Tiba-tiba Mengalami Gejala Covid-19? Pastikan Bukan Psikosomatik!

Sejak Covid-19 mewabah di Indonesia, masyarakat diliputi kekhawatiran akan tertular infeksi virus tersebut. Perasaan gusar masyarakat kian bertambah buruk akibat informasi mengenai keganasan Covid-19 yang terus diberitakan media. Kondisi tersebut tentunya sangat mungkin memicu stres dan ketakutan berlebihan. Imbasnya, tak sedikit masyarakat mendadak mengeluhkan batuk kering dan sesak napas layaknya gejala infeksi Covid-19. Sejumlah ahli kemudian memperingatkan kemungkinan psikosomatik di tengah pandemi Covid-19 dan meminta masyarakat untuk tidak panik. Lantas, apa itu psikosomatik?

Apa itu psikosomatik?

Psikosomatik berasal dari kata “psyche” yang berarti jiwa dan “soma” yang berarti tubuh. Jika digabung, “psikosomatik” berarti hubungan antara jiwa dan tubuh manusia. Dengan kata lain, psikosomatik merupakan kondisi kejiwaan seseorang yang mampu memengaruhi fungsi tubuhnya.

Meskipun proses munculnya gejala fisik akibat kondisi psikis belum bisa dijelaskan semuanya, namun sejumlah bukti dapat dijadikan dasar terjadinya psikosomatik. Psikosomatik diawali dengan gangguan psikis akibat stresor yang melampaui kemampuan adaptasi seseorang. Gangguan psikis tersebut ternyata diikuti oleh perubahan fisiologis dan biokemis tubuh, seperti gangguan sistem saraf otonom dan sistem endokrin serta penurunan imunitas tubuh. Perubahan-perubahan tersebutlah yang mencetuskan terjadinya gejala fisik yang dirasakan.

Sistem saraf otonom berperan dalam mengontrol aktivitas sebagian besar organ dalam tubuh, seperti metabolisme, kardiovaskular, pernapasan, dan pencernaan. Sesuai dengan namanya, sistem saraf otonom bekerja tanpa kontrol sadar tubuh. Apabila terjadi gangguan, bisa dibayangkan bahwa keseluruhan sistem organ akan mengalami perubahan aktivitas yang timbul sebagai gejala yang dikeluhkan. Adapun gangguan sistem endokrin menyebabkan ketidakseimbangan hormonal tubuh yang berdampak pada penurunan sistem imun. Imunitas yang lemah ini tentunya memudahkan masuknya infeksi dan menyebabkan gangguan kesehatan.

Psikosomatik di tengah Pandemi Covid-19

Meskipun belum ada kajian khusus terkait gejala psikosomatik akibat pandemi Covid-19, namun teori sebelumnya dapat dijadikan dasar dalam menyusun kemungkinan hipotesis. Apabila mengeluhkan gejala menyerupai Covid-19, tetaplah tenang dan jangan panik. Seseorang dianjurkan untuk melakukan isolasi mandiri dan tetap menjaga kesehatan tubuh. Segera periksakan diri ke dokter, jika gejala yang diderita terus memberat.

Apa yang bisa dilakukan?

WHO menganjurkan beberapa tips yang dapat dilakukan untuk meminimalisasi kekhawatiran akibat wabah Covid-19. Pertama, batasi konsumsi berita mengenai Covid-19 yang kemungkinan mampu menjadi stresor. Selain itu, pastikan bahwa informasi yang didapatkan berasal dari sumber terpercaya.

Kedua, tetap lakukan kegiatan sehari-hari dengan normal selama menjalani isolasi mandiri. Tetaplah berolahraga, bersosialisasi dengan keluarga, tidur cukup, dan konsumsi makanan bergizi. Jangan lupa untuk melakukan hobi dan kegiatan yang disenangi.

Ketiga, tetaplah berkontak dengan teman dan kerabat melalui jaringan sosial. Hal ini dapat dilakukan melalui telepon, pesan singkat, media sosial, maupun video interaktif.

 

Lihat juga seputar Covid-19 di sini.

 

Referensi

  1. Mudjaddid E, Shatri H. Gangguan psikosomatik: gambaran umum dan patofisiologinya. Dalam: Setiati S, et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th Jakarta: Internal Publishing; 2014. p.3569-72.
  2. Mental health and psychosocial considerations during the COVID-19 outbreak. Geneva: WHO; 2020 Maret 18 [diakses 2020 Apr 3]. Tersedia di: https://www.who.int/docs/default-source/coronaviruse/mental-health-considerations.pdf
  3. Satsangi AK, Brugnoli MP. Anxiety and psychosomatic symptoms in palliative care: from neuro-psychobiological response to stress to symptoms’ management with clinical hypnosis and meditative states. Ann. Palliat. Med. 2018 Jan;7(1).

 

Share your thoughts