,9 juta pada tahun 2016. Diperkirakan sebanyak 30,8% dari total kasus terjadi pada kelompok usia 25-54 tahun.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan bahwa prevalensi rumah tanggal dengan anggota yang mengalami skizofrenia dari tahun 2013-2018 adalah 7%, dengan prevalensi tertinggi pada provinsi Bali (11%) dan terendah pada provinsi Kepulauan Riau (3%).
Tanda dan Gejala
Gejala skizoprenia dikategorikan menjadi positif, negatif, atau kognitif.
- Gejala positif adalah gejala yang paling mudah diidentifikasi dan dapat didefinisikan sebagai perilaku psikotik yang tidak tampak pada orang sehat. Gejala-gejala tersebut meliputi waham, halusinasi, dan perilaku motorik abnormal dengan tingkat keparahan yang bervariasi.
- Gejala negatif lebih sulit didiagnosis, namun terkait dengan morbiditas yang tinggi karena mengganggu emosi dan perilaku pasien. Gejala negatif yang paling umum adalah pengurangan ekspresi emosional dan perilaku yang terarah pada suatu tujuan. Pasien juga dapat mengalami alogia (kondisi penderita berbicara sedikit-sedikit atau menjawab pertanyaan dengan jawaban yang singkat) dan anhedonia (penurunan minat, motivasi, dan kesenangan dalam beraktivitas).
- Gejala kognitif adalah klasifikasi gejala terbaru dalam skizofrenia. Gejala ini tidak spesifik, seperti bicara, pikiran, dan perhatian yang tidak teratur dan mengganggu kemampuan seseorang dalam berkomunikasi.
Etiologi dan Patogenesis
Etiologi skizofrenia bersifat multifaktorial, dengan adanya interaksi gen berefek kecil atau berefek besar serta beberapa faktor lingkungan. Faktor-faktor ini dapat berujung pada perubahan neuroplastisitas pada perkembangan seseorang, terwujud dalam serangkaian disfungsi neurotransmitter dan jalur penghantaran sinyal.
Beberapa faktor lingkungan, seperti infeksi virus maternal antenatal, komplikasi obstetrik yang disebabkan oleh hipoksia, atau stres selama perkembangan saraf, telah diidentifikasi berperan dalam perkembangan skizofrenia dengan memperkecil volume hipokampus.
Patofisiologi
Abnormalitas dalam transmisi saraf adalah dasar patofisiologi skizofrenia. Kelainan ini terjadi karena jumlah neurotransmitter yang terlalu banyak atau terlalu sedikit, meliputi dopamine, serotonin, dan glutamat. Teori lainnya menyatakan bahwa aspartat, glisin, dan asam aminobutirat gamma (GABA) juga berperan dalam menimbulkan ketidakseimbangan neurokimia pada skizofrenia.
Jumlah dopamin yang rendah menimbulkan gejala-gejala motorik, sedangkan jumlah yang berlebihan pada jaras mesolimbik berperan dalam memunculkan gejala positif skizofrenia. Sementara itu, gejala negatif dan kognitif juga disebabkan oleh jumlah dopamin yang rendah pada jaras mesokortikal.
Gejala positif dan negatif juga dikaitkan dengan aktivitas reseptor dopamin dan serotonin.
Glutamat adalah neurotransmitter utama yang menyebabkan eksitasi di otak. Antagonis glutamat nonkompetitif, phenylciclidine dan ketamine, menginduksi gejala skizofrenia.
Pasien skizofrenia juga mengalami peningkatan ukuran ventrikel ketiga dan lateral, serta pengecilan ukuran lobus temporal medial.
Gambar 1. Skema patofisiologi skizofrenia
Diagnosis
Menurut DSM-V, diagnosis skizofrenia dapat ditegakkan jika terdapat dua atau lebih gejala-gejala di bawah ini, yang setiap gejalanya tampak dalam porsi waktu yang signifikan selama periode satu bulan (atau lebih sebentar apabila skizofrenia berhasil ditangani). Setidaknya terdapat gejala nomor 1, 2, atau 3.
- Waham
- Halusinasi
- Bicara tidak teratur (contoh: sering keluar dari topik, tidak koheren)
- Disorganisasi atau katatonia
- Gejala negative, yaitu ekspresi emosional yang berkurang dan pengurangan avolition (perilaku yang terarah pada suatu tujuan).
Tata Laksana
Tujuan terapi skizofrenia bergantung pada fase dan tingkat keparahan penyakit. Pada fase akut, target utama terapi adalah mengurangi gejala psikotik, sementara pada fase stabilisasi, penanganan ditujukan untuk mencegah pengulangan (relaps).
Tata laksana skizofrenia menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/73/2015 Tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Jiwa:
- Fase akut
- Farmakoterapi
Obat yang diberikan secara injeksi adalah olanzapine (IM), aripriprazol (IM), haloperidol (IM), dan diazepam (IV).
Obat yang diberikan secara oral adalah obat-obat antipsikotik. Berikut adalah daftar obat antipsikotik beserta dosis dan sediannya.
Tabel 1. Daftar obat antipsikotik
Sumber: Keputusan Menkes RI Nomor HK.02.02/MENKES/73/2015
-
- Psikoedukasi
Bertujuan untuk membatasi stimulus yang berlebihan dan stressor lingkungan, serta memberikan ketenangan melalui komunikasi yang baik.
