Tangani dan Kenali ISK pada Anak

Bagaimana cara terbaik mendiagnosis kasus infeksi saluran kemih pada anak, terutama pada anak yang berusia di bawah 2 tahun? Karena anak-anak masih belum bisa memberitahukan keluhan mereka secara spesifik (misalnya nyeri saat mikturisi) dan keluhannya biasanya sangat umum, seperti rewel atau hanya demam derajat rendah. Bagaimanakah interpretasi urinalisis atau dipstick testyang terkadang kurang spesifik dan kapankah harus menggunakan kultur? Lalu, antibiotik apa yang aman digunakan untuk anak pada rentang usia tersebut?

Dr. F

Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan penyakit yang umum terjadi pada anak. Pada anak berusia di bawah dua tahun, ISK berada pada posisi kedua tertinggi sebagai kondisi penyebab demam yang paling umum di belakang infeksi saluran pernapasan akut.

ISK merupakan kondisi yang berpotensi berbahaya oleh karena dua faktor. Pertama, gejalaISK yang ditunjukkan bersifat tidak spesifik pada anak yang masih berada dalam tahap perkembangan bicaranya. Tidak jarang anak hanya menunjukkan keluhan berupa rewel, tidak mau makan, dan berat badan atau tinggi badan yang tidak naik sesuai dengan kurva pertumbuhan usianya. Karena itulah, kewaspadaan akan potensi terjadinya ISK perlu diterapkan, terutama pada anak perempuan. Faktor yang kedua adalah komplikasi dari ISK yang beragam, mulai dari pielonefritis akut pada parenkim ginjal yang mengakibatkan munculnya jaringan parut, septikemia, hingga hipertensi yang diakibatkan oleh kegagalan ginjal.

Diagnosis

Adanya demam, keluhan pada saat mikturisi, dan popok yang berwarna kekuningan atau kemerahan dengan bau yang lebih menyengat dibandingkan biasanya dapat menjadi peringatan terjadinya ISK. Tidak hanya itu, menurut American Association of Pediatricians, demam selama dua hari dengan suhu 38,5° C saja dapat dijadikan sebagai kecurigaan akan adanya ISK.

Dugaan akan adanya ISK kemudian dapat dikonfirmasi melalui serangkaian pemeriksaan penunjang. Salah satu pemeriksaan penunjang yang umum dilakukan adalah urinalisis. Dalam hal ini, evaluasi ISK dapat diamati dari tiga aspek, yaitu aspek makroskopis, kimiawi, dan mikroskopik. Pada aspek makroskopis, perlu diamati bau dan kekeruhan urin. Melalui aspek kimiawi, ISK dapat dinilai dari leukosit esterase dan nitrit yang positif. Nitrit yang positif menandakan adanya bakteri yang mengubah nitrat menjadi nitritsehingga hasil dapat diinterpretasi sebagai positif ISK. Adapun aspek mikroskopikyang menunjang ISK adalah adanya lebih dari lima bakteri per lapang pandang besar dan adanya leukosituria.

Tata Laksana

Setelah mengkonfirmasi diagnosis ISK pada anak, pengobatan dapat dilakukan. Bakteri E. coli merupakan agen tersering pada kasus ini dan dapat ditatalaksana secara farmakologis menggunakan obat amoksisilin dengan dosis 25-45 mg/kgBB per hari secara oral. Obat golongan ini sudah tergolong aman pada anak berusia 6 bulan ke atas. Jika tidak ada amoksisilin, terapi alternatif dapat menggunakan obat trimetoprim/sulfametoksazol atau obat golongan sefalosporin. Adapun tatalaksana nonfarmakologis adalah dengan menjaga hidrasi, mengobati konstipasi yang terjadi, dan melakukan upaya memperbaiki higienitas terutama di daerah perineum.

Perubahan demam dan gejala pada anak pada masa pengobatan perlu diperhatikan. Jika tidak membaik selama 2 x 24 jam, kultur dapat dipertimbangkan sebagai metode untuk menentukan jenis bakteri dan pola resistensi. Merujuk kepada spesialis penting untuk dilakukan pada kasus pengobatan yang tidak mengalami respons setelah pemberian antibiotik sesuai kultur, terutama pada kasus septikemia akibat bakteri E. coli. Selain itu, dokter umum dapat pula memberikan rujukan pada kasus anak yang datang dengan ISK atipikalyang ditandai dengan kondisi anak yang sangat buruk disertai demam tinggi dan penurunan fungsi ginjal.

Pentingnya Pencegahan

Peran orang tua dalam membantu mencegah anak menderita ISK tidak boleh dilupakan. Mekanisme imunitas anak terhadap patogen perlu ditingkatkan dengan memberikan asupan ASI yang adekuat, melakukan toilet training sedini mungkin setelah anak bisa duduk, memberikan hidrasi yang adekuat, serta mencegah dan mengobati konstipasi. Baik toilet training maupun hidrasi yang baik akan mendukung anak untuk buang air kecil secara rutin yang mendukung pengeluaran patogen sehingga mencegah terjadinya ISK. Orang tua yang menggunakan popok kedap air juga tetap perlu secara rutin mengganti popok agar mengurangi paparan patogen dengan saluran kemih.

infeksi saluran kemih anak

Prof. Dr. dr. Partini P. Trihono, SpA(K), M.Med(Paed)

Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak, Ketua Poliklinik Nefrologi Anak FKUI-RSCM

Penulis: Yosafat Sebastian Prayogo

Redaktur: Raisa Amany

Share your thoughts