Vaksin Covid-19 Berbasis mRNA, Apakah dapat Merusak DNA Manusia?
Menguak fakta di balik mekanisme kerja vaksin Covid-19 dambaan sejuta umat.
Beberapa waktu yang lalu, beredar sebuah pesan di media sosial menyebutkan bahwa vaksin Pfizer, yang kini sedang dalam tahap uji klinis, dapat merusak DNA manusia. Bahkan, pesan tersebut menyebutkan bahwa 75% relawan uji coba vaksin telah mengalami efek sampingnya. Lantas, apakah klaim ini benar adanya?
Tidak semua vaksin Covid-19 memiliki mekanisme kerja yang sama. Ada penelitian yang fokus pada vaksin virus yang dilemahkan (live attenuated vaccine), vaksin virus yang telah diinaktivasi, vaksin subunit, vaksin berbasis vektor virus, vaksin DNA, atau vaksin RNA. Vaksin DNA dan RNA merupakan dua kandidat vaksin yang paling potensial karena produksinya tidak membutuhkan kultur dan fermentasi yang lama.
Mekanisme kerja vaksin Pfizer adalah sebagai analog mRNA virus SARS-CoV-2. Selain Pfizer, beberapa perusahaan farmasi yang juga turut mengembangkan vaksin berbasis mRNA adalah BioNTech, FosunPharma, dan Moderna. Vaksin berbasis mRNA berarti vaksin jenis ini berisi messenger ribonucleic acid (mRNA), yaitu informasi genetik dari minimal satu komponen protein pada virus. Komponen ini akan bertindak sebagai antigen bagi sel-sel tubuh. Selanjutnya, tubuh akan memberikan respons imun spesifik terhadap antigen tersebut. Alhasil, apabila tubuh yang sudah terimunisasi ini terpapar dengan virus SARS-CoV-2 di masa yang mendatang, tubuh akan mengenali antigen tersebut sehingga dapat mencegah terjadinya infeksi.
Meskipun mengandung informasi genetik berupa mRNA virus, vaksin Covid-19 jenis ini tidak akan berintegrasi dengan informasi genetik dari genom manusia. Selain karena letaknya yang intranukleus, struktur kimia dari deoxyribonucleic acid (DNA) manusia yang berbeda dengan RNA virus juga tidak memungkinkan terjadinya integrasi antara kedua komponen tersebut. Perbedaan struktur antara DNA dan RNA terletak pada untaian materi genetiknya: DNA memiliki untaian ganda yang berpasangan sedangkan RNA hanya memiliki untaian tunggal yang tidak berpasangan.
Vaksin Covid-19 berbasis mRNA dilaporkan memiliki efek samping yang minimal. Pada sebuah laporan uji klinis tahap pertama di Amerika Serikat, vaksin tersebut dapat mengakibatkan lelah, menggigil, pusing, nyeri otot, dan nyeri pada lokasi penyuntikan. Efek samping sistemik cenderung dilaporkan pada pemberian vaksin dengan dosis yang lebih tinggi. Oleh sebab itu, uji klinis tahap berikutnya pun sedang dilakukan untuk melihat keamanan dari vaksin ini pada populasi yang lebih luas.
Referensi:
1. Kaur SP, Gupta V. COVID-19 Vaccine: A comprehensive status report. Virus Res. 2020;288:198114. doi:10.1016/j.virusres.2020.198114
2. Ng WH, Liu X, Mahalingam S. Development of vaccines for SARS-CoV-2. F1000Res. 2020;9:F1000 Faculty Rev-991. doi:10.12688/f1000research.25998.1
3. Coronavirus and COVID-19 [Internet]. Langen: Paul-Ehrlich-Institut; [cited 2020 Nov
22]. Available from: https://www.pei.de/EN/newsroom/dossier/coronavirus/coronavirus-content.html?nn=13581910&cms_pos=2
4. Jackson LA, Anderson EJ, Rouphael NG, Roberts PC, Makhene M, Coler RN, et al. An mRNA vaccine against SARS-CoV-2 – preliminary report. N Engl J Med. 2020;383(20):1920-1931. doi:10.1056/NEJMoa2022483