Methimazol, Obat Sakti Hipertiroidisme

Methimazol sudah sering digunakan sehari-hari, namun pemakaiannya perlu diawasi ketatmethimazol

            Methimazol (Tiamazol) merupakan obat antitiroid yang termasuk dalam kelas tionamid. Obat ini telah disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) untuk digunakan dalam kondisi tertentu, seperti penyakit Graves dan struma multinodular toksik, serta mengurangi gejala hipertiroidisme pada pasien yang tidak dapat diobati dengan tiroidektomi atau terapi radioaktif iodin. Selain itu, methimazol juga digunakan pada keadaan tirotoksikosis, tetapi indikasi ini belum mendapat persetujuan oleh FDA.

Methimazol bekerja dengan menghambat enzim tiroid peroksidase yang bekerja dalam proses iodinasi residu tirosin ke dalam tiroglobulin sehingga jumlah hormon triiodotironin (T3) dan tiroksin (T4) yang disintesis berkurang. Di samping itu, obat ini juga berperan dalam mengganggu proses oksidasi ion iodida dan gugus iodotirosil. Methimazol juga berperan dalam sistem imun, seperti pada interleukin-2 dan antibodi terhadap reseptor tirotropin, sehingga memperbaiki gejala hipertiroidisme. Akan tetapi, obat ini tidak mempengaruhi kadar T3 dan T4 dalam sirkulasi atau yang telah disimpan dalam kelenjar tiroid.1,2

Umumnya, obat untuk pasien hipertiroidisme ini diberikan melalui rute oral dengan dosis 20-40 mg per hari yang dibagi menjadi tiga dosis setiap 8 jam. Obat ini memiliki jendela terapeutik yang sempit dengan dosis sesuai dengan kelompok usia. Pasien dewasa dan geriatrik diberikan 40 mg/hari hingga 60 mg/hari pada kondisi berat. Dosis rumatan untuk hipertiroidisme berat pada anak-anak dan dewasa adalah 1 mg/kg/hari dan jarang diberikan melebihi 30 mg/hari.

Setelah dikonsumsi, methimazol diabsorpsi secara sempurna dengan konsentrasi maksimal di serum setelah 1.5 jam. Kemudian zat aktif tersebut akan terakumulasi dan terdistribusi pada kelenjar tiroid. Ekskresi obat sebesar 65-70% pada urine dalam 48 jam. Waktu paruh methimazol adalah 6 jam, tidak berpengaruh banyak terhadap durasi kerja antitiroid. Obat golongan tionamid ini masuk dalam kategori keamanan D dikarenakan kemampuannya melewati sawar plasenta dan terkonsentrasi pada tiroid fetus dapat memicu efek samping sehingga penggunaannya dalam pasien hamil harus dalam pertimbangan.

Efek samping obat antitiroid ini terkait dengan tingkatan dosis. Efek yang paling sering berupa gatal dan urtikaria dapat diatasi dengan obat antihistamin atau dengan menghentikan pengobatan. Selain itu, terdapat beberapa efek samping serius yang disebabkan penggunaan obat ini, seperti agranulositosis, hepatotoksiksitas, teratogenisitas, dan hipotiroidisme. Agranulositosis umumnya terjadi pada tiga bulan awal terapi, tetapi dapat terjadi bila terpapar selama satu tahun maupun akibat penggunaan obat yang berulang. Kejadian agranulositosis ini ditandai dengan demam dan sakit tenggorokan. Efek teratogenik yang ditimbulkan terjadi akibat kemampuan obat dalam melewati membran plasenta karena tidak diikat oleh protein secara signifikan. Efek samping berat muncul ketika diadministrasikan pada trimester pertama, yaitu fase organogenesis. Kelainan yang dapat muncul pada fetus mencakup aplasia kutis, abnormalitas umbilikal, dismorfisme fasial, atresia esofagus, defek kraniofasial, dan atresia koana. Oleh karena itu, obat ini umumnya digunakan pada pasien hamil trimester kedua dan ketiga, sedangkan pasien hamil trimester pertama diberikan obat lain berupa propiltiourasil. Namun, obat ini tetap dapat digunakan pada ibu menyusui karena hanya terekskresikan ke air susu dalam dosis rendah.

Uniknya, pemberian methimazol dilakukan dengan titrasi berdasarkan kadar hormon tiroid dan status klinis pasien. Oleh karena itu, fungsi tiroid perlu dimonitoring pada waktu yang reguler untuk menentukan penyesuaian dosis apabila dibutuhkan. Pasien yang menerima obat harus dimonitoring ketat terhadap setiap tanda-tanda, seperti demam, sakit tenggorokan, malaise, dan sakit kepala.

Referensi:

  1. Katzung BG, Susan BM, Anthony JT. Basic & clinical pharmacology. New York: McGraw-Hill Medical; 2012.
  2. Singh G, Correa R. Methimazole. [Updated 2021 Oct 7]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK545223/

Penulis: Kelvin Kohar
Editor: Izzati Diyanah

Share your thoughts