Tatalaksana Komprehensif dan Terkini di Bidang Androurologi

Diisi oleh berbagai pembicara internasional, JUMP 2021 hadir dengan sesi kuliah operasi semi-live yang dapat diakses secara daring.

Androurologi JUMP 2021

Disfungsi ereksi (DE) adalah salah satu masalah adreno-urologi pada sebagian besar pria akibat ketidakmampuan mempertahankan ereksi yang cukup untuk mencapai performa seksual yang memuaskan. Di Indonesia, prevalensi kasusnya terbilang tinggi,yaitu sebesar 35,6% yang didominasi oleh kasus pada stase sedang. Bahkan pada tahun 2030, dengan jumlah populasi sebesar 366 juta orang, jumlah pasien yang mengalami gangguan seksual diperkirakan akan berjumlah lebih dari 50%. 

Mengingat tren masalah ini serta kompleksitas masalah urologi lainnya, informasi yang komprehensif dan terbaru kian dibutuhkan seperti yang tersaji dalam Jakarta Urology Medical Update (JUMP) 2021 dalam rangka pertemuan ilmiah tahunan dari Perkumpulan Kontinensia Indonesia (PERKINA). Seminar daring yang berlangsung dari 23 Mei hingga 25 Juni 2021 ini mengusung tema, “Enhancing Surgery in Urology”. Acara Internasional yang telah kedua kalinya berlangsung secara daring ini membahas 7 topik besar, yaitu, andro-urologi, urologi rekonstruktif, endourologi, onko-urologi, transplantasi, urologi pediatrik, dan pertemuan ilmiah tahunan PERKINA. Rangkaian materi serta kuliah operasi semi-live JUMP 2021 dimulai pada Minggu, 23 Mei 2021 dan diisi oleh tiga topik utama, yaitu tatalaksana terkini disfungsi ereksi, rekonstruksi stenosis ureter, dan tatalaksana andro-urologi lanjutan.   

Topik pertama diisi dengan narasumber dari Departemen Urologi RSCM, yaitu Dr. dr. Nur Rasyid, SpU-K dengan materi kuliah “Disfungsi Ereksi dan Komorbiditas: dari Awal Diagnosis hingga Tatalaksana”. Gangguan fungsi ereksi bersifat kompleks melibatkan tiga komponen utama yaitu transmisi neural, suplai aliran darah arteri, dan fungsi organ corpus cavernosum. DE sendiri dapat disebabkan oleh banyak faktor, seperti gaya hidup sedenter, obesitas, konsumsi rokok dan alkohol, trauma, dan faktor usia. Selain bersifat kompleks dan multifaktorial, DE juga ditemukan muncul bersama dengan penyakit penyerta seperti tingginya kolesterol, hipertensi, diabetes, depresi, dan angina. Nur juga menekankan, “Disfungsi ereksi dapat menjadi alarm dari penyakit gangguan kardiovaskular, hal ini berkaitan dengan penyebab umum disfungsi ereksi yaitu disfungsi endotelial yang berkaitan dengan tanda awal gangguan jantung.”

Penatalaksanaan DE telah berkembang hingga pada tahun 1998 ditemukan pengobatan yang efektif yaitu sildenafil sitrat. “Target dari pengobatan disfungsi ereksi adalah tercapainya hubungan seksual yang statis dengan minimal Erection Hardness Score 3 dan tiga dari lima pria dengan disfungsi ereksi mampu ereksi dengan keras dan kaku melalui terapi sildenafil,” lanjut Nur. Hal yang perlu diperhatikan terkait peresepan sildenafil sendiri dipertajam oleh materi selanjutnya yang berjudul, “The Current Paradigm in Treatment of Erectile Dysfunction: On Demand or Daily Dosing?” oleh dr. Ricky Adriansjah, SpU-K dari RS Dokter Hasan Sadikin Bandung. Ricky menyoroti bahwa pertimbangan pemilihan terapi disesuaikan dengan pola dan frekuensi seksual, bukan usia. Pengobatan lini pertama pada DE adalah sildenafil yang memiliki efikasi dan efek samping paling baik diantara golongan inhibitor PDE5 lainnya. Hal ini diperkuat oleh studi Sildenafil dengan dosis 25 mg dan 50mg yang menunjukkan kerja yang cepat, efikasi yang baik, serta toleransi keamanan yang lebih baik berkaitan dengan waktu paruh yang paling singkat diantara agen terapi golongan inhibitor PDE5 lainnya. 

Bukan hanya kuliah materi saja yang disajikan dalam JUMP 2021, melainkan juga kuliah operasi semi-live pada sesi 2 dan 3. Sesi 2 menghadirkan narasumber dari Departemen Urologi RSCM, yaitu dr. Gampo Alam Irdam, SpU yang menerangkan berbagai tatalaksana terkini dari stenosis ureter yang bergantung pada etiologi, tingkat keparahan, serta faktor pasien. Berkaitan dengan hal tersebut, Dr. dr. Irfan Wahyudi, SpU-K dari Departemen Urologi RSCM yang membagikan prosedur laparoskopi pada tatalaksana kasus ureteropelvic junction. Sesi 2 diisi pula oleh narasumber internasional dari Urology and Nephrology Center-Mansoura University, Egypt, yaitu Prof. Bassem S. Wadie, MB, BCh, MSc, MD yang berbicara mengenai teknik dan kasus terkait ileal ureter replacement (IUR) yang merupakan teknik serbaguna yang sesuai dengan kerusakan ureter mayor unilateral atau bilateral.

Hari pertama dari delapan hari rangkaian JUMP ditutup dengan sesi operasi semi-live yang menghadirkan narasumber dari Departemen Urologi RSCM, yaitu dr. Widi Atmoko, SpU dengan judul materi, “Extracorporeal Shock Wave Therapy (ESWT) in Urology: Is It Effective?”. Widi menerangkan mengenai potensi Low-intensity ESWT yang menjanjikan dalam hal efikasi dan keamanannya meskipun masih membutuhkan studi lanjutan dengan desain yang lebih baik. Selain itu, pembicara internasional dari Turek Clinic, San Francisco, Amerika Serikat, yaitu Prof. Jacob Turek, MD, FACS membahas bagaimana cara meningkatkan keberhasilan pengambilan sperma pada non-obstruktif azoospermia serta penjelasan teknis terkait testicular mapping dan microdissection testicular sperm extraction (micro-TESE). Tidak hanya diisi oleh materi kuliah berbagai ahli internasional, JUMP 2021 juga menyediakan fasilitas diskusi pada kolom pertanyaan. Seperti tema yang diusung, hari pertama JUMP 2021 dapat menjadi referensi dalam meningkatkan operasi khususnya pada topik andro-urologi.

Penulis: Rejoel Mangasa Siagian
Editor: Albertus Raditya Danendra

Share your thoughts