Takhayul Kutukan Anak Kembar

Nasib anak kembar yang dipercaya sebagai pembawa petaka

tangan Ibu menggenggam tangan bayi
Sumber: Freepik.com

Bagi kebanyakan orang, memiliki anak merupakan anugerah terbesar, terlebih jika anak terlahir sehat. Baik kelahiran bayi laki-laki maupun perempuan, setiap belahan dunia memiliki tradisi masing-masing dalam merayakan kebahagiaannya. Namun, apa jadinya bila terdapat tradisi yang justru mengharuskan seorang ibu untuk menelantarkan anaknya sendiri?

Jauh di sebelah barat dari Indonesia, tepatnya Pulau Madagaskar yang berada di tengah Samudra Hindia, merupakan rumah bagi suku Antambahoaka dengan beragam budaya dan tradisi pedalaman. Salah satu tradisi yang menyayat hati dan masih dipertahankan turun-temurun, yaitu menelantarkan bayi kembar yang baru lahir. Kepercayaan leluhur Antambahoaka menyatakan bahwa bayi kembar akan membawa kutukan bagi keluarga dan masyarakat sekitar.

Konon katanya, isu pembawa kesialan bermula pada tahun 1947, tepatnya pada peristiwa pemberontakan otoritas kolonial Prancis. Seorang ratu dikisahkan melarikan diri dari pertempuran, tetapi melupakan salah satu anak kembarnya. Kemudian, ia memerintahkan tentara untuk kembali menjemput anaknya. Nahas, seluruh pasukan terbantai. Hingga saat ini, belum terbukti apakah kejadian tersebut valid.

Menjadi hal yang tabu bagi warga suku mereka, ibu dengan anak kembar akan membawa petaka. Sang ibu akan dihadapkan oleh dua pilihan, yaitu menelantarkan bayi atau diasingkan oleh keluarga beserta masyarakat. Dua pilihan yang tidak ada baiknya sehingga tak jarang ibu memilih untuk menelantarkan anaknya. Jika sang ibu bersikeras ingin merawat dan bersama anaknya, ia terpaksa harus keluar dari lingkungan desanya, mengasingkan diri, dan menjadi nomaden.

Di sisi lain, bapak sang bayi kembar masih mendukung tradisi ini seolah tidak peduli dengan kehidupan anaknya. Hal ini tentu menjadi sebuah ironi yang terjadi. Pun ketika diadakan diskusi dengan kepala suku atau kepala desa untuk mempertahankan kehadiran sang anak, suara perempuan tak dihiraukan karena kultur patriarki yang kental. Para tetua mengibaratkan dalam merawat anak kembar sama saja dengan memakan kotoran sendiri, bahkan dianggap tidak memiliki hati.

Dengan memendam kesedihan, sang ibu harus tunduk dan merelakan anak kembarnya dikirim ke panti asuhan dengan harapan akan diadopsi oleh keluarga dari negara lain. Sejak 1987 tercatat lebih dari ratusan pasang anak kembar telah diterima oleh panti asuhan. Akan tetapi, sampai saat ini belum ada orang tua yang datang untuk ‘mengambil’ kembali anak mereka.

Budaya dan tradisi yang berbeda di tiap daerah, negara, bahkan benua menjadi keunikan dan nilai tambah tersendiri. Keragaman itulah yang menjadikan warna-warni di seluruh dunia. Terkadang, suatu tradisi tetap dipertahankan meskipun dianggap sudah lewat zaman. Sama halnya dengan berbagai daerah di Indonesia, terdapat tradisi yang dianggap tidak relevan sehingga mulai ditinggalkan. Namun, tradisi yang merugikan pihak tertentu dan tidak memiliki basis rasional, tidakkah harus dikaji ulang? Mengingat dalam konteks ini, yang dipertaruhkan adalah nyawa bayi yang sudah lahir, insan yang suci. Bukanlah upaya mudah untuk mengubah sesuatu yang telah mengakar dalam sekelompok masyarakat. Tetapi, bukan hal mustahil juga sebuah tradisi mengalami perubahan menuju kebaikan bersama. Tentu dengan upaya pendekatan yang mempertimbangkan banyak aspek.oriana

Referensi

  1. Unreported World. Abandoned at birth: the cursed twins of Madagascar. Published 2017 Nov 26. Available from: https://www.youtube.com/watch?v=Srk7MugXR1Y
  2. King K. Bad luck babies: The twins abandoned in Madagascar because of black magic superstitions. Mirror. 2014 May 3. Available from: https://www.mirror.co.uk/news/real-life-stories/bad-luck-babies-twins-abandoned-3493225
  3. Taylor ME. Why twins are killed among the Antambahoaka people of Madagascar. Face 2 Face Africa. Available from: https://face2faceafrica.com/article/why-twins-are-killed-among-the-antambahoaka-people-of-madagascar
  4. The New Humanitarian. Twins taboo splits a community. 2011 Nov 3. Available from: https://thisisafrica.me/lifestyle/madagascars-cursed-twins-taboo/

Penulis: Oriana Zahira Putri
Editor: Izzati

Share your thoughts