Cekatan dalam Penanganan Awal Luka Bakar
Jangan asal rujuk; ingat kembali tata laksana awal pasien luka bakar!
Pertanyaan:
Sebelum merujuk ke burn centre, tata laksana awal apa yang bisa dokter umum lakukan untuk stabilisasi pasien luka bakar?
– dr. K, Jakarta
Menurut WHO, luka bakar adalah luka pada kulit atau jaringan organik lain yang disebabkan oleh panas, radiasi, radioaktivitas, listrik, dan gesekan atau kontak dengan zat kimia. Masih belum ada data resmi luka bakar di Indonesia; Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo mencatat 303 pasien luka bakar dirawat pada periode 2011-2012. Berdasarkan kedalamannya, luka bakar dapat diklasifikasikan menjadi luka bakar epidermal, superficial dermal, mid-dermal, deep dermal, dan full-thickness. Luka bakar dicirikan dengan kemerahan, nyeri, bula (superfisial), hingga hilangnya sensasi dan terbentuknya eskar (full-thickness).
Terdapat dua prinsip utama penanganan pertama luka bakar, yaitu menghentikan proses pembakaran dan menurunkan suhu luka. Proses pembakaran dapat dihentikan dengan stop, drop, and roll, dan melepaskan pakaian yang terbakar atau terkena air panas. Menghentikan proses pembakaran akan mengurangi kerusakan jaringan. Penurunan suhu luka dilakukan dengan cara mengaliri luka dengan air dingin selama 20 menit. Hal ini akan meningkatkan viabilitas zona stasis luka bakar dan memberikan efek analgesik.
Panduan yang banyak dipakai dalam tata laksana awal luka bakar adalah Emergency Management of Severe Burns (EMSB) oleh Australian and New Zealand Burn Association. Metode ini terdiri dari primary survey, first aid, dan secondary survey. Primary survey terdiri dari lima tahap. Tahap pertamanya adalah airway, yaitu menilai patensi jalan napas dengan cara menanyakan nama pasien. Apabila napas tidak paten, segera bersihkan dan buka jalan napas dengan manuver chin lift atau jaw thrust. Pada tahap ini, manajemen tulang belakang servikal perlu dilakukan dengan collar brace atau bantal pasir.
Tahap kedua dalam primary survey adalah breathing. Pada tahap ini, ekspos dada pasien serta pastikan ekspansi rongga dada adekuat dan simetris. Selain itu, berikan oksigen 100% 15 lpm menggunakan non-rebreathing mask, pasang pulse oximetry, dan nilai apakah ada keracunan CO yang ditandai dengan kulit berwarna merah buah ceri. Penting juga untuk mengidentifikasi luka bakar melingkar di dada (eskar) yang mengindikasikan perlunya eskarotomi.
Tahap primary survey selanjutnya adalah circulation. Pada tahap ini, harus diperiksa tekanan darah, nadi, CRT sentral serta perifer, dan kontrol perdarahan dengan cara menekan pusat perdarahan. Selain itu, pasang dua akses intravena 16 G pada daerah yang tidak terbakar sambil mengambil sampel darah untuk pemeriksaan darah lengkap dan pemeriksaan lain yang diperlukan. Apabila didapatkan klinis awal syok, resusitasi cairan harus segera diberikan.
Tahap keempat dalam primary survey adalah disability. Gunakan skala AVPU dan lakukan pemeriksaan refleks pupil untuk menilai kesadaran. Tahap terakhir dalam primary survey adalah exposure. Lepaskan semua pakaian dan perhiasan pasien. Setelah itu, miringkan pasien untuk visualisasi sisi posterior dan estimasi luas luka bakar dengan rule of nine.
Tahal kelanjutan dari primary survey adalah first aid yang disebut sebagai FATT (Fluids, Analgesia, Test, Tube). Pada tahap ini, berikan resusitasi cairan dengan formula Parkland modifikasi (Fluid), titrasi morfin IV dosis 0,05-0,1 mg/kgBB hingga respons adekuat untuk analgesik (Analgesia), lakukan pemeriksaan radiologi sesuai indikasi klinis (Test), dan pasang NGT jika luka bakar lebih dari 20% pada dewasa atau 10% pada anak. Selanjutnya, secondary survey dapat dilakukan apabila kondisi yang mengancam nyawa telah diatasi.
Terdapat kriteria yang dapat digunakan sebagai indikasi rujukan ke burn centre, yaitu SPAM. Rujuk pasien apabila luas luka bakar lebih dari 10% pada dewasa atau 5% pada anak (Size); pasien hamil, usia esktrem, atau dengan komorbid (People); luka bakar pada wajah, tangan, kaki, perineum, sendi mayor, sirkumferensial, atau paru-paru (Area); dan luka bakar akibat zat kimia, listrik, atau disertai trauma mayor (Mechanism). Pastikan tata laksana awal sudah dilakukan sebelum Anda merujuk ke burn centre.
Narasumber:
Dr. dr. Lynda Hariani, Sp.BP-RE(K)
Jabatan :
- Staf Departemen Bedah Plastik & Rekonstruksi Estetika Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga – RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Wakil Koordinator Burn Centre RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Penulis: Hendra Gusmawan
Editor: Kareen Tayuwijaya