Cegah Kematian Tata Laksana Strok Iskemik Akut

Sigap dan cekatan dalam tata laksana kegawatdaruratan pasien strok iskemik akut agar pasien selamat

strok iskemik

Strok iskemik merupakan sebuah kegawatdaruratan medis yang disebabkan kurangnya perfusi darah ke otak. Kondisi ini dapat terjadi akibat sumbatan pada pembuluh darah menuju otak.  Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), penderita strok di seluruh dunia bertambah lebih dari 13 juta kasus dengan angka kematian sekitar 5,5 juta setiap tahun. Tata laksana strok iskemik akut secara tepat menjadi faktor utama dalam mencegah kematian pasien.

Langkah pertama dalam menangani pasien dengan strok akut adalah memastikan kondisi pasien stabil berdasarkan penilaian airway, breathing, dan circulation (ABC). Kemudian, lakukan pemeriksaan CT scan pada pasien untuk menentukan tipe strok iskemik atau hemoragik. Setelah kondisi pasien stabil dan tipe strok dapat ditentukan, tindakan revaskularisasi harus dilakukan untuk membatasi kerusakan jaringan otak yang mengalami penurunan perfusi.

Tindakan revaskularisasi berupa trombolitik intravena (IV) dilakukan pada pasien dengan onset strok iskemik akut kurang dari 4,5 jam. Salah satu pilihan trombolitik adalah alteplase yang diberikan secara bolus lambat dengan dosis 0,9 mg/kgBB. Dosis maksimum untuk pemberian alteplase adalah 90 mg. Pada satu menit pertama, diberikan alteplase sebanyak 10% dosis keseluruhan dan 90% sisanya diberikan dalam rentang waktu 60 menit. Kontraindikasi pemberian trombolisis IV yaitu pada pasien strok dengan cedera kepala, perdarahan intrakranial, riwayat operasi intrakranial, hipertensi tidak terkontrol, dan riwayat strok sebelumnya.

Bila pasien tidak dapat diberikan trombolitik, tindakan revaskularisasi yang dapat dilakukan adalah terapi endovaskular berupa trombektomi mekanik. Trombektomi mekanik dapat dilakukan hingga 24 jam sejak pasien mengalami strok. Bila memungkinkan, trombektomi mekanik sebaiknya dilakukan dalam rentang waktu 6 – 16 jam setelah pasien mengalami strok agar memberikan efek terbaik.

Tata laksana pada pasien dengan strok iskemik akut dilanjutkan dengan pengendalian tekanan darah, kadar glukosa, tekanan intrakranial, dan suhu tubuh pasien. Tekanan darah pasien setelah revaskularisasi harus dijaga di bawah 180/105 mmHg dalam 24 jam pertama. Bila pasien memiliki komorbid seperti gagal jantung, target pengendalian tekanan darah yaitu sebesar 15% dari tekanan darah awal. Pilihan obat antihipertensi yang dapat diberikan berupa labetalol IV 10–20 mg atau nikardipin IV 5 mg/jam dengan peningkatan dosis 2,5 mg/jam setiap 5–15 menit. 

Kadar glukosa pasien harus dijaga dalam rentang 140–180 mg/dl dalam 24 jam pertama. Pasien hiperglikemik dapat diberikan regimen insulin untuk menurunkan kadar glukosa hingga rentang 140–180 mg/dl. Bila pasien mengalami peningkatan tekanan intrakranial akibat edema serebral, konsultasi dengan dokter spesialis bedah saraf harus dilakukan secepatnya agar dapat dilakukan tindakan bedah untuk dekompresi. Apabila suhu tubuh pasien > 38oC, segera tata laksana dengan parasetamol dosis tinggi (6 g/hari). 

Keterlambatan dalam penanganan strok iskemik akut dapat berkontribusi pada risiko kematian yang tinggi. Oleh sebab itu, tata laksana terhadap strok iskemik akut harus dilakukan dengan tepat dan cepat. Segera rujuk pasien jika sarana dan fasilitas kesehatan tidak memadai untuk tata laksana strok secara menyeluruh

Referensi:

  1. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK499997/
  2. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7540624/
  3. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6707502/

Penulis: Ryan Andika
Editor: Kareen Tayuwijaya

Share your thoughts