Vaginosis Bakterialis
Definisi & informasi umum
Vaginosis bakterialis/bacterial vaginosis (BV) adalah bentuk disbiosis (gangguan keseimbangan ekosistem) pada vagina. Hal ini berkaitan dengan berkurangnya flora normal Lactobacillus sp. yang menghasilkan hidrogen peroksida dan asam laktat serta meningkatnya bakteri anaerob, seperti Gardnerella vaginalis, Mycoplasma hominis, Ureaplasma, Prevotella sp., Atopobium vaginae, atau Megasphaera sp. Kondisi ini bukan penyakit menular seksual dan umum ditemukan pada wanita usia subur.1 Diperkirakan prevalensi BV di Indonesia sebesar 30.7% berdasarkan penelitian Ocviyanti dkk.2
Tanda & Gejala
Pasien umumnya datang dengan keluhan kemaluan berbau amis dengan duh encer homogen berwarna putih keabu-abuan tanpa ada inflamasi mukosa.1,3
Etiologi & Patogenesis
Perubahan lingkungan vagina dan proses spesifik yang mengakibatkan gangguan mikrobiota pada BV belum diketahui secara pasti dan bersifat multifaktorial. Pada kondisi normal, Lactobacillus sp. merupakan mikroorganisme dominan pada vagina sebanyak 85-100%, . Sementara pada BV, 32-89% adalah bakteri lain selain Lactobacillus sp.
Beberapa hal dapat berakibat pada hilangnya flora normal, antara lain penggunaan antibiotik, perubahan hormonal termasuk penggunaan kontrasepsi hormonal, pembersihan vagina secara berlebihan, aktivitas fisik dan stress hingga menstruasi. Selain itu, faktor lain yang menyebabkan muncul dan berkembangnya bakteri anaerob dipengaruhi dari pembentukan biofilm, gangguan pada perlindungan alami antimikroba di vagina, serta munculnya bakteri penghambat Lactobacillus sp. dan bakteri virulensi tinggi.1,3
Faktor risiko BV adalah hubungan seksual multipartner, hubungan seksual tanpa proteksi (kondom), berkurangnyajumlah Lactobacillus sp. pada vagina, dan defisiensi vitamin D. Pasien BV lebih berisiko terkena penyakit lain, seperti penyakit menular seksual (gonore, klamidia, HIV, HSV-2), salpingitis, infeksi saluran kemih, hingga infertilitas akibat oklusi tuba fallopi.1,3
Patofisiologi
Peningkatan jumlah bakteri anaerob akan meningkatkan pH dalam vagina serta menghasilkan amina yang berdampak pada bau busuk dan peluruhan (eksfoliasi) sel epitel vagina. Bakteri akan ikut “rontok” bersama epitel vagina dan keluar melalui duh. Penampilan clue cell merupakan sel epitel vagina yang dikelilingi oleh bakteri.1,3
Diagnosis
Diagnosis BV ditegakkan berdasarkan kriteria Amsel yang terdiri atas empat komponen.1,3 Setidaknya diperlukan 3 komponen positif untuk menegakkan diagnosis BV antara lain
- terdapat duh tipis homogen berwarna putih abu-abu dari vagina
- terdapat 20% clue cell pada pemeriksaan mikroskopi wet mount dengan lapang pandang besar dari duh vagina
- pH vagina >4.5
- pemeriksaan whiff (penambahan KOH 10% pada duh) menghasilkan bau amis (seperti ikan)
Penggunaan pewarnaan Gram untuk diagnosis masih merupakan baku emas dan digunakan untuk menentukan konsentrasi relatif Lactobacillus dan bakteri lainnya. Kriteria Nugent atau Spiegel dapat digunakan untuk pemeriksaan Gram. Pemeriksaan tambahan lain yang dapat digunakan, yaituAffirm VP III yang mendeteksi G. vaginalis melalui hibridisasi DNA dan OSOM BV Blue untuk mendeteksi sialidase vagina. Pemeriksaan-pemeriksaan ini umumnya dilakukan untuk kepentingan penelitian sebagai diagnosis definitif. Pemeriksaan untuk penyakit menular seksual lainnya seperti gonore, klamidia, HIV, dan lainnya harus dilakukan pada pasien BV. 1,3
Tata Laksana
Penggunaan metronidazol dengan dosis tunggal sebanyak 2 gram menjadi pilihan utama bagi vaginosis bakterialis di Indonesia. Pilihan pengobatan lain adalah dengan metronidazol sebanyak 500 mg 2 kali sehari selama 7 hari per oral dengan tingkat kesembuhan 85-87%. Penggunaan tampon dapat menurunkan efektivitas. Konsumsi alkohol harus dihindari selama pengobatan hingga 24 jam setelah dosis terakhir. Apabila pasien alergi atau tidak cocok dengan metronidazole, pilihan pengobatan lain yang dapat digunakan adalah klindamisin sebanyak 300 mg 2 kali sehari selama 7 hari.1,3
Komplikasi & Prognosis
Komplikasi yang dapat muncul yaitu gangguan pada kehamilan, seperti infeksi pasca operasi Caesar, keguguran, kelahiran prematur, dan bayi berat lahir rendah, dan peningkatan kemungkinan infeksi menular seksual lain. Rekurensi dilaporkan mencapai 30% dalam 3 bulan dan 58% dalam 12 bulan.1,3
Referensi
- DynaMed [Internet]. Ipswich (MA): EBSCO Information Services. 1995 – . Record No. T115494, Bacterial Vaginosis (BV); [updated 2018 Nov 30, cited 2020 Oct 28]. Available from https://www.dynamed.com/topics/dmp~AN~T115494.
- Ocviyanti D, Rosana Y, Olivia S, Darmawan F. Risk factors for bacterial vaginosis among Indonesian women. Med J Indones [Internet]. 2010May1 [cited 2020Oct.29];19(2):130-5. Available from: http://mji.ui.ac.id/journal/index.php/mji/article/view/396
- Bacterial vaginosis: 2015 Sexually Transmitted disease treatment guidelines. Atlanta: Centers for Disease Control and Prevention; 2015.
Vaginosis bakterialis