Tonsilitis

Definisi

Tonsilitis adalah inflamasi tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin Waldeyer. Cincin Waldeyer tersusun atas jaringan limfoid di dalam rongga mulut, antara lain tonsil faringeal (adenoid), tonsil lingual, tonsil palatina (tonsil fausial), dan tonsil tuba Eustachius (tonsil Gerlach/lateral band dinding faring). Penyakit ini biasanya diderita oleh anak-anak berusia 3—10 tahun.

Sinonim: Radang amandel

Gejala Klinis

Gejala bervariasi tergantung tingkat keparahan infeksi. Gejala tonsilitis akut yang paling dominan antara lain:

  • Sakit tenggorokan
  • Sulit menelan
  • Demam
  • Nyeri telinga
  • Mulut berbau (foetor ex ore) dan ludah menumpuk akibat nyeri menelan (ptialismus)
  • Gejala konstitusional (sakit kepala, nyeri seluruh badan, malaise, dan konstipasi).

Pada tonsilitis kronik, pasien biasanya datang dengan halitosis (nafas bau) dan keluhan seperti ada sesuatu yang mengganjal pada tenggorokan.

Etiologi & Patogenesis

Penyebab bakterial tonsilitis akut paling umum ialah streptokokus grup A β-hemolitikus. Namun, sebagian besar kasus tonsilofaringitis akut disebabkan oleh virus, antara lain adenovirus, coxsackievirus, dan virus Epstein-Barr. Tonsil merupakan pertahanan imunitas lini pertama terhadap patogen saluran napas sehingga sering terinfeksi agen bakterial dan virus.

Virulensi streptokokus grup A bergantung pada protein M. Karena banyaknya jenis protein M, seorang anak dapat terinfeksi streptokokus grup A berulang kali hingga remaja. Saat dewasa, biasanya orang-orang sudah kebal terhadap tipe-tipe protein M yang umum di lingkungan. Streptokokus grup A menyebar lewat droplet saliva dan hidung. Transmisi mudah terjadi pada jarak dekat.

Patofisiologi

Streptokokus grup A akan menempel pada epitel faring melalui pili dan asam hialuronat. Bakteri ini biasanya menyerang faring dan sekitarnya dan menyebabkan nasofaringitis, tonsilitis, serta edema dan eritema membran mukosa.

 

Diagnosis

Pembesaran tonsil dapat diukur berdasarkan perbandingan tonsil dengan orofaring, yaitu dengan mengukur jarak antara kedua pilar anterior dibandingkan dengan jarak permukaan medial kedua tonsil (Gambar 1). Rasio tersebut yaitu:

  • T0 = tonsil sudah diangkat (tidak ada tonsil).
  • T1 = volume tonsil < 25% dibandingkan dengan volume orofaring atau batas medial tonsil telah melewati pilar anterior hingga ¼ jarak pilar anterior uvula.
  • T2 = volume tonsil 25—50% dibandingkan dengan volume orofaring atau batas medial tonsil telah melewati ¼ hingga ½ jarak pilar anterior uvula.
  • T3 = volume tonsil 50—75% dibandingkan dengan volume orofaring atau batas medial tonsil telah melewati ½ hingga ¾ jarak pilar anterior uvula.
  • T4 = volume tonsil > 75% dibandingkan dengan volume orofaring atau batas medial tonsil melewati > ¾ jarak pilar anterior uvula.

Gradasi pembesaran tonsilitis

Gambar 1. Gradasi ukuran tonsil (T0-T4).

Diagnosis klinis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Untuk diagnosis definitif, dilakukan pemeriksaan penunjang.

Pada pemeriksaan fisik tonsilitis akut, dapat ditemukan:

  • Hipertrofi tonsil dengan ukuran ≥ T2.
  • Tonsil hiperemis dan memiliki bercak detritus; jika detritus jelas, disebut tonsilitis folikularis, sementara jika bercak detritus menjadi satu membentuk alur-alur, disebut sebagai tonsilitis lakunaris. Jika bercak detritus melebar dan membentuk pseudomembran, dapat dipikirkan diagnosis banding tonsilitis difteri.
  • Palatum mole, arkus anterior, dan arkur posterior tampak bengkak dan hiperemis.
  • Kelenjar limfa mungkin membesar dan nyeri saat ditekan.