-
- Lainnya: Terapi kejang listrik
- Fase stabilisasi
- Farmakoterapi: diberikan obat-obat yang digunakan pada fase akut dengan mempertahankan dosisnya selama kurang lebih 8-10 minggu sebelum memasuki fase rumatan. Dapat juga diberikan obat antipsikotika jangka panjang setiap 2-4 minggu.
- Psikoedukasi: untuk meningkatkan keterampilan pasien skizofrenia dan keluarganya dalam menangani gejala.
- Fase rumatan
- Farmakoterapi: dosis obat mulai diturunkan sampai ditemukan dosis minimal dimana gejala dan kekambuhan dapat teratasi. Terapi bisa dilakukan sampai 2 tahun (apabila akut) atau sampai lima tahun atau seumur hidup (apabila kronis).
- Psikoedukasi: remediasi kognitif, pelatihan keterampilan sosial, dan terapi vokasional untuk mempersiapkan pasien kembali ke kehidupan masyarakat.
- Tatalaksana efek samping antipsikotik.
Dilakukan bila terjadi efek samping dari antipsikotik, seperti sindrom ekstrapiramidal. Tindakan yang pertama kali dilakukan adalah menurunkan dosis obat antipsikotika. Apabila efek samping tidak dapat ditanggulangi, obat antikolinergik dapat diberikan.
Berikut adalah daftar obat untuk mengatasi efek samping obat antipsikotik.
Tabel 2. Daftar obat untuk mengatasi efek samping antipsikotik
Sumber: Keputusan Menkes RI Nomor HK.02.02/MENKES/73/2015
Komplikasi dan Prognosis
Skizofrenia dapat menimbulkan beberapa komplikasi psikososial, antara lain:
- Bunuh diri
- Gangguan kecemasan dan obsessive-compulsive disorder (OCD)
- Depresi
- Penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan (termasuk nikotin)
- Tidak dapat bekerja atau bersekolah
- Masalah finansial
- Tuna wisma
- Isolasi sosial
- Masalah kesehatan
- Mendapatkan tindak kejahatan
- Perilaku agresif
Prognosis dari skizofrenia:
- Prognosis lebih baik apabila gejala pertama muncul setelah usia 30 tahun dan apabila onsetnya cepat.
- Prognosis lebih baik juga tidak ada riwayat skizofrenia pada keluarga.
- Harapan hidup dapat memendek apabila pasien skizofrenia tidak memiliki relasi suportif, mengabaikan kebersihan diri sendiri, atau terlibat kecelakaan karena penilaian (judgment) yang buruk.
Referensi
- Hany M, Rehman B, Chapman J. Schizophrenia. [Updated 2019 Dec 16]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK539864/
- Substance Abuse and Mental Health Services Administration. Impact of the DSM-IV to DSM-5 Changes on the National Survey on Drug Use and Health [Internet]. Rockville (MD): Substance Abuse and Mental Health Services Administration (US); 2016 Jun. Table 3.22, DSM-IV to DSM-5 Schizophrenia Comparison. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK519704/table/ch3.t22/
- Tandon R. Schizophrenia and Other Psychotic Disorders in Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM)-5: Clinical Implications of Revisions from DSM-IV. Indian J Psychol Med. 2014;36(3):223–225. doi:10.4103/0253-7176.135365
- Braff DL, Ryan J, Rissling AJ, Carpenter WT. Lack of use in the literature from the last 20 years supports dropping traditional schizophrenia subtypes from DSM-5 and ICD-11. Schizophr Bull. 2013;39(4):751–753. doi:10.1093/schbul/sbt068
- Charlson FJ, Ferrari AJ, Santomauro DF, Diminic S, Stockings E, Scott JG, et al. Global Epidemiology and Burden of Schizophrenia: Findings From the Global Burden of Disease Study 2016. Schizophr Bull. 2018 Dec;44(6):1195–203.
- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018.
- Patel KR, Cherian J, Gohil K, Atkinson D. Schizophrenia: overview and treatment options. P T. 2014;39(9):638–645.
- Neidhart M. DNA methylation in psychiatric diseases in DNA methylation and complex human disease. San Diego, CA: Elsevier, Inc.; 2015.
- American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders. 5th ed. Washington, DC: American Psychiatric Association; 2013:311.
- de Bartolomeis A, Fagiolini A, Vaggi M, Vampini C. Targets, attitudes, and goals of psychiatrists treating patients with schizophrenia: key outcome drivers, role of quality of life, and place of long-acting antipsychotics. Neuropsychiatr Dis Treat. 2016;12:99–108. Published 2016 Jan 11. doi:10.2147/NDT.S96214
- Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/73/2015 Tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Jiwa
- Schizophrenia [Internet]. Mayo Clinic. Mayo Foundation for Medical Education and Research; 2020 [cited 2020Apr11]. Available from: https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/schizophrenia/symptoms-causes/syc-20354443
- Harvard Health Publishing. Schizophrenia [Internet]. Harvard Health. 2019Feb [cited 2020Apr11]. Available from: https://www.health.harvard.edu/a_to_z/schizophrenia-a-to-z