Tangani Saraf Terjepit dengan Mantap

Jangan ragu lagi menghadapi nyeri punggung akibat saraf terjepit!

Kasus saraf terjepit sudah tidak asing terdengar di telinga masyarakat. Isitilah yang mendeskripsikan rasa nyeri menjalar pada bagian leher, punggung, atau pinggang ini dikenal sebagai hernia nukleus pulposus (HNP) dalam dunia medis. HNP disebabkan oleh adanya penonjolan nukleus pulposus atau bantalan antartulang belakang sehingga saraf di sekitarnya tertekan atau terjepit.

Tidak seperti nyeri punggung akibat pegal, nyeri saraf terjepit bersifat menjalar, menyengat, dapat terasa seperti terbakar, dan timbul secara tiba-tiba. Tonjolan abnormal juga mungkin ditemukan di punggung. Pada beberapa kasus, saraf terjeput dapat menyebabkan mati rasa di bokong, kesemutan, hingga tanda kelumpuhan. Namun, 20 dari 100 penderita tidak merasakan gejala apapun.

Sebagian besar penderita HNP akan terbebas dari rasa nyeri seiring berjalannya waktu. Pada umumnya, diperlukan waktu pemulihan sekitar enam minggu. Namun, pada beberapa penderita, nyeri dapat menetap atau bahkan memburuk. Pengobatan saraf terjepit bertujuan mengatasi rasa nyeri agar penderita tetap dapat beraktivitas.

Salah satu cara sederhana untuk meredakan rasa nyeri adalah pemberian obat pereda nyeri yang dikonsumsi per oral dengan dosis sesuai tingkat nyeri. Obat pereda nyeri yang dimaksud adalah obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS), seperti ibuprofen, naproksen, dan diklofenak.

Bagi pasien pasien dengan gangguan pencernaan, parasetamol dapat menjadi alternatif pereda nyeri. Parasetamol dapat diberikan hingga empat kali sebanyak satu atau dua tablet sehari tergantung kebutuhan dengan dosis maksimum 4 g/hari.

Selain pemeberian obat, upaya meredakan nyeri lain yang dapat dilakukan adalah terapi manual. Terapi manual seperti gerakan memijat dapat merelaksasi otot-otot yang tegang pada pasien dengan saraf terjepit. Tak hanya itu, terapi manual juga dapat dilakukan bersama metode penghangatan dan pendinginan. Penghangatan dilakukan dengan mandi air panas dan menggunakan kompres. Pendinginan juga dilakukan serupa dengan kompres. Kedua hal ini bermanfaat untuk meredakan gejala saraf terjepit.

Pasien dengan saraf terjepit juga sangat dianjurkan tetap bergerak aktif untuk mempertahankan fungsi gerak pada tubuh. Berbaring lama dan tidak aktif bergerak dapat melemahkan tulang serta otot pasien. Apabila nyeri menetap walau sudah dilakukan pengobatan, operasi pengangkatan bantalan yang menonjol dapat dipertimbangkan sebagai langkah terakhir.

Saraf terjepit dapat menyerang berbagai kalangan usia, terutama usia 30-50 tahun. Meskipun tidak seluruh kasus dapat dicegah, tindakan pencegahan, seperti berolahraga rutin dan menjaga postur tubuh, sangat dianjurkan untuk mengurangi risiko saraf terjepit.

Share your thoughts

Yuk berlangganan SKMA!

Anda akan memperoleh berita dan artikel terkini mengenai isu, perkembangan, dan tips-tips seputar kedokteran dan kesehatan.

Klik link berikut untuk berlangganan SKMA digital!

http://linktr.ee/medaesculapius

Bantu Beranisehat menjadi lebih baik lagi:

http://tiny.cc/EvalBeranisehat23