Trauma Aurikular
Definisi & Informasi Umum
Trauma aurikular adalah kondisi terjadinya trauma pada telinga, berupa trauma tumpul ataupun trauma tajam. Trauma pada telinga atau struktur di sekitarnya dapat menyebabkan beberapa kondisi seperti hematoma telinga, perforasi gendang telinga, laserasi telinga, fraktur tulang temporal, hingga dislokasi tulang pendengaran pada telinga tengah.
Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala pada trauma aurikular bervariasi tergantung pada jenis trauma yang terjadi. Beberapa tanda dan gejala yang dapat terjadi adalah sebagai berikut:
- Nyeri dan terlihat jejas pada telinga
- Pada hematoma telinga, terdapat semacam kantung berisi darah yang berkumpul di bawah kulit pada area telinga luar. Hal ini menyebabkan telinga membengkak.
- Gangguan pendengaran mendadak dapat terjadi jika terdapat perforasi gendang telinga atau trauma pada tulang pendengaran
- Pusing
- Kebocoran cairan serebrospinal apabila terdapat fraktur tulang temporal
- Paralisis wajah jika saraf fasialis turut cedera bersama dengan cedera telinga
Etiologi
Trauma aurikular dapat disebabkan oleh berbagai jenis cedera. Berbagai macam olahraga seperti tinju, gulat, rugbi, dan aktivitas lainnya yang berisiko menyebabkan pukulan pada telinga dapat menimbulkan trauma telinga. Perforasi gendang telinga dapat disebabkan oleh suara yang terlalu keras, benda asing yang menusuk telinga, tamparan yang kuat, atau ledakan. Perubahan tekanan (barotrauma) juga dapat menyebabkan perforasi gendang telinga, misalnya pada perjalanan udara ataupun kegiatan menyelam. Kecelakaan saat berkendara, jatuh, serta luka tembak dapat pula menimbulkan trauma telinga.
Patofisiologi
Telinga terbagi menjadi telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Bagian telinga luar berfungsi untuk mengumpulkan suara. Telinga tengah terletak pada tulang temporal dan di dalamnya terdapat tulang-tulang pendengaran, yaitu malleus, inkus, dan stapes. Bagian telinga dalam berfungsi untuk pendengaran dan keseimbangan. Koklea berfungsi sebagai organ pendengaran sementara kanal semisirkularis berfungsi sebagai organ keseimbangan. Meatus akustikus internus merupakan bukaan kecil pada tulang temporal yang menjadi lubang jalannya saraf vestibulokoklear. Jika terjadi trauma yang mengganggu struktur-struktur ini, maka terjadi gangguan pada fungsi struktur yang bersangkutan.
Bagian telinga luar merupakan bagian telinga yang paling terpapar, terutama pada aktivitas seperti kegiatan olahraga. Ketika terjadi trauma tumpul pada telinga luar, hal ini dapat menimbulkan gaya gesek yang memisahkan perikondrium dengan kartilago telinga, sehingga menyebabkan ruang subperikondrial terisi darah dan timbul hematoma. Kartilago bergantung pada aliran darah perikondrium untuk mendapat nutrisi, sehingga ketika terjadi cedera dan hematoma, kartilago berisiko untuk mengalami nekrosis dan infeksi. Sementara itu, laserasi telinga disebabkan oleh trauma tajam.
Gendang telinga berfungsi untuk mentransmisikan getaran suara dari telinga luar ke telinga dalam. Jika gendang telinga terluka akibat benda tajam, suara yang terlalu keras, ledakan, ataupun karena perubahan tekanan telinga yang ekstrem, hal ini dapat menyebabkan gangguan pada fungsi pendengaran. Sementara itu, adanya fraktur pada tulang temporal dapat merusak telinga tengah, organ pendengaran dan keseimbangan, serta saraf fasialis yang terletak di dalamnya. Hal ini dapat menyebabkan rasa pusing, vertigo, tuli mendadak, serta kelumpuhan wajah jika tulang mencederai saraf. Adanya kebocoran cairan serebrospinal juga dapat menyebabkan keluarnya cairan atau darah dari hidung atau telinga.
Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisis. Anamnesis dilakukan untuk menggali jenis trauma yang terjadi dan gejala-gejala yang dirasakan pasien. Selanjutnya, dapat dilakukan pemeriksaan telinga untuk melihat jejas, menilai gendang telinga, adanya gejala lain seperti perdarahan atau keluarnya cairan dari telinga, tanda-tanda infeksi. Pemeriksaan fungsi pendengaran dan keseimbangan juga dapat dilakukan. Fungsi pendengaran dapat dinilai dengan uji Rinne dan Weber menggunakan garpu tala ataupun dengan audiometer jika tersedia untuk menentukan jenis gangguan pendengaran.
Apabila pasien mengalami trauma telinga yang terjadi bersamaan dengan trauma kepala, perlu diwaspadai kemungkinan terjadinya fraktur tulang temporal atau dasar tengkorak. Hal ini perlu dievaluasi lebih lanjut dengan CT scan kepala dengan resolusi tinggi. MRI dapat membantu menilai adanya cedera pada sistem saraf pusat.
Tata Laksana
Tata laksana trauma aurikular bergantung pada jenis trauma yang terjadi. Hematoma aurikular ditangani dengan insisi dan drainase hematoma dengan teknik steril. Pada laserasi daun telinga, dilakukan pembersihan luka dan penjahitan. Perforasi gendang telinga umumnya dapat menutup dengan sendirinya dan ditangani dengan terapi suportif seperti manajemen nyeri dengan dikompres dan obat anti nyeri dan pencegahan infeksi. Jika terdapat gejala yang lebih serius seperti gangguan pendengaran berat, kecurigaan fraktur tengkorak, paralisis saraf wajah, dan gejala keseimbangan, maka pasien perlu dirujuk pada spesialis THT. Cedera pada saraf dan fraktur tulang tengkorak kemungkinan besar membutukan tata laksana bedah.
Komplikasi & Prognosis
Prognosis bergantung pada derajat cedera yang terjadi. Hematoma telinga dan laserasi yang kecil yang ditangani dengan segera dengan pencegahan infeksi yang baik umumnya memiliki prognosis yang baik. Perforasi gendang telinga umumnya dapat menutup dalam 4-8 minggu. Sementara itu, prognosis fraktur tulang temporal atau tulang dasar tengkorak bergantung pada derajat cedera. Jika fraktur disertai cedera otak berat, maka prognosisnya menjadi lebih buruk.
Komplikasi yang dapat terjadi pada trauma telinga luar adalah abses telinga dan deformitas telinga yang sering disebut dengan telinga “kembang kol” (cauliflower ear) yang disebabkan penumpukan jaringan fibrosa akibat gumpalan darah yang tidak dikeluarkan. Pada perforasi gendang telinga, komplikasi yang dapat terjadi adalah otitis media, mastoiditis, serta tuli permanen. Komplikasi dari fraktur tengkorak adalah kelumpuhan wajah, kebocoran cairan serebrospinal, meningitis, kolesteatoma, cedera arteri karotis, cedera otak berat, hingga kematian.
Referensi
- Eagles K, Fralich L, Stevenson J. Ear Trauma. Clinics in Sports Medicine. 2013;32(2):303-316.
- Ear Injuries and Trauma [Internet]. Standford: Standford Ear Institute. [cited 2020 Dec 31]. Available from: https://med.stanford.edu/ohns/OHNS-healthcare/earinstitute/conditions-and-services/conditions/ear-injuries-and-trauma.html