Vaksin Pfizer dan Bebas Lockdown di Indonesia Beberapa Bulan ke Depan, Realistiskah?
Kabar gembira untuk kita semua, virus Corona kini ada vaksinnya.
Berbagai institusi terkemuka di dunia, begitu juga dengan Indonesia, berlomba- lomba menciptakan vaksin yang ampuh menghasilkan kekebalan terhadap Penyakit Virus Corona (COVID-19). Beberapa kandidat vaksin masih dalam tahapan uji klinis, meliputi Sinovac, Sinopharm, CanSino, Pfizer, dan sebagainya. Vaksin COVID-19 memang sudah banyak tersedia, dilansir dari laman WHO, bahkan terdapat 48 vaksin yang terdaftar hingga 12 November 2020. Namun yang menjadi pertanyaan adalah apakah sudah disahkan dan aman dalam penggunaannya?
Untuk dapat digunakan secara luas, vaksin perlu melewati berbagai tahapan uji klinis. Setidaknya terdapat 3 tahapan uji klinis pada manusia yang harus dilalui. Fase pertama menguji keamanan, efek samping, dan respons imun yang timbul. Berlanjut ke fase kedua yang melibatkan jumlah orang yang lebih banyak, dosis optimal serta uji keamanan vaksin lebih lanjut menjadi hal yang diperhatikan. Fase ketiga berfokus pada efektivitas vaksin pada jumlah sampel manusia (relawan) yang jauh lebih banyak. Setelah melalui tahapan-tahapan tersebut dan disetujui penggunaannya oleh badan yang berwenang, barulah suatu kandidat vaksin berubah menjadi vaksin untuk penyakit tersebut.
Belakangan ini, vaksin Pfizer/BioNTech yang dikenal juga dengan nama BNT162b2 menjadi bahan pembicaraan dikarenakan analisis sementara uji vaksin menunjukkan efektivitas yang mencapai 90% dalam mencegah infeksi COVID-19. Pabrik kandidat vaksin yang melibatkan lebih dari 40.000 orang pada uji klinisnya ini merupakan perusahaan obat Pfizer Amerika Serikat yang berkolaborasi dengan perusahaan bioteknologi BioNTech asal Jerman. Vaksin tersebut memerlukan 2 kali pemberian secara injeksi ke dalam otot dengan jeda 3 minggu. Hasil analisis sementara ini belum menyediakan informasi terkait apakah efektivitas vaksin tersebut akan sama pada orang berusia lanjut yang berisiko tinggi, anak-anak, maupun pada mereka yang memiliki kelainan imunitas. Selain itu, kemampuannya untuk mencegah infeksi parah serta durasi berapa lama efek imunitas yang diberikan masih dipertanyakan.
Pada suatu tahapan uji vaksin, terdapat pula berbagai faktor yang berperan pada sampelnya, meliputi faktor usia, etnis, demografis, riwayat penyakit, dan lainnya. Dengan demikian, efektivitas keseluruhan dari vaksin BNT162b2 Pfizer/BioNTech ini masih perlu dikaji pada populasi yang berbeda. Terlepas dari rumitnya seluruh tahapan tersebut, vaksin ini telah memberikan harapan dan progres yang baik di tengah situasi pandemi terkini.
Menariknya, pemerintah Indonesia menargetkan akan mengimpor tiga juta dosis vaksin Sinovac dan vaksin COVID-19 lainnya. Meninjau fakta bahwa uji klinis sedang dilakukan, banyak akademisi mengkritisi hal tersebut. Tentu saja semua pihak ingin agar vaksin segera tersedia, namun keamanan produk yang disuntikkan harus diprioritaskan. Permasalahan lainnya yang dihadapi, yaitu akankah masyarakat patuh terhadap vaksinasi seandainya vaksin telah disahkan. Mitos yang kian bertebaran di kalangan rakyat begitu nyata dan menjadi tantangan tersendiri yang harus diatasi. Distribusi vaksin juga menjadi persoalan yang harus dipertimbangkan apabila vaksin yang telah disahkan dibeli. Oleh karena itu, masih banyak tantangan yang menanti untuk menjawab pertanyaan pada judul artikel. Namun, jangan patah semangat, tetap patuhi protokol kesehatan, lakukan 3M, berdoa kepada Yang kuasa dan tunggu kabar baiknya!
Referensi:
https://www.who.int/publications/m/item/draft-landscape-of-covid-19-candidate-vaccines
https://www.historyofvaccines.org/content/articles/vaccine-development-testing-and-regulation
https://www.cdc.gov/vaccines/basics/test-approve.html
https://theconversation.com/pfizer-vaccine-what-an-efficacy-rate-above-90-really-means-149849
https://www.nature.com/articles/d41586-020-03166-8
https://www.businessinsider.com/pfizer-coronavirus-vaccine-2-shots-2020-
11?r=US&IR=T