Tambah Pintar dengan Suplemen Minyak Ikan, Benarkah?

Kandungan asam lemak esensial omega-3 dalam suplemen minyak ikan kaya akan manfaat, tetapi benarkah salah satunya adalah meningkatkan fungsi kognitif?

Minyak ikan merupakan lemak yang diperoleh dari hasil ekstraksi jaringan ikan. Minyak ikan menjadi salah satu suplemen yang ramai dikonsumsi di kalangan masyarakat karena dikenal dengan beberapa manfaatnya terhadap kesehatan tubuh manusia. Studi mengenai efek minyak ikan sendiri telah dimulai sejak awal tahun 1970, ketika seorang dokter dari Denmark yang bernama Jorn Dyerberg bersama rekannya mengamati rendahnya insidensi penyakit jantung pada penduduk Greenland yang mengonsumsi ikan berlemak. Pada tahun 2004, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat menyetujui konsentrat minyak ikan sebagai obat untuk terapi hiperlipidemia. Hingga saat ini, telah banyak penelitian yang menemukan bukti berbagai macam khasiat dalam suplemen minyak ikan.1

Minyak ikan mengandung asam lemak omega-3 yang tinggi, khususnya asam eikosapentanoat (EPA), asam dokosaheksanoat (DHA), dan asam dokosapentanoat (DPA). Asam lemak omega-3 sendiri merupakan asam lemak esensial yang tidak dapat diproduksi dalam tubuh manusia. Akibatnya, diperlukan bahan makanan atau suplemen yang dapat memenuhi kebutuhan akan asam lemak tersebut seperti minyak ikan. Saat ini, jenis minyak ikan yang paling banyak diproduksi dan tersedia secara global, yaitu minyak ikan anchovy, capelin, menhaden, dan herring. Selain itu, berbagai minyak ikan juga diekstraksi dari beberapa jenis ikan, seperti ikan tuna, salmon, sarden, makerel, dan halibut. 1,2,3

Beberapa studi melaporkan bahwa omega-3 yang terkandung dalam minyak ikan berperan dalam berbagai mekanisme biologis dan fisiologis otak, seperti fluiditas membran neuron, fungsi sinaps, inflamasi, aliran darah di otak, dan efek neurotropik. Struktur kimia omega-3 yang fleksibel dapat meningkatkan fluiditas membran neuron atau sel otak. Berkaitan dengan membran neuron, omega-3 juga berinteraksi langsung dengan beberapa protein seperti enzim, kanal ion, dan transporter sehingga dapat mempengaruhi aktivitas sinaptik dan penghantaran sinyal antar sel otak. Selain itu, omega-3 memiliki efek terhadap fungsi endotel sehingga dapat mempengaruhi aliran darah pada otak.3

DHA merupakan asam lemak omega-3 yang dominan di otak dan terakumulasi di area otak yang berkaitan dengan fungsi memori dan belajar. DHA yang terhubung dengan membran sel otak berperan dalam mengatur beberapa proses, seperti neurogenesis, neuroplastisitas, sinaptogenesis, dan fluiditas membran. Beberapa proses tersebut dapat meningkatkan kecepatan neurotransmisi dan transduksi sinyal antarsel otak. Selain itu, DHA yang meningkatkan aliran darah pada otak berfungsi dalam melakukan aktivitas yang memerlukan fungsi kognitif. EPA yang terkandung dalam minyak ikan juga berperan dalam beberapa proses, seperti pasokan nutrisi menuju otak dan peningkatan aliran darah otak.4

Dari beberapa penelitian, pemberian minyak ikan justru tidak menunjukkan manfaat peningkatan fungsi otak pada individu sehat dengan fungsi otak normal. Akan tetapi, studi yang dilakukan Chiu dkk menemukan adanya peningkatan fungsi otak pada pasien dengan gangguan kognitif ringan; tetapi tidak pada pasien dengan penyakit Alzheimer.5,6

Selain memiliki khasiat pada pasien dengan penurunan fungsi otak, minyak ikan juga bermanfaat dalam menurunkan risiko terkena penyakit jantung dan pembuluh darah. Omega-3 yang terkandung dalam minyak ikan juga memiliki efek yang baik terhadap beberapa penyakit dan kelainan patologis, seperti inflamasi, stroke, kanker, dan diabetes mellitus.7

Secara global, beberapa badan kesehatan membuat rekomendasi untuk meningkatkan asupan asam lemak EPA, DHA, dan DPA yang umumnya dijumpai pada minyak ikan dan daging ikan berlemak. Badan Makanan dan Agrikultur PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) merekomendasikan EPA dan DHA dengan dosis 250 mg/hari untuk pria dewasa dan wanita yang tidak hamil atau menyusui. Adapun Asosiasi Jantung Amerika merekomendasikan EPA dan DHA sekitar 1 g/hari pada pasien dengan penyakit jantung koroner dan 2-4 g/hari pada pasien dengan kebutuhan penurunan kadar triasilgliserol.2

Hingga saat ini, belum ada bukti yang kuat mengenai peran minyak ikan dalam meningkatkan performa kognitif pada individu yang sehat. Akan tetapi, suplemen minyak ikan dapat berguna untukmeningkatkan fungsi otak pada individu yang mulai mengalami penurunan kemampuankognitif. Di samping itu, konsumsi minyak ikan yang sesuai dengan rekomendasi dosis dapat memenuhi kebutuhan asam lemak esensial omega-3 yang diperlukan bagi tubuh.2,5,6

Referensi:

  1. Ma Y, Lindsey ML, Halade GV. DHA derivatives of fish oil as dietary supplements: a nutrition-based drug discovery approach for therapies to prevent metabolic cardiotoxicity. Expert Opin Drug Discov. 2012 Aug;7(8):711-21.
  2. Fard SG, Wang F, Sinclair AJ, Elliott G, Turchini GM. How does high DNA fish oil affect health? A systematic review of evidence. Critical Reviews in Food Science and Nutrition. 2019;59(11):1684-1727.
  3. Gammone MA, Riccioni G, Parrinello G, D’Orazio N. Omega-3 Polyunsaturated Fatty Acids: Benefits and Endpoints in Sport. Nutrients. 2018 Dec 27;11(1):46.
  4. O’ Donovan F, Carney S, Kennedy J, et al. Associations and effects of omega-3 polyunsaturated fatty acids on cognitive function and mood in healthy adults: a protocol for a systematic review of observational and interventional studies. BMJ Open 2019;9:e027167.
  5. Jackson PA, Deary ME, Reay JL, Scholey AB, Kennedy DO. No effect of 12 weeks’ supplementation with 1 g DHA-rich or EPA-rich fish oil on cognitive function or mood in healthy young adults aged 18-35 years. Br J Nutr. 2012 Apr;107(8):1232-43.
  6. Chiu CC, Su KP, Cheng TC, Liu HC, Chang CJ, Dewey ME, et al. The effects of omega-3 fatty acids monotherapy in Alzheimer’s disease and mild cognitive impairment: a preliminary randomized double-blind placebo-controlled study. Prog Neuropsychopharmacol Biol Psychiatry. 2008 Aug 1;32(6):1538-44.
  7. de Magalhães JP, Müller M, Rainger GE, Steegenga W. Fish oil supplements, longevity and aging. Aging. 2016 Aug;8(8):1578-82.

Penulis: Dwi

Editor: Gaby A

Share your thoughts