Pada pemeriksaan fisik tonsilitis kronik, dapat ditemukan:1

  • Hipertrofi tonsil dengan permukaan tidak rata, kriptus melebar dan berisi detritus.
  • Pseudomembran yang melekat pada dasar tonsil; jika diangkat, mudah berdarah karena melekat erat.

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan ialah pemeriksaan darah lengkap dan swab tonsil untuk mencari etiologi melalui pewarnaan Gram dilihat di bawah mikroskop.

Tata Laksana

Tata laksana nonfarmakologis tonsilitis akut antara lain:

  • Istirahat (bedrest) cukup
  • Makan makanan yang lunak
  • Menjaga kebersihan mulut dan menggunakan obat kumur antiseptik

Untuk pemberian obat, bisa diberikan berdasarkan kemungkinan etiologinya:

  • Tonsilitis viral dapat diberikan analgesik/antipiretik (seperti parasetamol). Untuk gejala berat, pasien dapat diberikan antiviral metisoprinol dengan dosis 60-100 mg/kgBB 4—6 kali sehari untuk dewasa dan 50 mg/kgBB pada anak 4—6 kali sehari.
  • Tonsilitis bakteri yang disebabkan streptokokus grup A dapat ditangani dengan antibiotik penisilin G 50.000 U/kgBB/ secara intramuskular dosis tunggal atau amoksisilin 50 mg/kgBB dosis 3 kali sehari selama 10 hari dan pada dewasa 3×500 mg selama 6—10 hari atau eritromisin 4×500 mg/hari. Selain itu, kortikosteroid seperti deksametason juga dapat diberikan dan dapat menurunkan reaksi inflamasi. Analgesik/antipiretik juga dapat diberikan.

Tonsilektomi dapat dilakukan dengan indikasi-indikasi berikut:

Indikasi Absolut Indikasi Relatif
1. Hipertrofi tonsil menyebabkan obstruksi jalur nafas, disfagia berat, gangguan tidur, hingga komplikasi kardiopulmonar 1. Terdapat ≥ 3 episode tonsilitis per tahun meski dengan terapi antibiotik adekuat
2. Abses peritonsil yang tidak sembuh dengan tata laksana medikamentosa maupun drainase 2. Halitosis yang tidak membaik dengan pemberian obat
3. Tonsilitis menimbulkan kejang demam 3. Tonsilitis kronik atau rekuren yang disebabkan streptokokus, tetapi tidak membaik dengan pemberian antibiotik resisten β-laktamase.
4. Biopsi untuk pemeriksaan patologi anatomi pada kasus tonsilitis tertentu

Tabel 1. Indikasi tonsilektomi.

 

Komplikasi

  • Tonsilitis kronik dengan serangan akut rekuren. Hal ini disebabkan infeksi akut yang tidak sepenuhnya sembuh. Infeksi kronik dapat bertahan pada folikel limfoid tonsil dalam bentuk mikroabses.
  • Abses peritonsilar, abses parafaringeal, atau abses servikal.
  • Otitis media akut. Serangan rekuren otitis media akut dapat terjadi bersamaan dengan tonsilitis rekuren.
  • Demam rematik (akibat streptokokus grup A)
  • Glomerulonefritis akut (kini jarang ditemukan)
  • Endokarditis bakterial subakut. Pada pasien dengan penyakit katup jantung, tonsilitis akut dapat mengalami komplikasi di jantung, yaitu endokarditis.

Referensi

1. Zainuddin AA, Faqih DM, Trisna DV, dkk, ed. Panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer edisi revisi tahun 2014. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia; 2014. p. 355-8

2. Dhingra PL, Dhingra S, Dhingra D. Diseases of ear, nose, and throat & head and neck surgery. 7th ed.  New Delhi: RELX India Pvt. Ltd; 2018.

3. Kliegman RM, Stanton BF, Schor NF, St. Gemme III JW, Behrman RE. Nelson textbook of pediatrics. 20th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2016.

4. Zitelli BJ, McIntire SC, Nowalk AJ, dkk, ed. Zitelli and Davis’ atlas of pediatric physical diagnosis. Philadelphia: Elsevier Inc; 2018.

5. Carroll KC, Hobden JA, Miller S, Morse SA, Mietzner TA, Detrick B, et al. Jawetz, Melnick & Adelberg’s medical microbiology. New York: McGraw-Hill Education; 2016.

Share your thoughts